Chapter 02

1K 84 3
                                    

Have fun
Semoga gk bosen ya 4k lebih, woahh gilesss aku sebagai penulisnya gk nyangkah. Hihihi.





Angin berhembus kencang, dedaunan yang berjatuhan terbang begitu saja saat angin menerjangnya. Salju sedikit menutupi rumput hijau, ada pemandangan indah di balik warna putih itu.

Seorang anak remaja tersenyum tipis saat ia berjalan melihat pohon-pohon dan juga hamparan hijau, yang saat ini menjadi putih karena ditutupi oleh salju. Park Jimin orangnya, ia sama sekali tidak menggigil kedinginan karena salju itu ia malah menikmati apa yang ada.

Walau sakit didaerah hal fatal, sekarang sudah hilang seiring waktu. Jimin bukan langsung pulang, ia malah berbelok jalan untuk mencari kafe. Bukan untuk minum atau makan, Jimin tidak mempunyai uang sebanyak itu  kalau ia mempunyai uang Jimin pun bakal menyimpannya untuk keperluan yang penting.

Jimin rencananya ingin berkerja membantu ekonomi keluarganya, ia tidak mau merepotkan keluarganya ia ingin membantu walau sedikit. Teringat bahwa adik bungsunya sakit keras, saat ini kedua orang tuanya pun berada di Amerika untuk merawat sakit yang diderita adiknya.

Maka dari itu, pekerjaan Yoongi sedikit bertambah karena kantor ayahnya harus ia handle juga. Walau ayahnya juga tidak lepas begitu saja ia masih bisa melihat cara kerja Yoongi di telpon, lalu Yoongi mendapatkan suatu hadiah yaitu tepukan hangat dari sang ayah karena sudah membuatnya bangga.

Jimin juga ingin mendapatkan itu ia iri pada kakaknya tetapi, Jimin akan dapat segera mungkin lebih misalnya kecupan hangat dikepala saat ia melakukan hal yang membanggakan lebih dari pada kakaknya.

"Wuahhh ini kafe-nya, dekat sama rumahku bisa lebih cepat datangnya."

Sebuah bangunan yang tidak terlalu besar, Jimin menatapnya begitu kagum. Interior bangunannya begitu modern walau masih ada suasana klasik, karena ada barang antik menyapa para pelanggan yang ingin datang.

Pandangan mata akan terus menatap bangunan kreatif ini, tentu saja modern dicampur klasik sangat menarik bagi orang. Yang mempunyai kafe ini sangat bagus dan pintar, dia benar-benar jenius dalam hal desain rumah. Jimin rasanya ingin segera melihat siapa pemilik kafe ini, ia pun tahu sedikit-sedikit tentang hal ini jangan ragukan dirinya.

"Permisi, saya ingin berkerja disini karena saya melihat ada bacaan mencari karyawan. Apakah benar?" tanya Jimin pada wanita cantik di meja kasir.

Wanita itu pun sedikit terkejut, di saat ia sedang melamun lalu ada anak kecil bertanya. Untung saja jantungnya masih sehat dan kuat. Ia pun menatap intens pada Jimin dari atas sampai bawah kaki, semuanya baik hanya saja satu yang membuatnya ragu.

Baju sekolah Jimin lah yang membuat dirinya penasaran, karena wanita ini pun tahu bahwa seragam yang dikenakannya adalah sekolah elit di Seoul ini. Lalu untuk apa anak ingusan sepertinya bekerja di kafe bosnya? Sudah dipastikan dia anak keturunan kolongmerat, lantas apakah uang orang tuanya belum cukup untuk kesenangannya.

"Apa kurang hidupmu bersama orang tua yang kaya? Benar ya, orang kaya tuh serakah ingin memiliki semuanya." sinis sang kasir seraya menatap tajam mata sipit anak dihadapannya.

Jimin hanya bisa menunduk saat mendapatkan tatapan sinis darinya, ia tidak mampu melawannya karena dirinya lebih tua tidak mungkin Jimin berani. Jimin pun memainkan ujung bajunya, mengigit bibir bawahnya untuk mengurangi rasa gugup. Bingung ingin mengatakan apa pada sang kasir.

Tidak semua ekspektasi itu menjadi kenyataan harus kadang harus menerima pil pahit, saat semua hayalannya tidak sesuai dengan realita. Jimin tidak tahu memberi alasan apalagi, bukan karena ucapan sinisnya tetapi dirinya pun masih dibawah umur. Dan anak sesusianya memang tidak boleh berkerja, tetapi Jimin ingin membantu keluarganya walau sedikit.

Don't Go (Yoonmin story) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang