Chapter 22

799 56 2
                                    






Yoongi berhenti tepat di depan pintu berwarna putih itu, dengan deru napas yang terlihat terengah-engah seperti habis berlari tapi dia sama sekali tidak berlari menuju ruangan ini karena dia hanya berjalan biasa. Namun, mengapa Yoongi merasakan dia sulit bernapas saat dia tiba di ruangan adiknya berada. Entah mengapa jantungnya lebih cepat berdetak dari sebelumnya, apa dia merasakan gugup atau takut? Perasaan itu saat ini tidak bisa Yoongi bedakan karena memang dia merasakan keduanya.

Saat pergi dari klub Yoongi mengemudi mobil dengan kecepatan tinggi, tidak takut akan keselamatan karena dia hanya ingin bertemu Jimin tapi saat sudah tiba mengapa rasa takut dan ragu hinggap begitu kuat sampai rasa sesaknya terasa. Yoongi memukul-mukul daerah dadanya, hanya ingin menghilangkan rasa sesak di sana dan bernapas dengan baik akan tetapi bukannya lega malah semakin sakit karena dia memukulnya terlalu kuat.

Gendang telinganya berkedut saat mendengar suara samar-samar langkah kaki, mata Yoongi membola panik saat ada pancaran cahaya dari senter yang mengarah ke segala arah menuju tempat yang Yoongi pijak saat ini. Yoongi melihat ke kanan dan ke kiri untuk mencari tempat sembunyinya, tapi dia hanya melihat tembok dan lorong entah ke mana kalau dia lari ke lorong-lorong itu pun sama saja sebab orang itu akan pengecek semuanya. Tanpa pikir panjang, Yoongi pun membuka pintu ruangan di mana di sana ada adiknya tapi tidak ada pilihan lain dia harus masuk agar dirinya selamat.

"Siapa di sana?" tanya security seraya menggerakkan senternya pada di depannya.

Tepat sebelum senter itu menyorot ke arah Yoongi, badan Yoongi sudah lebih dulu masuk dan menutup pintu itu secepat yang dia bisa.

Kening security itu berkerut saat tidak mendapatkan apapun di depannya, karena dia nyakin sebelumnya ada langkah kaki tergesa lalu dia melangkah lebih maju dan berdiri tepat di depan pintu itu. Mata tajamnya menatap benda mati itu dengan begitu menelisik, dia curiga ada orang asing yang masuk ke ruangan ini karena dia sudah di beri tugas untuk menjaganya dengan baik sebab di dalam sana adalah orang penting. Lalu tangannya memutar knop itu dan terbukalah pintunya yang menampilkan seorang anak remaja sedang tidur, dan senternya dia gerakkan ke segala arah untuk melihat ke dalam ruangan ini.

Setelah di rasa tidak ada apapun yang mencurigakan, dia menganggukkan kepalanya mantap bahwa tidak ada siapapun di sini dan dia pun menutup pintunya dengan pelan. "Aneh," ucapnya setelah memeriksa ruangan remaja itu, lalu dia mengangkat kedua bahunya dan pergi dari sana untuk melanjutkan pekerjaannya.

Yoongi membuang napas lega dengan  menaruh kedua tangannya pada kedua lututnya, sebab rasanya lututnya lemas saat pintu itu terbuka dan senternya yang bergerak melihat setiap sudut di ruangan ini. Dia hanya bisa menahan napas sambil memejamkan matanya rapat-rapat, karena hatinya selalu berkata bahwa dirinya akan di ketahui olehnya Yoongi hanya pasrah menunggu akan hal itu. Akan tetapi dewi fortuna masih memihak padanya, apa yang di pikirkan ternyata tidak terjadi karena pintunya sudah tertutup dan langkah kaki menjauh dari sini terdengar olehnya.

Sungguh kejadian menegangkan untuknya.

Lalu Yoongi menangkap tubuh yang bernapas baik di atas ranjang itu, dan dia melangkah ke depan dengan gerakkan pelan agar tidak menimbulkan suara. Semakin dekat semakin merasakan sakit di dadanya, deru napasnya kembali seperti sebelumnya terasa sesak dan sulit bernapas tapi Yoongi akan mengontrol hal itu dengan caranya walau itu mustahil.

"J--Jimin," panggil Yoongi dengan gagap.

Tolong katakan bahwa ini mimpi dan segera bangunkan dirinya dari mimpi buruk ini, bantu Yoongi bahwa ini tidak nyata.

Karena apa yang di katakan oleh Chanyeol itu benar adanya, pipi Jimin yang sebelumnya berisi sekarang hilang dan di gantikan oleh tulang pipi yang terlihat karena dia sangat kurus. Yoongi sampai harus menutup mulutnya dengan tangan kirinya, dia hampir saja memekik terkejut  saat melihat kedua tangan Jimin yang berada di atas selimut begitu kurus dan memperlihatkan tulang-tulangnya. Mata Yoongi memanas melihat keadaan adiknya yang begitu menyedihkan untuknya, hatinya kembali merasakan sakit yang begitu hebat napasnya tercekat dan tidak lancar mengaturnya karena keadaan Jimin yang seperti ini karena keluarganya.

Don't Go (Yoonmin story) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang