18. Paris

118 116 36
                                    

Natha dan Jung Nam baru saja pergi, meninggalkan Zetha yang kini duduk bersandar di sofa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Natha dan Jung Nam baru saja pergi, meninggalkan Zetha yang kini duduk bersandar di sofa. Gadis itu kini tengah sibuk dengan kegiatan menggambarnya. Matanya hanya fokus pada buku polos itu. Getaran dari ponsel membuat Zetha harus menghentikan kegiatannya dan menjawab panggilan masuk itu.

"Zetha," sapa suara yang sudah lama ingin didengarnya.

"Halo, Mom. How are you?" Zetha merindukan ibunya.

"Baik. Bisakah kau ke apartemen sekarang?" Zetha menyanggupi permintaan Vita. Ia segera bersiap dan bergegas pergi ke apartemen ibunya dengan taxi.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di apartemen sang ibu. Zetha langsung disambut hangat oleh ibunya di depan pintu apartemen. Wanita anggun itu membawa Zetha masuk ke dalam dan menariknya untuk duduk di sofa putih bersih. Ibu mengambil dua gelas air putih dan meletakkannya di atas meja. Ia memandang anak gadisnya. Menarik napas panjang sebelum berkata,

"Maafkan Ibu. Maafkan keegoisan ini, keegoisan yang menyulitkanmu. Maaf kemarin Ibu tak bisa berpikir dengan baik dan malah mengacaukan semuanya. Maafkan semuanya, Zetha." 

Bayang-bayang seminggu lalu kembali menghampiri Zetha. Bagaimana ibunya tak mengakui Natha, bagaimana ibunya meninggalkan mereka tanpa kabar, dan bagaimana mereka menjalani hari tanpa kehadiran wanita yang mereka sayangi. Zetha tak marah, hanya saja ia sedikit kecewa, mungkin. Tapi gadis itu sadar semua sudah berlalu. Tak ada lagi yang perlu dipermasalahkan.

Memikirkan kejadian lalu, si gadis kembali mengingat selembar foto yang ia temukan di ruang kerja sang ibu. Ia ingin menanyakan hal itu sekarang. Tapi, mungkin ini bukan saat yang tepat untuk meminta penjelasan tentang hal itu. Yang Zetha inginkan hanya sosok ibu yang akan kembali bersamanya dan adiknya.

"Itu sudah berlalu, Bu. Biarkan saja," lirih Zetha. Wanita itu merengkuh putri sulungnya ke dekapan. Mencium dahi Zetha cukup lama untuk meluapkan buncahan rindunya.

"Di mana Natha?"

"Bersama temannya," jawab Zetha. "Kami kedatangan tamu dari Korea," lanjut Zetha begitu menyadari ibunya yang kebingungan.

Ibu akhirnya mengangguk paham. Mereka berdua perlahan terhanyut ke dalam percakapan hangat seperti dulu. Zetha bersyukur waktu memberi peluang ibunya untuk kembali padanya lagi. Percakapan itu masuk pada rencana si ibu yang akan mengunjungi bisnisnya di Paris. Zetha memaksa ibu untuk membawa serta dirinya terbang ke negeri asing itu. Meski si ibu mengatakan hanya pergi dalam waktu singkat, Zetha tetap ingin ikut. Ia merasa tak tenang dengan penerbangan dan bisnis itu.

"Ya sudah, kemaskan barangmu sesegera mungkin. Ibu akan mengantarkanmu pulang."

Suara tawa riang di ambang pintu menyambut kedatangan ibu anak itu di rumah, membuat ibu menghentikan kegiatannya dan beralih menatap ke arah sumber suara. Di sana ada Natha dan seorang laki-laki, yang Vita yakini itulah teman Korea anaknya. Mata yang beradu pandang dengan si wanita menampilkan ekspresi terkejut. Secepat mungkin Natha menunduk dan tak menatap ibunya. Berbeda dengan Jung Nam yang langsung menyapa nyonya rumah dengan hangat.

Until the end [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang