"Emang dasar bangsat tuh anak dua!" oceh (Namakamu) pelan.
"Ngomong apa kamu?!"
"Gak," jawab (Namakamu) ketus.
(Namakamu) kini sedang diseret menuju ruangan khusus Iqbaal di sekolah ini. Tadi Jejy dan Kintan langsung kabur ketika dirinya sibuk memohon kepada Iqbaal agar rekaman gibah nya tidak diberikan pada sang mama. Jadilah sekarang ia diseret oleh cowok galak itu, seharusnya sekarang (Namakamu) sedang bersama Gara di kantin.
"Buruan masuk!" tegas Iqbaal membuat gadis itu memutar bola matanya.
Iqbaal menutup pintu ruangannya lalu menguncinya. Sedangkan (Namakamu) kini duduk di atas meja ruangan itu dengan wajah yang menahan kesal.
"Duduk di bawah!" perintah Iqbaal.
"Gak mau!" balas (Namakamu) seraya bersidekap dada.
"Gak sopan! Duduk dibawah at—"
"Ck iya-iya!!" kesal (Namakamu).
Gadis itu turun dari meja lalu mendudukkan bokongnya di lantai tanpa beralaskan apapun. Iqbaal mendengus dengan wajah datarnya.
"Duduk di kursi bukan jadi gembel!" Tangan Iqbaal menarik kerah seragam gadis itu membuat sang empu memberontak tak jelas.
"Om gue bukan kucing yang seenaknya ditarik-tarik gini!" kesal (Namakamu).
"Siapa yang bilang kamu kucing? Kamu calon istri saya bukan kucing," balas Iqbaal.
(Namakamu) memalingkan wajahnya kesal. Emangnya (Namakamu) bisa dirayu seperti itu? Oh tentu tidak semudah itu ngab.
"So soan buang muka kalau pipi tetep merah."
Seketika tubuh (Namakamu) menegang. Apa katanya? Pipi (Namakamu) memerah? Ah tidak mungkin! Ngapain juga dirinya baper dengan om-om tua bangka itu.
Brakk
"Kerjakan berkas itu! Tidak ada bantahan!" perintah Iqbaal tajam seraya menatap gadis itu.
(Namakamu) menatap setumpukkan berkas tebal di depannya. Lalu kedua matanya beralih menatap pria yang berdiri di depannya.
"Om gila? Gue bukan pembantu lo!" tolak (Namakamu) mentah-mentah.
"Saya gak pernah bil—"
"Stop! Intinya gue gak mau ngerjain kertas-kertas gak berguna itu!" potong (Namakamu) kesal.
Iqbaal memasukkan tangannya ke dalam celananya, "Yasudah."
(Namakamu) tersenyum menang lalu bangkit dari duduknya. Ia tersenyum smirk seraya menatap Iqbaal.
"Gu—"
"Uhm mana ya no Tante Risha." Iqbaal memainkan ponselnya serius membuat gadis itu membulatkan matanya.
"Oke, send rekam—"
"OM GUE MAU NGERJAIN BERKASNYA KOK! CEPET UNSEND OM!" panik (Namakamu) lalu gadis itu dengan cepat mengambil setumpukkan berkas itu hingga wajahnya hampir tenggelam karena kertas-kertas tebal itu.
Iqbaal tersenyum kemenangan lalu memasukkan kembali ponselnya. Hanya digertak begitu saja gadis itu sudah takut. Payah!
"Kerjakan di ruangan saya!" perintah Iqbaal ketika gadis itu hendak keluar ruangan.
"T-tapi na—"
"Ini ruangan khusus saya. Gak ada yang berani masuk," jelas Iqbaal membuat gadis itu menghela nafas pasrah lalu kembali menuju meja pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Galak!
FanfictionKatanya, Pak Iqbaal itu ganteng +++ Katanya, Pak Iqbaal itu beribawa Dan katanya lagi, Pak Iqbaal itu dewasa banget Semua orang mengatakan seperti itu. Tapi bagi (Namakamu) tidak. Menurut (Namakamu), Pak Iqbaal itu- GALAK Banget. Serius. Dan sialnya...