s e m b i l a n

795 125 42
                                    

"Ck nggak mau!" tolak (Namakamu) lagi.

Iqbaal mendengus sebal, "Mama yang nyuruh saya, Revi."

"Tapi gue nggak mau om! Bisa nggak sih gak maksa?"

"Kalau bukan mama yang nyuruh, saya juga nggak akan maksa Revi! Jangan bantah!" ucap Iqbaal kesal.

Mau bagaimanapun (Namakamu) menolak, sepertinya om-om itu tak akan mau menuruti keinginannya. Sekarang keduanya tengah berada di dalam mobil cowok itu. Tapi sedari tadi keduanya terus berperang. Kata Iqbaal, (Namakamu) disuruh Ferisha untuk mengambil sebuah paket di butik temannya Ferisha. Tentu (Namakamu) malas, karena ini sudah tengah malam, ia ingin segera tidur.

(Namakamu) berpikir, seberapa pentingnya sih itu paket? Apa harus diambil malam ini juga? Tidak tahukah Ferisha bahwa tubuh (Namakamu) sekarang kehabisan energi.

"Om bilang aja sama mama kalo gue udah capek banget!" ucap (Namakamu) bersikukuh.

"Cih capek apanya? Daritadi saya liat kamu bersemangat?" cibir Iqbaal.

"Gue bener-bener capek! Tenaga gue habis!"

"Suruh siapa kamu datang ke acara balapan liar itu? Kenapa juga kamu menjual nama saya?!" tanya Iqbaal tajam.

(Namakamu) mendengus lelah, "Jangan bahas itu dulu. Gue lagi capek."

"Saya juga capek, Revi! Kamu seenaknya menggunakan nama saya untuk berbohong kepada orang tua. Saya yang menanggung malu! Apa kamu tidak bisa berpikir jernih? Kamu ini udah dewasa!"

(Namakamu) terdiam seraya melihat ke luar jendela. Ia sangat lelah untuk berdebat dengan cowok itu. Ditambah mood nya yang tiba-tiba memburuk saat Gara masih menolaknya tadi.

"Jangan diam! Saya bicara!" tegas Iqbaal.

(Namakamu) menolehkan wajahnya menatap lelah cowok itu, "Gue juga tau Lo capek. Tapi Lo bisa diem sebentar gak sih? Tinggal diem terus bawa gue pulang, gampang kan?"

Ciiiitt

Iqbaal menginjak pedal rem secara tiba-tiba membuat dahi gadis itu hampir terbentur kaca mobil.

"Saya bukan supir kamu! Bisa nggak sopan sedikit dengan saya?! Saya nggak mau dengar kamu bawa-bawa nama saya lagi!"

"Om gue juga capek! Plis jangan bahas itu dulu bisa?! Masalah gue bawa nama lo itu urusan gampang. Kenapa harus diribetin lagi sih?" tanya (Namakamu) dengan emosi meningkat.

"Urusan gampang menurut kamu? Saya yang menanggung malu, (Namakamu). Bisa nggak kamu nurutin apa perintah saya?" tanya Iqbaal seraya menahan emosinya.

"Terserah om! Gue males ngomong sama lo! Gue gak mau nikah sama lo!" teriak (Namakamu) lalu membelakangi Iqbaal.

"Siapa juga yang mau nikah sama kamu."

"Kalau gitu ngapain om terima?!"

"Saya tanya balik, kamu rela liat mama kamu nangis?"

"Nggak lah!"

"Ya itu jawaban saya," ucap Iqbaal singkat.

(Namakamu) hanya terdiam lalu memutar bola matanya. Baru pertama kali ia mendengar Iqbaal memanggilnya dengan sebutan (Namakamu). Apa cowok itu tadi benar-benar kesal dengannya?

Tapi, ngapain juga (Namakamu) mikirin itu. Toh (Namakamu) nggak salah, pikirnya.

"Cepat keluar," ucap Iqbaal menginjak pedal rem lalu keluar dari mobil.

(Namakamu) membuka seat belt nya lalu ikut keluar. Ia baru tersadar, keduanya kini sudah sampai di parkiran butik yang Ferisha maksud.

"Eh mbak (Namakamu) ya?" tanya penjaga butik tersebut ketika Iqbaal dan (Namakamu) masuk ke dalam butik.

Om Galak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang