"OM TUNGGUIN GUE!"
(Namakamu) berlari sekencang mungkin ketika mobil silver milik Iqbaal berjalan. Gadis itu mengumpat karena mobil Iqbaal yang terus melaju, mengabaikan teriakan gila nya. Untung di jalanan ini sepi, jika banyak orang mungkin ia sudah malu.
"OM TUNGGUIN!!" teriak (Namakamu) lagi. Gadis itu tidak memperhatikan jalanan hingga batu besar yang berada di depannya membuatnya tersandung.
"Anjing!" ringis (Namakamu) memegang lututnya yang mengeluarkan darah segar.
Mendengar suara umpatan, kedua mata cowok itu menatap spion bagian tengahnya lalu menginjak pedal rem mobil. Ia mendengus sebal lalu membuka seat belt nya. Kakinya melangkah menuju gadis yang kini terduduk dengan wajah yang sepertinya menahan kesal.
"Bangun!" titah Iqbaal dengan wajah malas nya.
(Namakamu) mendongakkan kepalanya menatap cowok galak itu, "Kalau punya hati, ya orang jatuh itu tolongin!"
"Saya tanya, kamu jatuh atau ketabrak truk?" sarkas Iqbaal.
(Namakamu) memelototkan matanya seraya mengepalkan tangannya, "Ngomong tuh dijaga! Umur tua tapi pikiran bocah!"
"Memangnya saya peduli?" tanya Iqbaal lalu membalikkan badannya, berjalan menuju mobilnya lagi.
(Namakamu) mengumpat pelan seraya menunjukkan jari tengahnya, "Fuck om!"
Iqbaal menghentikan langkahnya ketika sampai pintu mobilnya, ia menatap gadis itu datar, "Saya gak sudi fak-fakkan sama kamu."
Setelahnya Iqbaal memasuki mobilnya lalu menyalakan mesin mobil membuat (Namakamu) membulatkan matanya lagi.
"Argh nyebelin!" (Namakamu) bangkit dari jatuhnya lalu dengan cepat memasuki mobil Iqbaal bagian penumpang depan.
Brakk
"Ngapain masuk? Saya gak nyuruh."
"Berisik ya om jangan cari masalah! Kesel, kenapa sih mama jodohin gue sama lo! Kalau aja mama itu bukan nyokap gue, udah pasti gue buang tuh ibu-ibu rempong!" ketus (Namakamu) seraya bersidekap dada.
Iqbaal memencet tombol pause di layar ponselnya, "Oke terekam."
(Namakamu) menolehkan wajahnya dengan cepat, "Om jangan direk—"
"Argh bangsat!" umpat (Namakamu) pelan ketika omongannya tadi sudah terekam sempurna di ponsel cowok itu.
<3<3<3
Kedua mata berwarna coklat terang itu tak henti-hentinya menatap cowok tinggi yang berjalan di depannya. Dirinya terus berdecak, sedari tadi keduanya hanya mengelilingi mall karena Iqbaal yang terus berjalan tanpa henti. Mereka kini sedang menuju toko untuk fitting baju pernikahan keduanya, tentu saja hanya cowok itu yang tahu letak toko nya. Kalau (Namakamu) tahu, sudah daritadi ia pergi ke toko itu sendiri tanpa harus mengikuti Iqbaal seperti ini.
"Om! Dimana sih? Kok jauh banget perasaan?" decak (Namakamu). Rok nya masih terasa basah membuat ia sangat tidak nyaman dan ingin segera pulang.
"Padang Mahsyar," singkat Iqbaal.
"Ck ini om-om punya otak gak sih?" gumam (Namakamu) kesal.
Iqbaal membelokkan langkah kakinya menuju sebuah toko besar dengan hiasan gaun pengantin di kaca besarnya. Perlahan kerutan kesal di alis (Namakamu) memudar ketika bola matanya menangkap beberapa gaun indah yang terpasang di maneken.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Galak!
FanfictionKatanya, Pak Iqbaal itu ganteng +++ Katanya, Pak Iqbaal itu beribawa Dan katanya lagi, Pak Iqbaal itu dewasa banget Semua orang mengatakan seperti itu. Tapi bagi (Namakamu) tidak. Menurut (Namakamu), Pak Iqbaal itu- GALAK Banget. Serius. Dan sialnya...