Chapter 09

678 57 2
                                    





Jimin turun dari mobil milik Chanyeol. Wajah Jimin tidak bisa diartikan antara, sedih, kecewa atau senang? Jimin tidak tahu. Saat perjalanan ke kafe ini pun Jimin tidak berkata apapun pada kakaknya, hanya bisa menundukkan kepalanya tanpa berani menatap kakaknya.

Chanyeol menatap Jimin dengan tatapan iba dan juga marah, tapi ia tidak ingin memperlihatkan itu secara nyata pada Jimin. Chanyeol hanya bisa tersenyum untuk menutupi kekesalannya, ia juga keluar dari mobilnya hanya untuk memeluk sang adik.

"Jimin, kau nyakin tidak ingin tinggal bersama Kakak?" Chanyeol kembali menanyakan hal itu, berulang kali dan rasanya Jimin jengah akan hal ini.

Jimin mendongak menatap wajah tampan milik kakaknya, mata binarnya bertemu oleh tatapan lembut darinya. Jimin tidak bisa menghindar, rasanya ia ingin sekali berkata 'YA' tapi ia tidak ingin hubungan keluarganya meregang.

"Tidak Kak, maaf Jimin tidak bisa terima. Ada keluarga--"

"Kau masih berkata mereka keluarga? Mereka tidak pantas di sebut seperti itu!" Chanyeol menyela ucapan Jimin dengan geram. Ia sama sekali tidak mengerti pada Jimin, mereka sudah jahat dengannya tetapi masih berkata seperti itu. Manusia seperti apa Jimin ini?

"Mereka masih keluargaku walau mereka melakukan hal buruk padaku." Jimin tersenyum tulus mengatakannya, tidak ada benci di balik tatapannya itu mata yang semestinya yang hanya dimiliki anak tanggung sepertinya. Tulus dan juga polos.

Chanyeol hanya bisa memeluknya tanpa membalas ucapannya lagi, ia tidak tahu harus berkata apa karena ia sudah meneteskan air mata saat ini. Rasanya ia menjadi cengeng. Chanyeol tidak akan memaksa Jimin untuk tinggal bersamanya, akan tetapi kalau sudah di lewat batas kesabarannya ia akan membuat keluarga itu menyesal.

"Hati-hati bekerja ya Dek, Kakak pulang." Chanyeol melepaskan pelukannya, lalu berjalan pada mobilnya.

Jimin mengangguk mengerti pada arahan yang Chanyeol berikan. Jimin tersenyum sampai matanya tidak terlihat, ia memandangi mobil kakaknya yang sudah ingin menjauh dari halaman kafe ini. Jimin membuang napasnya panjang, ia akhirnya bercerita semua kisahnya pada Chanyeol Jimin juga sudah menduga kakaknya tidak akan pernah menyerah.

Sebelum dirinya memberikan jawaban yang membuatnya lega. Dan akhirnya Jimin pasrah ia sudah lelah, lalu memberi tahu keluh kesahnya tanpa disembunyikan lagi.

Jimin berjalan tanpa tenaga menuju tempat kerjanya, apalagi yang akan diterimanya setelah dua ia tidak masuk kerja. Rasanya Jimin ingin akhiri hidupnya saja, setiap hari tidak ada hentinya membuatnya tersiksa.

Gemericik dari loceng itu berbunyi dan Jimin langsung disambut oleh wanita kasir. Dia saat ini tengah menyapa Jimin dengan senyum, Jimin pun membalas sapaan darinya dengan senyuman juga. Jimin melirik jam yang tergantung di dinding bercat susu ini, pukul menunjukkan dua siang lewat kosong satu.

Sangat diluar jam kerjanya. Jimin semakin menundukkan kepalanya saja saat ini.

"Oh itu Jimin!?" seru Taehyung saat menikmati es coklatnya.

Tanpa sengaja Taehyung menangkap sosok Jimin di ekor matanya, padahal ia sedang membaca buku akan tetapi masih bisa merasakan sekitarnya. Taehyung langsung saja menutup bukunya, menatap Jimin dengan bingung ia pikir Jimin adalah pengunjung tapi....

Mengapa ke DAPUR?!!

Seharusnya Jimin duduk sama seperti yang lainnya, di dapur itu para pekerja dan juga chef tidak ada yang boleh menganggu mereka berkerja. Belum berhenti kebingungannya ia semakin bingung saat sang kakak mendatangi Jimin. Tatapan sang kakak begitu dalam sudah Taehyung pastikan kakaknya mengenal Jimin temannya.

Don't Go (Yoonmin story) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang