22. Tersangkut Masa Lalu

67 55 8
                                    

Zetha memang sudah berbaikan dengan Dae Hyun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zetha memang sudah berbaikan dengan Dae Hyun. Ia pun tak sabar menunggu kedatangan kekasihnya. Hari-harinya kembali berwarna seperti dulu, sebab kehadiran sang lelaki.

Meski begitu, Zetha tak bisa melepas pikirannya dari masa lalu ibunda. Cerita ibunya masih saja terngiang di kepala. Ia jadi banyak berpikir tentang kehidupan yang sekarang ia jalani.

"Apakah ayah pernah memikirkanku?"

"Apa ibu masih sering dihantui masa lalu itu?"

"Apa ibu akan selalu menyembunyikan ini dari Natha?"

"Bagaimana hidupnya jika ibu tak pernah bertemu ayah Natha?"

Dan beribu pertanyaan tanpa jawaban yang terus melayang di kepalanya. Zetha merasa ia tak bisa terus menyembunyikan kegelisahan ini.

Jadi, sore itu ia memutuskan pergi ke apartemen ibunya. Dipencetnya bel di depan pintu, lantas menunggu sampai ibunya menampilkan wajah.

"Oh, Zetha," sapa sang ibu sumringah. Zetha ikut tersenyum dibuatnya.

Mereka masuk dan duduk pada sofa empuk di ruang tengah. Ibunya hendak mengambil susu untuk mereka minum, tapi dengan cepat Zetha mengambil alih pekerjaan itu.

"Ibu tak perlu repot, biar aku saja." Begitulah katanya.

Keduanya duduk dengan tenang sambil sesekali menyesap susu di gelas. Sesekali obrolan ringan dilontarkan Zetha, seperti kesehariannya di rumah atau bagaimana Natha dan Jung Nam yang begitu dekat.

"Oh, ternyata anak-anakku sudah besar saja," komentar sang ibu dengan kekehannya.

"Kau tau, Bu, Natha sangat senang jika Jung Nam yang masak." Keduanya tertawa. Obrolan ringan seperti itu saja sudah membuat mereka bahagia.

Selanjutnya, pada jeda yang pas, Zetha mengangkat topik yang selama ini ia pikirkan.

"Apa Natha tak akan ibu beritahu?"

Ibunya mengerti pancaran kegelisahan yang terpancar di mata Zetha. Wanita itu menghela napas dan tersenyum tipis.

"Akan ibu beritahu, Nak. Natha berhak tau semuanya, benar begitu bukan?" Zetha tersenyum ketika ibunya mengusap puncak kepalanya. Ia mengangguk pelan.

"Lalu, apa ibu benar-benar tak tahu tentang saudaraku?" Ini adalah kejujurannya. Meski luka di masa lalu mengoyak hati, Zetha masih ada keinginan untuk bertemu saudaranya. Untuk melihat, bagaimana rupanya sekarang. Untuk meyakinkan, bahwa saudaranya baik-baik saja dan mungkin mengenalnya ....

"Kau begitu ingin tahu tentang mereka, Sayang?"

"Bagaimana denganmu, Ibu?"

Keduanya terdiam. Merenung dengan pikiran masing-masing. Lantas, si ibu menggenggan tangan putrinya. Ditatapnya bola mata indah di depannya, dan tersenyum teduh.

"Jika kau ingin bertemu, ibu akan membawamu."

"Bukankah ibu bilang ibu tak tau kabar ayah dan saudaraku lagi?"

Ibu menghela napas panjang sebelum menjelaskan, "Ibu terlalu hanyut dalam luka, Nak. Ibu bertemu ayahmu beberapa waktu lalu, dia di sini. Namun, karena ibu masih dendam dengan masa lalu, ibu jadi menyembunyikan semuanya darimu. Ibu hanya berpikir ... jangan sampai kau terluka."

Zetha menahan air di pelupuk matanya. Gadis cantik itu mendekat dan memeluk sang ibunda. Ia mencoba paham dengan apa yang tengah ibunya rasakan.

Untuk beberapa waktu itu mereka tetap berpelukan, saling menyalurkan kehangatan untuk mengobati hati yang terluka.

Selepasnya, ibu kembali bertanya perihal keinginan Zetha untuk bertemu keluarga kandungnya. Memikirkan sepenuh hati, akhirnya Zetha mengangguk. Meski nanti berujung luka, Zetha tetap ingin bertemu. Ia tak ingin menyesal karena tak pernah bertemu sekalipun.

~~~

Zetha menghampiri Natha di kamarnya setelah makan malam. Adik manisnya itu menutup buku dan tersenyum menyambut kedatangannya.

"Sedang belajar?"

"Tidak, hanya sedikit membaca. Kenapa, Kak?" Natha ikut duduk di sebelah Zetha, sama-sama menikmati empuknya kasur.

Zetha menatap lama pada manik yang tidak mirip dengannya. Kelebat masa lalu kembali memenuhinya, tentang pendapat orang-orang yang mengatakan mereka sama sekali tak mirip.

Kini, ia pun mengakui hal itu. Setelah mengetahui kenyataannya, Zetha semakin melihat perbedaan di antara mereka berdua.

"Kak, kau tak apa?" Panggilan Natha membuyarkan segala bayangan itu.

"Natha, kumohon dengarkan aku sampai akhir .... " Dengan begitu Zetha mulai menceritakan segala kebenarannya.

~~~

Tbc.

Until the end [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang