Caphter 17

639 57 3
                                    




Jiwanya seakan sudah hilang, hanya tersisa raganya yang lemah saat ini. Bernapas saja sudah sangat sulit di lakukan, seperti ada batu besar yang menghalangi jalan pernapasan. Tuhan memberikan cobaan pada umat-Nya karena dia sayang padanya, seberapa sabar umat-Nya itu bertahan dengan segala macam yang terjadi padanya.

Tuhan juga tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan manusia, sebab Tuhan hanya ingin melihat betapa sabar dan baiknya dia menghadapinya. Lalu Tuhan akan memberikan kebahagiaan selama ini belum di dapat olehnya, tapi itu sepertinya tidak terjadi oleh Park Jimin.

Jimin hanya mendapat siksaan, cobaan dan juga masalah hidup lainnya dia seperti di laknat oleh Tuhan untuk tidak boleh bahagia. Tersenyum saja bisa di hitung oleh Jimin sendiri, saking jarangnya dia tersenyum dan juga tertawa selama hidupnya. Apa seseorang yang lahir di dunia bisa memilih? Karena kalau bisa, Jimin ingin sekali memilih untuk tidak terlahir di dunia ini karena kelahirannya tidak di terima oleh siapapun.

Untuk apa Jimin hidup seperti ini terus, selama ini Jimin juga berusaha mengakhiri hidupnya sendiri karena selama di dunia ini Jimin seperti boneka hidup tanpa arah. Dan seperti di kabulkan doanya oleh Tuhan, Hyukjae sang ayah angkat memberi tahunya bahwa akan mengambil jantungnya.

"Hiks."

Dengan tubuh tercondong ke bawah, Jimin terus saja menangis setelah kepergian Hyukjae begitu saja tanpa pengucapkan apapun. Sang ayah tidak menuruti apa permintaan Jimin untuk segera membawanya ke rumah sakit, dia di biarkan begitu saja di gudang yang gelap ini lampu satu-satunya yang berada 
di sini di matikan oleh Hyukjae. Dan ini benar-benar sangat gelap tanpa penerangan.

Tangan dan kakinya sudah berdarah, darahnya juga sudah mengotori lengannya dan bajunya karena Jimin mencondongkan tubuhnya ke bawah. Jimin tidak peduli dengan darahnya, rasa perih yang ada di tangan dan kakinya itu tidak seberapa yang terluka parah adalah hatinya.

Hatinya sungguh terluka.

Jimin terlalu kecewa akan hal terjadi padanya, dia sudah terlalu banyak berharap pada keluarga yang selama ini dia perjuangan. Mungkin, keluarganya tidak pernah menganggapnya hidup selama ini maka dari itu mereka melakukannya seperti boneka.

Sepertinya dirinya yang bodoh karena selalu mengharapkan balasan dari mereka, seharusnya Jimin tahu bahwa dia tidak berada di rumah neraka itu sedari dulu. Karena, hidupnya memang di manfaatkan oleh mereka dan menunggu waktunya untuk mengambil jantungnya.

Ini sudah di rencanakan saat mereka mengasuh dirinya, Jimin nyakin. Sangat nyakin.

Kepala Jimin mendongak menatap ke atas, memperlihatkan wajahnya yang berbeda dengan matanya yang memerah dan itu juga akan sarat kebencian. Wajah Jimin sebelumnya terlihat kacau dan putus asa saat mendengar ucapan dari Hyukjae, akan tetapi saat ini wajah itu tidak terlihat Jimin menunjukkan wajah datar tanpa memberikan ekspresi apapun.

"Tidak ada yang di dunia ini melakukan hal apapun dengan mudah, dan nyawaku pun salah satunya."

Suara itu terlihat begitu dingin dengan oktaf yang rendah, sorot matanya tidak berubah sama sekali masih tetap sama seperti sebelumnya penuh dengan kebencian yang tertahan.

Orang jahat itu terlahir dari orang baik. Karena kebaikkannya tidak pernah di hargai dengan baik, dan kebaikannya pula di manfaatkan oleh orang-orang kejam karena mereka berpikir. Bahwa orang lemah akan menuruti apa kata mereka, pikiran mereka salah. Sebab orang lemah itu hanya menunggu waktunya saja, karena kesabarannya sudah di batas akhir.








𝘋𝘰𝘯'𝘵 𝘎𝘰
𝘒𝘦𝘦𝘱 𝘏𝘰𝘭𝘥𝘪𝘯𝘨 𝘔𝘺 𝘏𝘢𝘯𝘥






Don't Go (Yoonmin story) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang