start : 21/12/2020
finished : ?---------------------------------------------------------
"Kenapa kau tidak ajak Junkyu?"Johyun menoleh, mengabaikan jalanan saat Jihoon bertanya perihal Junkyu padanya.
"Sudah dua minggu dia tidak terlihat dan pesanku belum dibalas."
"Selama itu?"
"Rekor terlamanya itu 19 hari tanpa kabar. Dia benar-benar hidup mengisolasi diri dari semuanya," ucap Johyun asal diakhirnya.
"Aku juga tidak bisa memastikan Junkyu baik-baik saja karena terakhir kali aku chatting an dengannya sekitar sebulan lalu."
"Lupakanlah, dia akan kembali sendiri jika mau," pasrah gadis itu.
Jihoon mengambil tas Johyun, mengajaknya jalan kaki menyusuri jalan sore.
"Kau serius tidak sibuk? Dalam agenda apa kau ajak aku ke sini? Cuma mendengarkan napasmu saja?" ocehnya.
Johyun berdecak, meletakkan minumannya dan memasang raut wajah gusar.
"Sebelum ke sini, aku pikir Junkyu membaca pesanku dan langsung ke sini. Ternyata dia cuma meninggalkan centang biru dan menghilang lagi."
"Kau tidak mendatangi tempat kerjanya?" saran Jihoon.
"Aku tidak berpikir ke situ, yang namanya tempat kerja ya untuk kerja, aku tidak mau mengganggu."
Jihoon menggaruk kepalanya bingung, "kau tidak ada inisiatif ke rumahnya setelah jam kerja?"
Johyun menjentikkan jarinya, "itu dia, rumahnya kosong."
Jihoon mengetuk dagunya berpikir, "kapan ulang tahunmu?"
"Satu minggu lagi," jawab Johyun setelah itu dia baru menyadari, "jangan-jangan dia mau surprise?"
Keduanya bertepuk tangan ketika terpikir tindakan Junkyu yang menghilang ini.
.
.
.
.
.
.
.
.
Satu minggu tiga hari kemudian..
"Dia benar-benar menghilang?" tanya Jihoon sambil menggigit kue ulang tahun yang dia beli untuk Johyun, sementara gadis itu terdiam menatap kaca dengan lingkaran mata hitam.
"Seharusnya kalau mau putus dia tinggal bilang, kenapa harus hilang?!"
Saat Johyun murka, Jihoon hanya bisa keluar diam-diam dari kamar gadis itu sambil membawa piring kue.
"Sialan.."gerutunya. Ia menatap roomchat, berkali-kali menelpon Junkyu. Meskipun dirinya terus mengatakan untuk tidak khawatir dan bersikap bodo amat, Johyun tetap mencari Junkyu pada akhirnya.
.
.
.
.
Dua bulan kemudian..
Johyun kelar dengan pekerjaannya hari ini. Langkahnya bebas keluar dari gedung tempatnya bekerja dan berlari kecil menuju kedai kecil di belakang gedungnya."Aku lapar.." keluhnya.
Ia segara memesan makanan berat dan satu sprite kemudian duduk di paling ujung sudut kedai ini.
Jarinya aktif membuka kolom chat dan ia terpaku pada pesan terakhir dari Junkyu sebelum mereka tidak berkirim pesan sama sekali.
'Untuk sementara jaga dirimu..'
Awalnya Johyun tidak mengerti dan ingin menanyakan semuanya namun sesuatu dalam dirinya menegaskan untuk menjaga diri selagi Junkyu tidak bisa di sisinya.
"Kau di mana..?" lirih Johyun.
"Makanan datang.."
"Terima kasih.."
Johyun melahap makan malamnya dengan cepat dan pada suapan terakhir dia mulai membuat tekad baru setelah ini.
"Aku sudah tidak tahan, aku harus mencarinya."
Saat ini Johyun berada di depan rumah Junkyu, masih rumah yang sama kala itu ketika Johyun mengikutinya pulang pertama kali.
Plastik sampah tergantung di paku samping toko buku lama tersebut dan terlihat masih baru dikeluarkan dari dalam. Apakah Junkyu memang ada di rumah?
Johyun menelepon pacarnya sekali lagi, kali ini berdering namun tidak diangkat. Dirinya sudah bertekad harus bertemu Junkyu hari ini atau tidak sama sekali.
"Permisi," cegah Johyun pada pejalan kaki yang barusan lewat.
"Ada apa?"
"Pemilik rumah ini apa ada di dalam?"
"Cucu nenek pengusaha properti itu? Aku lupa namanya.."
Johyun bingung, apa benar Junkyu cucu pengusaha properti? Rasanya Junkyu tidak pernah membicarakan hal itu.
"Laki-laki yang ditinggal di sini, apa dia sedang pergi atau bagaimana?"
"Kalau tidak salah ada laki-laki bermasker putih dan topi keluar masuk dari rumah ini lewat pintu belakang yang berhadapan langsung dengan pintu rumah kakak ipar ku. Terakhir aku melihatnya empat hari yang lalu."
"Rumah ini punya pintu belakang?" tanya Johyun penasaran.
"Aku pun baru tahu, aku orang baru di sini tapi kebetulan aku pernah melihat 'mungkin' laki-laki yang kau maksud," jelas perempuan itu, usianya sekitar 19 tahunan.
"Maaf, aku bertanya lagi.. Setiap jam berapa dia keluar masuk lewat pintu belakang?"
"Aku tidak dapat memastikan karena cuma tiga kali aku melihatnya setelah itu dia tidak terlihat lagi. Sekitar jam 5 pagi dan jam 11 malam."
Johyun makin dibuat bingung, dia bisa saja menunggu jam segitu tetapi terlalu pagi dan terlalu malam bagi dirinya yang bekerja dari pagi sampai malam.
"Aku pacarnya, aku tidak tahu lagi kenapa dalam beberapa bulan ini dia tidak ada kabar," keluhnya.
Perempuan itu mengangguk paham, "aku yakin ada solusi, seingatku pintu belakang itu tidak pernah dikunci karena kakak ipar ku dan temannya sering bermalam main kartu di area sana, sekalian jaga malam dan katanya mereka juga sering pinjam meminjam perkakas. Mungkin kalau kau mau tahu lebih banyak, bisa bicara dengan kakakku atau kakak ipar ku."
"Baiklah, terimakasih.."
"Sama-sama, aku duluan ya.."
Johyun mengambil ponselnya dan menelepon Jihoon.
"Kurasa Junkyu ada masalah, aku yakin dia ada di rumah."
"Oke, nanti ku hubungi lagi.."
©joaapark
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD | Kim Junkyu [TREASURE] ✔️
القصة القصيرةMereka memulai hubungan tanpa rasa sayang melainkan dengan rasa suka yang tidak dapat didefinisikan baca HUG dulu ya biar paham ©joaapark