d e l a p a n b e l a s

689 112 13
                                    

"Pak Iqbaal, tau gak itu tuh murid yang lagi berdiri disitu namanya (Namakamu). Dia anak IPS tapi so soan ikut olimpiade Fisika. So jago banget gak sih, Pak?" kompor Wanda seraya menyunggingkan senyum miringnya.

Mendengar sindiran Wanda, kedua tangan (Namakamu) otomatis mengepal dengan wajah memerah.

"(Namakamu)! Ngapain lo diem disitu oon! Cepet kesini woy!" teriak Jejy dari lantai dua.

Teriakan Jejy tak ada artinya bagi (Namakamu). Gadis dengan seragam sekolahnya itu masih memperhatikan Wanda dengan emosi yang sebenarnya memuncak.

"Pak, lihat deh. Tuh anak apa habis kebakar kali ya, udah mukanya dekil banget eh merah juga," ucap Wanda memanaskan suasana.

Iqbaal hanya menopang dagunya dengan mata elang yang tak lepas dari pergerakan (Namakamu). Cowok itu tidak menanggapi ucapan Wanda sama sekali.

"Pak, ih kok diem sih? Aku mau kasih tau aja hati-hati sama dia. Pokoknya jangan sampe bapak ngajar dia. Dia tuh gak punya otak. Oon bang—"

"WANDA SINI LO ANJING!"

Sudah habis kesabaran, (Namakamu) menghampiri Wanda dengan emosi yang sempurna. Gadis itu melayangkan tangannya lalu menarik segumpal ujung rambut Wanda membuat sang empu mengaduh kesakitan.

"PAK IQ—"

"DIEM LO ANJING! BERANI LO SAMA GUE?!"

(Namakamu) semakin menjenggut rambut Wanda keras-keras seiring dengan Wanda yang merintih kesakitan. Iqbaal yang melihat kejadian itu pun bangkit dari duduknya lalu melerai kedua muridnya itu.

"(NAMAKAMU) CUKUP!"

Tangan kekar milik Iqbaal berhasil memisahkan tangan mungil (Namakamu) dari rambut Wanda. Gadis yang dijenggut oleh (Namakamu) itu mengerucutkan bibirnya.

"(Namakamu), lo keterlaluan banget padahal gue cuman bercanda," ucap Wanda.

"GAK ADA KATA BERCANDA MENYANGKUT HARGA DIRI GUE! MAU CAPER GIMANA LAGI LO SETAN?"

Wanda mengusap kelopak matanya seakan gadis itu benar-benar menangis. Lalu setelahnya cewek itu menatap Iqbaal.

"Pak, lihat kan akhlaknya aja udah miris banget. Aku jadi korbannya," adu Wanda.

Iqbaal mendengus lalu menatap (Namakamu) tajam. Cowok itu menarik pergelangan tangan (Namakamu).

"Ikut saya!"

"Ck gak mau o—pak!" (Namakamu) memberontak tapi tenaga lengan Iqbaal lebih kuat. Alhasil gadis itu kini diseret oleh cowok berperawakan tinggi itu.

"Pak bawa ke ruang bk aja!" teriak Wanda seraya tertawa jahat tanpa suara.

(Namakamu) mengumpat pelan dengan kepala yang menoleh ke belakang. Setan yang menjelma sebagai murid SMA Merpati itu membuatnya kesal sampai ubun-ubun.

"Eh (Nam) mau kem—"

Ucapan Jejy terhenti kala ia melihat sorot mata tajam milik Iqbaal. Cewek itu meringis melihat (Namakamu) yang bergerak seperti meminta tolong. Waduh Jejy nggak bisa kalau menyangkut Pak Iqbaal. Maaf-maaf aja ya (Nam).

"Ck sakit dong tangan gue, om!" desis (Namakamu) ketika mereka berjalan di ujung koridor.

Iqbaal mendengus kasar lalu membuka pintu ruangannya. Cowok itu menghempaskan (Namakamu) ke sofa yang berada di ruangan itu.

"Kasar banget lo!"

Iqbaal tak memperdulikan ucapan-ucapan (Namakamu). Kakinya melangkah menuju mejanya lalu mengambil sebuah kertas beserta pulpen. Setelahnya ia melempar kedua barang tersebut ke arah kaki (Namakamu).

Om Galak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang