08

905 158 11
                                    

Lanjutan..

"Ada yang mau kau tanyakan?"

"Hmm?"

"Tadi sore kau bilang ada yang ingin ditanyakan," ucap Junkyu.

"Ya.. Pertanyaan seputar kenapa kau bekerja di sana, cuma itu."

Junkyu mengangguk pelan, ia mengambil piring dan gelas bekas makanannya ke dapur. Aku mengiringnya sambil memperhatikan punggung lebar itu dari belakang.

"Kenapa?" tanyanya diiringi suara keran. Dengan sopan ia mencuci piring bekasnya. Aku tersenyum lembut, "kau ada yang mau diceritakan?"

"Tidak ada. Habis ini aku langsung pulang," ucapnya.

Ia meletakkan piring dan gelas milikku dengan hati-hati, mengelap sisi kanan kiri wastafel yang terkena percikan air, setelah itu ia menyandarkan tubuhnya di depan wastafel menghadapku.

"Ada apa dengan tatapan itu?"

Aku segera menetralkan raut wajahku, "kau mau pulang? Biar ku antar."

"Tidak usah. Aku juga biasanya pulang sendiri."

Aku meraih tangannya, berniat menahannya seperti biasa namun anehnya tanganku ditepis.

"Jangan tiba-tiba," ucapnya lirih, matanya menatap ke arah berlawanan, tidak ingin menatapku seperti biasa.

Aku memahami situasi ini, aku menyadari wanita itu membuat Junkyu tidak sadar telah membangkitkan lagi traumanya.

"Aku ingin memelukmu."

"Aku sedang tidak ingin."

"Tutup matamu," suruhku.

"Kenapa?"

"Kau tidak sadar? Traumamu kembali. Lakukan hal yang sama seperti pertama kali aku melihatmu."

Junkyu melangkahkan kakinya mundur. Dia tidak mendengarkan ku dan terus mundur sampai mentok di ujung sofa, tangannya terulur mengambil tas miliknya.

"Aku mau istirahat."

"Junkyu!" Kali ini aku meninggikan suaraku. Waktu magangku tinggal tiga hari lagi dan aku tidak bisa meninggalkan Junkyu dalam keadaan belum stabil seperti ini.

"Tolong, aku tidak punya waktu untuk melihatmu dalam tiga hari ke depan. Aku tahu semuanya, apa yang kau alami tadi siang, aku sudah tahu. Jangan tutupi apapun jika kau butuh aku."

Tas yang terangkat itu jatuh ke lantai, aku melihat dagunya bergetar, Junkyu kesulitan bicara.

"Dia masih ada di depan rumahmu. Apa yang dia mau darimu sebenarnya?"

Junkyu duduk perlahan bersama aku di sampingnya. Aku membuat sedikit jarak supaya dia sedikit merasa aman.

"Dia ingin rumahku, dia istri siri ayahku. Tapi tertulis di wasiat, ayahku menyerahkan rumahku padanya."

"Lalu?"

"Lucunya, rumahku itu meluas karena kerja keras ibuku. Ibuku mengembangkan semua termasuk toko buku, ayah kerjanya cuma mabuk-mabukan dengan wanita itu.."

"Rumah itu atas nama siapa?"

"Ayahku. Itulah yang aku takutkan. Apakah hukum di Korea melegalkan perkawinan siri?"

"Aku kurang tahu."

"Entah dia berbohong atau tidak, aku tidak percaya dengan isi surat wasiat yang ada di tangannya. Surat wasiat resmi ada di tangan pengacara keluarga dan aku sama sekali tidak tahu isinya. Nenek dan pengacara itu langsung menyerahkan rumah ini padaku."

HOLD | Kim Junkyu [TREASURE] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang