BUGH
"Revi!!!"
Pelaku pelemparan bantal itu berlari seraya terkikik menuju lantai pertama rumah bercat putih itu. Mendengar suara derap langkah kaki yang begitu cepat membuat semua orang yang tengah berdiskusi di ruang tamu kini teralihkan.
"Ngapain kamu lari-lari?" tanya Ferisha seraya menatap anak gadisnya aneh.
Gadis dengan piyama tidur bermotif bunga itu menyengir seraya menatap ke seluruh orang yang kini menatapnya pula.
"Jangan nyengir gitu, cantik nggak, kayak domba iya," sindir Ferisha membuat gadis itu memelototkan matanya.
"Ih mama!" protes gadis dengan rambut yang dicepol asal itu.
"Ini.... Hazel ya?"
Gadis itu menolehkan wajahnya pada wanita paruh baya yang kini menunjuknya.
"Ini (Namakamu) Tan, kalau Hazel nggak mungkin secantik (Namakamu)," cengir (Namakamu) membuat Dara-wanita paruh baya yang bertanya itu mengangguk-anggukkan kepalanya.
Beberapa detik kemudian, seorang gadis berparas cantik datang menghampiri mereka. Gadis itu tersenyum seraya meletakkan beberapa gelas berisi es jeruk ke atas meja ruang tamu.
"Nah kalau itu Hazel. Keliatan kok Tan, liat aja." (Namakamu) tersenyum seraya bergaya seolah dirinya adalah kontestan dari ajang Miss Indonesia.
Hazel menghela nafas berat. Melihat kelakuan sang kembaran, membuat dirinya sangat malu.
"Iya, tante tau. Kalian sama-sama cantik," ucap Dara seraya tersenyum menatap sepasang kembaran itu.
(Namakamu) tersenyum lalu mengibaskan rambutnya. Beberapa saat kemudian, Dara membuka suaranya lagi membuat gadis itu menghentikan aksi tidak jelasnya.
"Iqbaal nya mana? Kalian habis berunding untuk fitting baju besok kan?" tanya Dara seraya mengangkat alisnya.
(Namakamu) menggaruk kepalanya yang tak gatal. Berharap cowok itu segera turun dari lantai dua rumah (Namakamu) lalu menampakkan batang hidungnya.
"Iqbaal disini bunda."
Semua orang yang berada di ruang tamu menatap Iqbaal yang kini menuruni anak tangga satu persatu. Begitupun (Namakamu), menatap cowok yang berbeda empat tahun itu dengan tatapan takutnya. Iya, takut jika Iqbaal membicarakan perihal dirinya yang melempar bantal hingga mengenai wajahnya tadi.
"Kamu kenapa lama di atas? Kok nggak bareng sama (Namakamu) turunnya? Calon istri itu dijagain, Iqbaal," nasihat Dara-bunda Iqbaal.
Iqbaal memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana pendeknya. Ia menatap (Namakamu) dengan tatapan galak membuat gadis itu menyengir.
"Ampun om," bisik (Namakamu) ketika cowok itu melewati dirinya yang kini tengah berdiri di dekat pintu utama.
"Iqbaal, denger bunda?"
"Iya bunda." Iqbaal menghela nafas lalu hendak keluar dari rumah berukuran cukup besar itu.
Cowok itu menghentikan langkahnya lalu berbalik badan, "Iqbaal izin keluar dulu."
Setelahnya Iqbaal berjalan keluar dari rumah itu. (Namakamu) merutuki diri sendiri, pasti setelah ini sang mama akan mengintrogasi nya.
"Iqbaal kamu apain, (Nam)?"
Baru aja dibilangin.
(Namakamu) menyengir lalu menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Nggak apa-apa kok ma. Mungkin si om mau cari angin."
"(Namakamu)," peringat Ferisha.
"Mama," balas (Namakamu).
"Jangan dibiasain manggil om, Iqbaal itu masih muda, masih kuliah," peringat Ferisha membuat wanita yang seumuran dengannya terkekeh.
"Nggak apa-apa Sha, mungkin (Namakamu) belum terbiasa," kekeh Dara.
"Tapi nggak pantes Ra. Duh pokoknya mama maunya kamu manggil Iqbaal itu dengan sebutan mas, oke?"
(Namakamu) menatap Ferisha dengan tatapan terkejut sekaligus jijik, "Nggak mau ma. Kan si om bukan mas bakso."
"(Namakamu)," peringat Ferisha lagi.
(Namakamu) menghela nafas pasrah, "Iya ma. Mas Iqbaal Mas Iqbaal Mas Iqbaal tukang bakso keliling."
"(Nam)!"
(Namakamu) menyengir lalu mengacungkan jari tengah nya membuat Ferisha memelototkan matanya.
"Tangannya!"
(Namakamu) yang menyadari itupun mengacungkan jari telunjuknya hingga membentuk tanda peace. Gadis itu menyengir membuat Dara menggeleng-gelengkan kepalanya seraya terkekeh.
"Yaudah, kamu samperin Iqbaal. Mungkin dia lagi cari jajanan. Dia suka banget jajan malam-malam," jelas Dara membuat (Namakamu) tersenyum kikuk.
Sungguh, demi apapun, (Namakamu) sangat malas sekali jika harus berduaan dengan cowok galak itu. Lebih baik ia kabur lalu jalan dengan Gara, daripada harus menghabiskan tenaganya menghadapi sikap galak cowok itu.
"(Nam)," panggil Ferisha.
"Iya-iya. Yaudah (Namakamu) susul Om-eh Mas Iqbaal dulu."
Setelahnya kedua kaki (Namakamu) berlari keluar rumah dengan ekspresi jijiknya. Ia mengeluarkan lidahnya kala teringat jika dirinya baru saja memanggil Iqbaal dengan sebutan Mas.
"OM!"
Iqbaal membalikan badannya sesaat lalu meneruskan langkahnya. Mengabaikan teriakan dari gadis yang berdiri beberapa meter di belakangnya.
"OM TUNGGUIN GUE!"
(Namakamu) berlari tanpa menggunakan alas kaki. Cewek itu terus menyumpah serapahi Iqbaal yang terus berjalan tanpa memperdulikan dirinya.
"OM GUE GAK MAU YA DIPECAT JADI ANAK MAMA!"
"OM IH!"
"DASAR SETAN!"
<3<3<3
Ala note :
Selamat datang di cerita baru🌈 hope u like it! Mari kita menyelami kehidupan Iqbaal dan (Namakamu) di cerita baru ini!Fyi: cerita ini ditulis tanpa outline. Wish me luck!
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Galak!
FanfictionKatanya, Pak Iqbaal itu ganteng +++ Katanya, Pak Iqbaal itu beribawa Dan katanya lagi, Pak Iqbaal itu dewasa banget Semua orang mengatakan seperti itu. Tapi bagi (Namakamu) tidak. Menurut (Namakamu), Pak Iqbaal itu- GALAK Banget. Serius. Dan sialnya...