Chapter 11

824 61 4
                                    




Bagai raga hidup tanpa jiwa bernapas mengikuti alur dunia. Tidak tahu akhirnya bagaimana, kaki terus saja bergerak dengan langkah yang lebar. Mau itu sedih atau bahagia hanya bisa menunggu waktu kapan semua itu tiba. Menyakitkan atau menyenangkan? Mungkin keduanya akan hadir.

Perasaannya sangat senang bagaimana tidak sudah sangat lama ingin duduk berdua, dikhawatirkan oleh orang tersayang lalu di beri senyuman manisnya. Akan tetapi, dia belum mendapatkan senyum manisnya yang ada hanya tatapan lembutnya. Tapi itu tidak bertahan lama, karena kejadian itu sangat cepat sebab dia sudah di campakkan begitu kerasnya tanpa hati.

Setelah terbang begitu tinggi hampir menyentuh matahari, sayapnya pun melemah dan terjun bebas ke bawah tidak ada menolong dan hanya menunggu nyawa yang akan melayang. Begitu perasaannya saat ini, seharusnya dia tahu kejadian ini akan terjadi tapi dia hanyalah anak biasa yang tidak tahu apapun.

Sebuah rangkulan menyadarkannya kembali ke dunia yang sebenarnya. Jimin melamun sepanjang jalan koridor sekolah, waktu istirahat sudah berjalan dengan cepat mungkin akan segera berakhir. Dan dirinya belum memakan atau menyegarkan pikirannya.

"Jimin! Ke kantin yuk!" Taehyung adalah orang yang saat ini merangkul Jimin begitu erat.

Jimin menggeleng lemah, "Lagi tidak selera dekat sama orang banyak, Taehyung."

Taehyung menatap Jimin dengan tatapan menuntut jawaban dari ucapannya itu, akan tetapi ia tahan dan mengikuti ke mana arah yang akan Jimin tuju. Taehyung memperhatikan wajah muram Jimin, ia mengerutkan keningnya penasaran akan wajahnya itu. Taehyung menganggukkan kepalanya berkali-kali, ia kembali menatap Jimin kali ini tatapannya seperti menggoda?

"Jimin kau ngambek ya? karena kau tidak aku antar ke rumahmu, ya kan ngaku...."

Jimin memberhentikan langkahnya menatap tidak percaya pada teman barunya ini, iapun menjitak kepala Taehyung tanpa berdosa ia melanjutkan kembali langkahnya.

"Apa itu? Hahahha, ada-ada saja. Aku yang menolak tawaranmu, kenapa aku pula yang ngambek?" tungkas Jimin di iringi tawa kecilnya.

Taehyung masih meringis dan mengusap berkali-kali tempat yang di jitak oleh Jimin, ia memajukan bibirnya dan mengikuti langkah Jimin kembali.

"Huh! Jadi karena apa? Kalau bukan masalah itu." Taehyung sudah berada di samping Jimin dengan tangannya di masukkan ke saku celana.

Para wanita yang melihat orang tampan yang sedang berjalan santai, tiba-tiba saja menjerit seperti melihat hantu. Mereka tertuju hanya pada Taehyung, dan yang di teriakkan namanya hanya Taehyung seorang tanpa tahu bahwa di sampingnya juga terdapat pria tampan.

Jimin tersenyum geli menatap Taehyung yang sekarang hanya bertampang tidak peduli, padahal namannya terdengar jelas di sorakan para wanita. Jimin pernah mendengar bahwa nama temannya ini cukup terkenal, bukan karena kepintarannya akan tetapi karena kenakalannya. Jimin tidak mengerti apa yang digilai para wanita itu, seharusnya lelaki seperti Taehyung dibenci atau tidak di usir dari sekolah ini.

Bikin malu dan selalu membuat malu, apa yang patut di banggakan dari seorang Kim Taehyung!?

"Sapa dulu penggemarmu tuh, kasihan mereka." Dagu Jimin bergerak pada gerombolan wanita yang mengila, Jimin juga tertawa di akhri kalimat.

Taehyung menoleh pada lautan wanita dengan lemah, lalu ia mengangkat kedua bahunya acuh. "Tidak peduli, mau pingsan juga bukan urusanku."

Jimin bergidik ngeri mendengarkan perkataan yang dilontarkan oleh Taehyung, anak nakal kalau berucap sangat lancar tanpa memikirkan apapun. Tapi Jimin pastikan, kalau salah satu wanita itu terluka atau dalam bahaya Taehyung langsung bertindak menolongnya tanpa ingat apa yang di ucapkan hari ini.

Don't Go (Yoonmin story) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang