03. Terima Kasih

295 259 306
                                    

Natha baru saja kembali ke kamar hotelnya sehabis mendapatkan camilan yang ia idamkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Natha baru saja kembali ke kamar hotelnya sehabis mendapatkan camilan yang ia idamkan. Ia melihat Zetha yang sudah terkapar di atas kasur.

'Cepat sekali tidurnya,' batin Natha.

Gadis berambut cokelat terang itu duduk di sofa dan melahap hotteok yang baru saja ia beli. Natha memang suka makan, tapi tubuhnya masih tetap terlihat ideal, menakjubkan! Gadis itu terus mengunyah sambil menggulir beranda sosial medianya di ponsel pipih berwarna putih. Tak terasa, Natha sudah menghabiskan camilan terakhirnya. Dia masih asyik dengan ponselnya untuk beberapa saat, sampai akhirnya rasa suntuk menyerangnya. Ia memutuskan untuk berjalan keluar sebentar, karena malam belum terlalu larut.

Langkah Natha membawanya terus berjalan disepanjang jalan, gadis imut itu berjalan sambil fokus melihat ponselnya. Tanpa ia sadari ia sudah berada di luar trotoar, dari belakangnya mobil bus melaju kencang. Natha melihat idolanya yang baru saja merilis lagu, dan menikmati lagu itu tanpa sadar dengan dunia nyata lagi.

Ketika Klakson berbunyi nyaring, Natha terlonjak kaget, kembali terlempar ke kenyataan di mana ia menghadapi bus yang bisa melindas mati dirinya. 

"Aaa!!" Natha berteriak dan memejamkan matanya. Kakinya seakan kaku tak mau untuk diajak berlari. Ia tak mau mati sia-sia di sini, ia belum melihat oppa-oppa yang ia idamkan, ia belum menjelajahi berbagai macam wisata bersama kakaknya, ia belum mengambil satu foto pun di negeri ini, ia tak mau mati!

Sepersekian detik sebelum bus itu melaju tepat menghantam Natha, Natha merasa tubuhnya ditarik ke samping oleh sebuah tangan hangat. Menerka-nerka siapa gerangan yang menyelamatkan nyawanya, gadis itu masih enggan membuka mata. Apa ini malaikat maut? Atau dewi cantik yang mendengar harapannya?

"Hati-hati." Suara berat dalam bahasa inggris itu membuat Natha membuka kelopak matanya.

Saat ini rasanya Natha ingin berteriak kencang, bagaimana tidak? Di hadapannya saat ini berdiri seorang lelaki tampan, sangat tampan, hingga membuat Natha tak percaya bahwa ia masih hidup. Terima kasih masih mengizinkannya untuk bernapas dan bertemu oppa-oppa yang ia idamkan. Oppa satu ini membuat wajah Natha memerah. Gadis itu memperhatikan garis wajah si lelaki yang luar biasa. Kulit wajah yang halus dan cerah, mata sipit yang menawan, dan bibir tipis yang lembab. 

"Kau tak apa?" Lamunan Natha buyar dengan pertanyaan si lelaki.

"Eh-ya tak apa, terima kasih." Natha membungkukkan badannya tanda terima kasih. Sangat-sangat bersyukur diselamatkan oleh pemuda tampan seperti orang ini.

"Bagaimana bisa kau tak menyadari bahwa kau sudah berjalan di luar trotoar?"

"Ah-itu ... Aku terlalu fokus dengan ponselku." Seketika Natha tersadar dan mendadak panik, ponselnya tak lagi ada di genggamannya. Natha berlari ke tempat ia berdiri tadi, sayangnya ponsel itu retak. Natha mengambilnya dan mencoba menghidupkannya, ponsel itu benar-benar tak mau hidup.

"Bagaimana?" Si Penyelamat Natha berdiri di samping gadis itu sambil melihat ponsel mati di tangan Natha.

"Tak mau hidup." Wajah Natha terlihat muram, ia tak bisa kembali ke hotel. Natha sama sekali tak hafal jalan kembali. Ponselnya mati. Kesialan apalagi yang akan mendatanginya?

"Rumahmu di mana?"

"Aku dari Australia, aku dan kakakku menginap di hotel, tapi-"

"Kau tak ingat jalan kembali?" sambung lelaki itu lagi. Natha mengangguk pasrah, membuat lelaki di sampingnya terkekeh.

"Apa nama hotelnya?" Natha menyebutkan nama hotel tempat ia menginap, lelaki itu mengangguk dan menawarkan dirinya untuk mengantar Natha kembali.

"Tapi, nanti merepotkanmu," ucap Natha tak enak.

"Tak apa, ayo!" Natha menurut dan berjalan berdampingan dengan oppa korea yang ia harapkan.

"Aku Jung Nam. Kau?" Akhirnya lelaki itu memperkenalkan dirinya.

Natha tersenyum secerah mentari di Australia. Dengan senang hati gadis itu memperkenalkan dirinya, "Aku Natha."

~~~

"Kau membuatku khawatir, Natha!" 

"Maaf," lirih sang adik.

Kini, Zetha, Natha, dan Jung Nam berada di kedai kopi di samping hotel. Natha sudah menceritakan apa yang ia alami malam ini, membuat Zetha sangat kesal. keadaannya sangat berbanding terbalik dengan apa yang ia alami. Ia sudah hampir gila dengan keraiban Natha, sementara gadis itu malah senang bertemu dengan lelaki Korea yang lama ia idamkan.

"Terima kasih banyak sudah mengantarkan adikku yang ceroboh ini." Zetha akhirnya mengucapkan rasa terima kasihnya pada Jung Nam, lelaki itu tertawa dan menganggukkan kepalanya sebagai tanggapan.

"Jadi kalian hanya berdua?" Kakak beradik itu mengangguk.

"Sama sama dari Australia?"

"Tentu," sahut Natha.

"Kukira kau dari Korea, wajahmu mirip orang lokal," kata Jung Nam seraya melihat Zetha.

"Banyak sekali yang mengatakan bahwa kakakku ini sama sekali tak mirip denganku, dia memang dari Australia, percayalah." Natha berucap dengan serius.

Zetha terkekeh dan mengiyakan pernyataan Natha. Jung Nam mengangguk paham. Mereka bertiga berbincang lagi tentang beberapa hal. Mulai dari kuliner di Korea, Natha lah yang banyak bercerita tentang hal itu. Ketika Jung Nam membahas tentang wisata yang bagus untuk mereka kunjungi, Zetha dan Natha sangat antusias mendengarkan semua penjelasan dari Jung Nam. Pertemuan pertama yang bagus di antara ketiganya. Mereka akrab dengan cepat karena pribadi Natha yang ceria dan Jung Nam yang juga senada dengan karakter gadis muda itu.

"Berapa lama kalian di sini?" 

"Satu minggu mungkin," jawab Zetha.

"Aku ingin mengunjungi semua tempat di Korea ini." Natha berucap dengan senyum merekah.

"Ya, baguslah. Kau harus mengambil banyak foto kenangan di negeri ini." Natha mengangguk mengiyakan pernyataan Jung Nam.

"Terima kasih banyak untuk hari ini." Sekali lagi Zetha berterima kasih untuk semua yang Jung Nam lakukan pada mereka. 

"Ya, senang bertemu kalian. Sampai jumpa di lain waktu."

"Yaa! Sampai jumpa lagi, Kak Jung Nam!" Natha melambaikan tangannya pada Jung Nam yang berjalan menjauh.

"Ah! Akhirnya aku bertemu oppa yang begitu tampan." Natha tersenyum bangga. Zetha menarik lengan Natha untuk mengikutinya kembali ke hotel.

"Selesaikan halusinasimu di kamar saja." Ucapan Zetha membuat Natha tertawa.

"Kau tau kak, sepanjang obrolan tadi, ia banyak melirik kearahmu," goda Natha.

"Kau terlalu membual." Dipikir lagi, Zetha masih malu dengan Jung Nam yang menontonnya menangis tadi. Mungkin saja lelaki itu berucap dalam hati tentang betapa jelek wajahnya tadi ketika berurai air mata.

"Kau tak menyadari hal itu! Aku melihatnya sendiri. Ah, ternyata cinta Kak Zetha tercipta di negeri ini." Natha mencubit pinggang Zetha dan berlari mendahului kakaknya.

"Nathaa!" Zetha mengejar Natha dengan merengut kesal. Gadis tembam itu suka sekali menjahilinya. Kali ini, Zetha tak akan melepas Natha dengan mudah.

~~~

Tbc

N.B : Pribadi Natha mendukung banget buat bisa bergaul sama dunia yang masih asing. Zetha yang di sini nggak begitu suka ada di keramaian, dan susah untuk mulai bergaul, tetep mencoba ngilangin kekhawatirannya itu. Karena si kakak ini yakin bakal baik-baik aja kalo dia ada sama Natha. Aw, sweet banget, ya.

Until the end [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang