Chapter 03

840 68 0
                                    





Bersama ventilasi yang hampir menyentuhnya. Bersama teman yang terus menemaninya saat ia di dekatnya. Tidak ada lebih baik bersama mereka, walaupun mereka tidak bisa memberikan sesuatu untuk dirinya terhibur.

Jimin saat ini sudah berada dikamarnya, menangis sesenggukan sendirian di ruangan ini tanpa ada yang seorang pun melihatnya. Hanya kamarnya yang tahu tentang hidupnya, hanya kamarnyalah yang mengetahui betapa cengengnya seorang Park Jimin.

Jimin yang begitu kuat dan tegar. Akan lemah seketika saat berada di kamar kecilnya, ia hanya seorang remaja tanggung yang kuat menahan semuanya sampai sekarang. Ia manusia biasa yang kapan saja menangis karena sakit luar biasa di tubuhnya, apalagi hatinya yang menjadi sasaran mereka.

Jimin bukanlah malaikat tetapi mengapa ini sangat berat untuknya? Jimin menengadah wajahnya ke atas langit menampakkan keindahan di atas sana, malamnya kelam seperti hari-hari yang lalu. Hanya malamlah yang tahu berbagai cerita yang ia lontarkan, dan ceritanya disembunyikan dengan rapi tanpa ada yang mengetahui.

"Tuhan beri aku petunjukmu beri aku jawaban yang logis agar aku mengetahuinya, bukan seperti orang bodoh yang hanya bisa terdiam begitu saja."

Jimin melayangkan protes pada yang Maha Kuasa. Suara yang serak dan juga parau pasti akan membuat siapa saja iba, tetapi Jimin tidak ingin mendapatkan itu ia hanya ingin sebuah jawaban dari semua ini. Semua pertanyaan sama sekali tidak ada yang terjawab, ia akan berakhir dengan tangisan lalu tidur berharap keesokan paginya lebih baik.

Jimin seperti berharap sesuatu yang sangat mustahil karena nyatanya, semua harapannya tidak begitu baik terlalu banyak berharap membuatnya kebal dalam segala hal. Yang belum bisa Jimin terima adalah sakit di hati, terlalu sering dan terluka tiap detiknya tetapi rasa sakit itu tidak pernah kebal menerima semua ucapan pedas dari mereka.

"Tuhan beri aku suatu semangat hidup di sini, tolong jangan pernah memberikanku harapan palsu." Jimin sudah lebih tenang saat ini. Air mata sudah mengerikan hanya ada beberapa tetes, dan ia sengaja dibiarkan akan mengering sendiri meresap kembali pada pipinya.

Jimin pandai dalam hal menenangkan dirinya sendiri, memasang topeng andalannya saat ada di luar rumah. Yaitu tersenyum, tertawa pada orang tersayang walau keadaan hati menahan sakit begitu dalam. Ia sama sekali tidak menunjukkan hal lemahnya, ia hanya ingin di anggap oleh orang lain bahwa dirinya adalah anak ceria dan baik.

Akting yang sangat bagus bukan? Jimin berhak mendapatkan sesuatu yang indah dengan semua akting-nya selama ini.

Jimin merebahkan tubuhnya pada kasur tipisnya yang hanya di isi oleh satu busa, ia tersenyum manis tetapi itu nampak mengerikan setelah ia menangis histeris. Tidak dapat di bayangkan bagaimana sakit yang di rasakannya saat ini, ia hanya bisa mengekspresikan dengan senyuman daripada murung seharian.

"Doaku malam ini, besok hari adalah hari paling indah untukku. Bersama Yoongi hyung aku bisa sarapan berdua dan juga semeja dengannya," tutur Jimin yang sudah memejamkan matanya perlahan, menyesap kembali perasaan itu air mata pun kembali keluar setelah ia pulas tidur.

Lihat bagaimana keinginan Jimin yang begitu sangat sederhana tetapi sangat sulit mewujudkannya, kakaknya ada di dekatnya tetapi mengapa seperti ada jurang besar yang menghalanginya. Padahal mereka serumah dan seatap, apalah daya kalau sang kakak memang begitu membencinya. Jangankan makan bersama, saat tidak sengaja menyentuh tanganya langsung ditepis sangat kasar olehnya.

Malam ini Jimin tidur dengan cepat sampai melupakan bahwa ia belum berganti baju, Jimin hanya bisa tidur setelah tangisannya mereda dan seutas doa yang selalu ia lontarkan. Akan terjadi pada hari itu juga, semoga tidak ada angan-angan saja.



Don't Go (Yoonmin story) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang