d u a

1.4K 144 8
                                    

(Namakamu) memakan nasi gorengnya dengan bibir yang mengerucut. Sesekali ia mencuri pandang kepada cowok yang kini sibuk memakan nasi goreng di hadapannya. Setelah mulutnya keceplosan berbicara kasar beberapa menit lalu, kini cowok itu semakin berperilaku galak kepadanya.

(Namakamu) tidak mengerti, mengapa Ferisha membiarkan anaknya dijodohkan dengan cowok galak seperti om-om di depannya.

Iqbaal itu bukan cowok dingin seperti di cerita novel yang biasa Hazel baca. Iya, kata Hazel—adik kembarnya, cowok di cerita novel itu kebanyakan memiliki karakter dingin seperti kulkas berjalan. Dari sana (Namakamu) bersyukur, ternyata Iqbaal bukan type cowok seperti itu.

Namun ternyata, (Namakamu) salah tanggap. Iqbaal memang tidak dingin, tapi.....GALAK. Bahkan cowok itu hanya berlaku galak kepadanya. Berbeda lagi kepada orang lain, cowok itu murah senyum dan sangat ramah.

Jadi, disini (Namakamu) Revisha yang kurang beruntung atau Iqbaal saja yang memang tidak menyukainya?

Ah, lagipula, (Namakamu) memang sangat berharap agar Iqbaal tidak menyukainya. Karena itu akan menjadi bencana besar untuknya. Ia tak akan bisa mendekati cowok yang disukainya, Gara Alzafat—ketua basket di sekolahnya.

"Kembaliannya kasih aja ke cewek gembel itu."

(Namakamu) mengerjabkan matanya, menyadari kini sosok cowok galak didepannya menghilang. Ia menolehkan wajahnya dengan cepat. Iris matanya menatap kesal cowok yang kini berjalan menjauhi gerobak nasi goreng. Iqbaal meninggalkannya.

"Pak, ini berapa ya semuanya?" tanya (Namakamu) terburu-buru. Ingin sekali ia menendang cowok itu sampai ke planet mars.

Bapak penjual nasi goreng itu menatap penampilan (Namakamu) dari bawah ke atas, "Mbak gembel yang dimaksud mas nya tadi ya?"

(Namakamu) memelototkan matanya. Bisa-bisanya om-om itu menyebutnya cewek gembel.

"Udah dibayar mbak. Ini kembaliannya, lumayan buat tabungan beli sendal," ucap bapak penjual nasi goreng lalu menatap kaki (Namakamu) yang tidak memakai apapun.

(Namakamu) menatap uang logam lima ratus rupiah yang berada di telapak tangannya. Lalu kedua matanya menatap penjual nasi goreng yang kini sudah sibuk dengan pesanan yang dipesan pembeli yang lain.

Berdecak kesal. (Namakamu) berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya. Cowok yang beberapa hari lalu ia kenal itu mampu membuatnya darah tinggi. Baru saja bertemu begini sudah membuatnya kesal, lantas bagaimana nanti jika keduanya sudah terikat hubungan yang sah?

"(Nam)!" teriak Ferisha menatap anak gadisnya yang berjalan tanpa alas kaki, "kamu ini lama banget jalan nya! Cepetan calon suamimu mau pamit!"

(Namakamu) menatap mama nya yang berteriak di depan rumah miliknya. Ia menggerakkan bibirnya kesal.

"Bodoamat! Pulang aja tuh sendiri om-om tua bangka," decak (Namakamu) lalu gadis itu sibuk berjalan dengan wajah yang tak bersahabat.

"Heh mukanya jangan ditekuk gitu. Kamu kenapa sih malu-maluin mama, masa kata Iqbaal kamu mau nginep nemenin Abang nasi goreng?" Ferisha berkacak pinggang menatap horor anak gadisnya.

(Namakamu) memelototkan matanya lalu sedetik kemudian gadis itu mengumpat.

"Emang setan ya si om! Bisanya nuduh orang sembarangan!" umpat (Namakamu) dengan wajah kesalnya.

"(Nam)!"

Pletak

"Aws mama!" Ringis (Namakamu) lalu mengelus dahinya yang baru saja terkena jitakan dari mama nya.

"Gak sopan kamu sama calon sendiri. Siapa yang ngajarin?!"

(Namakamu) mendengus sebal lalu memutar bola matanya, "Hazel."

Om Galak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang