"Gue sebentar lagi ulang tahun loh. Kita udah sama-sama janji kan buat ngerayain ulang tahun gue bareng-bareng? Tapi kenapa sekarang Lo ngomong kayak gini?" tanya (Namakamu) sedikit kecewa.
Kintan menatap kedua mata (Namakamu) yang memancarkan kekecewaan, "Maafin gue, (Nam). Ini benar-benar diluar rencana gue."
"Katanya kita juga mau bakar-bakar bareng waktu Idul Adha nanti, lo mau mengingkari itu juga?" tanya Jejy. Cewek yang biasanya dipenuhi oleh senda gurau, kini matanya memancarkan keseriusan.
Kintan menghela nafas panjang, "Gue minta maaf."
"Lo yakin Lo gak akan narik omongan Lo?" tanya (Namakamu) sekali lagi.
"Kalo lo ga tarik omongan lo, lo tega sih sama kita. Apalagi sama (Namakamu). Ulang tahunnya loh Tan. Bahkan hari lebaran Idul Adha aja bertepatan dengan hari ulang tahun (Namakamu). Kurang spesial gimana lagi?" sambung Jejy.
Kintan menatap keduanya dengan tatapan tak enak, "Gue tau dan gue minta maaf banget. Gue gak bisa nolak perintah orang tua gue."
(Namakamu) menghela nafas kecewa lalu bangkit dari duduknya.
"Gue harus belajar buat olimpiade. Kalo kalian mau diem disini, silahkan. Tapi gue izin pamit ke kamar," ucap (Namakamu) lalu berjalan menaiki anak tangga satu persatu.
Kintan dan Jejy hanya menatap punggung gadis itu yang semakin lama, semakin menghilang.
"Tan, lo gak bisa mikir-mikir lagi?" tanya Jejy. Pasalnya (Namakamu) tak pernah berlaku seperti ini. Ini pertanda bahwa gadis itu benar-benar kecewa.
Kintan menggeleng, "Gue gak bisa ngelakuin apa-apa lagi."
Jejy mendengus pasrah, "Yaudah mending sekarang kita balik. Biarin dia nenangin diri dulu."
Kintan mengangguk ragu. Keduanya berjalan keluar dari rumah (Namakamu).
Berbeda dengan kedua sahabatnya, (Namakamu) kini tengah menelungkup kan badannya di kasur kamar utama. Ia memainkan tali guling. Jujur, baru kali ini hatinya terasa sedih.
Akan kehilangan orang terdekat itu memang hal menyakitkan bukan?
<3<3<3
Hari sudah berganti malam. Cowok dengan pakaian casual itu bangkit dari posisi duduknya lalu merapikan rambutnya.
"Gue balik dulu."
Marvel menyemburkan es teh yang berada di mulutnya ke arah Elang.
"Bangsat!"
"Jijik anjing!" umpat Elang lalu mengelus-elus bajunya yang terkena semburan Marvel.
"Baal, Lo kok malah mau balik sih. Gak asik Lo!" decak Marvel.
Devan menyeruput kopi hitamnya, "Hm bener lo, mau kemana sih? Kek anak perawan aja."
"Gue ada janji," ucap Iqbaal berbohong.
Padahal bukan ada janji, tapi Iqbaal tak enak dengan orang tua (Namakamu) yang menginap di rumahnya. Masa sudah punya istri masih nongkrong sampai tengah malam?
"Masa?" ledek Marvel.
"Diem lo jomblo!" Iqbaal melempar kacang polong ke arah Marvel mengundang gelak tawa Elang.
"Ngapain lo ketawa anjing," kesal Marvel yang ditujukan untuk Elang.
"Udah, lo semua banyak bacot. Gue balik duluan. Kapan-kapan gue kabarin kalo mau ngopi lagi," pamit Iqbaal lalu berjalan menaiki motor miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Galak!
FanfictionKatanya, Pak Iqbaal itu ganteng +++ Katanya, Pak Iqbaal itu beribawa Dan katanya lagi, Pak Iqbaal itu dewasa banget Semua orang mengatakan seperti itu. Tapi bagi (Namakamu) tidak. Menurut (Namakamu), Pak Iqbaal itu- GALAK Banget. Serius. Dan sialnya...