Chapter 23

757 54 1
                                    



Tangan itu masih menggantung di udara sedikit gemetar, tatapannya tidak turun menjadi lembut malah semakin mendesak seseorang di depannya segera memberikan kejelasan akan perkataannya itu. Kalau itu salah pendengarannya, mungkin mulai sekarang dia akan berobat untuk menajamkan pendengaran agar tidak salah paham. Karena, seseorang di depannya ini sudah mendapatkan penderitaan hidup yang begitu menyakitkan dari orang-orang itu. Lalu untuk apa dia ingin menemui orang yang sudah membuatnya menderita?

Pasti ini salah.

Sangat salah.

Telinganya butuh di bersihkan saat ini, karena sudah membuatnya sedikit tuli.

Yoongi menggerakkan tangannya kembali setelah beberapa menit membeku di udara, dia hanya butuh proses untuk menyimpulkan ucapan Jimin padanya hanya beberapa kata dan itu membuat otak dan hatinya beragumen tidak sejalan.  Sendok itu masuk ke mulut Jimin dengan sempurna, Yoongi menatap kembali mata adiknya yang saat ini tengah menatapnya juga sinarnya mengatakan kalau dia bersungguh-sungguh akan ucapannya. Tidak ada keraguan ataupun itu hanya sebuah salah mengucapan, Yoongi tidak mendapati itu di pupil mata Jimin karena dia menujukkan keinginan besar untuk menemui orang tuanya.

Tapi kenapa? Yoongi masih menggemakan kata itu di dalam kepalanya, banyak sekali pertanyaan yang ingin di lontarkan untuk adiknya memberikan rentetan pertanyaan padanya. Akan tetapi, Yoongi tidak mengeluarkan apapun kata di bibir tipisnya karena dia masih berseberangan dengan hati dan pikirannya. Matanya terlihat kosong, dia hanya bergerak memberi suapannya pada Jimin tanpa menatap mata Jimin karena jiwa Yoongi tidak berada di sini.

"Jimin! Astaga, kau pindah ruangan?"

Teriakan yang begitu memekak telinga membuat ruangan sebelumnya hening dan juga canggung, di cairkan oleh Taehyung yang lari untuk memeluk sahabatnya yang selama ini dia rindukan. Jimin sebelumnya merasa sendiri di ruangan ini walau ada sang kakak dia seperti sendirian, dia juga tidak akan marah akan sikap diam kakaknya karena dia mengerti apa yang sedang di pikirkan olehnya. Itu karena dirinya.

Karena keinginannya yang tiba-tiba dan juga terbilang aneh itu, tentu membuat kakaknya terkejut bukan main kalian pasti juga bereaksi seperti Yoongi bukan? Logikanya saja, setelah di sakiti beberapa kali sampai nyawa pun di ujung tanduk apa masih ada yang ingin menemui orang jahat seperti mereka. Tentu saja ada, dan itu hanya berlaku pada Park Jimin seorang dia adalah manusia aneh satu-satunya di dunia ini.

Jimin tersenyum tipis melihat Taehyung langsung memberikan pelukan hangat. "Rindu aku sampai menangis seperti itu?" tanya Jimin seraya terkekeh kecil.

Taehyung melepaskan pelukkan mereka, menggerakkan punggung tangannya untuk menghapus air ingusnya yang tiba-tiba saja mengalir begitu saja. Dan menatap penuntutan pada Jimin. "Kau ada di depanku, tapi aku seperti bicara pada patung. Aku rindu kamu sangat,"

"Maafkan aku, sekarang kita bisa bersenang-senang seperti dulu." 𝘐𝘵𝘶𝘱𝘶𝘯 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢. Lanjutnya di dalam hatinya, tidak mungkin dia sampai hati mengatakannya langsung dan menghancurkan kesenangan temannya.

Taehyung kembali menghamburkan tubuhnya ke dalam pelukkan Jimin, untung saja Jimin sudah selesai sarapan dan mereka bisa melakukan pelukkan itu dengan sesuka hati tanpa gangguan. Jimin memejamkan matanya agar lebih mudah menikmati waktunya bersama orang tersayangnya, dia ingin mengingat kebersamaan ini di benaknya dia tidak ingin melupakan wajah-wajah berseri itu begitu saja. Rasanya begitu menyesakkan dada, setelah sekian lama dia menunggu waktu ini di saat-saat tertawa bersama atau pergi dengan penuh hati yang gembira.

Tapi dia tidak berumur lama.

Dirinya akan kembali ke pangkuan sang ilahi.

Jimin menangis, menangis di pelukkan Taehyung menyembunyikan wajahnya di ceruk leher temannya itu. Tidak kuat menahan semuanya, setelah penderitaan yang dia terima bukannya kebahagiaan yang menyambutnya malah sebaliknya Tuhan yang akan menyambutnya di alam baka sana. Dia tidak sanggup menanggung semua ini, rasanya dia ingin sekali berteriak akan takdirnya yang begitu menyedihkan Tuhan memang tidak adil untuknya. Sekeras apapun Jimin menolak, takdir itu tetap akan datang tanpa waktu yang tidak bisa di tentukan karena kapan saja akan terjadi.

Don't Go (Yoonmin story) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang