14. Rumah sakit

139 134 29
                                    

Vita-sang ibu melangkah cepat menghampiri kasur anak sulungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vita-sang ibu melangkah cepat menghampiri kasur anak sulungnya. Zetha terbaring di ranjang dengan infus di tangannya dan balutan perban di kepalanya. Wanita menawan itu mendudukkan dirinya di kursi sebelah ranjang sembari menggenggam tangan Zetha. Gurat cemas jelas sekali terbentuk di wajah si ibu.

"Kata dokter Kak Zetha hanya kelelahan, dan benturan di kepalanya yang membuat ia pusing hingga tak sadarkan diri." Natha mengulang kembali penjelasan Sang Dokter tadi kepada ibunya.

Ibu begitu khawatir saat Natha menghubunginya dan mengatakan Zetha masuk rumah sakit. Segera ia batalkan janji temu dengan klien dan bergegas menemui putrinya. Sang ibu menoleh pada bungsunya dan memeluk gadis itu lantas mengecup dahinya.

"Kau sudah makan?" 

"Sudah, Bu. Aku juga membeli makanan ini untuk Kak Zetha nanti." Si ibu tersenyum mendapati begitu peduli dan perhatiannya si gadis kecil itu pada kakaknya. 

Jarum jam terus berputar berirama. Natha sesekali melihat ponselnya, lalu kembali membolak-balilkan halaman majalah, entah ia baca atau tidak. Si Ibu setia duduk di kursi, menemani Zetha yang masih menutup matanya. Wanita paruh baya itu terus merapalkan do'a untuk kesadaran putrinya, sampai do'a itu akhirnya terkabul. Zetha menggerakkan jemari dalam genggaman si ibu dan perlahan membuka matanya.

"Mengapa aku di sini?" Gadis itu bertanya lirih pada ibunya yang menciumi keningnya begitu lama.

"Kakak tak sadarkan diri tadi," jawab Natha yang sudah berdiri di samping kakaknya.

Zetha kembali mengingat hal yang mungkin ia lupakan. Ah, kepala yang berdenyut dan pandangannya yang berputar-putar. Sungguh menyiksa.

"Apa kini kau baik-baik saja?" Zetha mengangguk jujur untuk menjawab pertanyaan ibunya. Ia sudah merasa lebih baik dari waktu terakhir sebelum tak sadarkan diri.

"Setelah ini kau harus makan yang banyak. Istirahat yang cukup. Jangan sampai terlalu lelah. Makanlah makanan yang bergizi, ingat itu," pesan ibu yang begitu khawatir. 

"Yes, Mom. Aku akan melakukan apapun yang kau katakan." Zetha memberi senyumannya yang terbaik untuk meyakinkan ibunya.

Vita mengusap kepala anaknya dengan penuh kasih. Dering ponsel dari saku membuatnya menarik tangan dari kepala sang anak dan menjawab panggilan itu.

"Oh! Aku hampir lupa. Baiklah, aku akan datang sebentar lagi." Setelah sambungan telepon terputus, ibu menoleh pada Zetha. "Ibu harus menghadiri pertemuan," katanya.

"Tak apa, Bu. Di sini sudah ada Natha." Vita mengecup dahi Zetha dan mengusap kepalanya, lalu bergantian melakukan hal yang sama dengan Natha. Wanita itu berpesan sekali lagi pada si sulung untuk istirahat dan meminta si bungsu menjaga kakaknya dengan baik.

Lantas, setelah ibu pergi dari ruangan itu, Natha mengambil kotak makan dan memberikannya pada Zetha, "Makanlah, kau butuh energi." Zetha menurut. Meraih kotak itu dan membukanya. Mengambil sendok yang tersedia, dan mulai melahap makanan itu.

Until the end [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang