Capther 06

732 62 1
                                    






Dia hanya seorang anak kecil yang tidak ingin tahu tentang orang dewasa. Anak di masa pubertas seharusnya mencari jati diri, tanpa memikirkan hal lain di luar dirinya sendiri dan masa pubertas itu hanya memikirkan pelajaran agar mendapatkan nilai yang bagus. Dan bagaimana membanggakan keluarganya dengan baik.

Akan tetapi di usia seperti itu juga mempunyai rasa penasaran yang tinggi, ingin tahu apa saja yang dia temui dan yang dia dengar. Jadi bukan salahnya juga kalau dia akan memasuki dunia dewasa tanpa ia ketahui dan tanpa di sadari.

"Akhhh!"

Suara jeritan itu terjadi di pagi dini hari, yang semua orang sedang terlelap dalam tidurnya. Akan tetapi orang tersebut membuat bising di rumah megah itu. Sakitnya baru saja disembuhkan oleh seseorang, tetapi sakit itu kembali datang karena seseorang melukainya. Jeritan penuh kesakitan dan juga keputus asaan, terdengar menyakitkan di malam yang hening ini.

Jimin sudah berada di rumahnya saat mobil hitam menghampirinya yang hampir membuatnya terbunuh, tidak disambut oleh pelukan ataupun senyuman. Jimin di bawah dengan kasar oleh kakaknya, Min Yoongi. Setelah Hoseok pergi beberapa menit sang kakak datang dengan wajah kesalnya, sudah bertanya tetapi tidak mendapatkan jawaban yang berarti ia malah di beri umpatan oleh sang kakak.

Dan saat ini Jimin berada di dapur, dengan posisi melindungi bagian kepalanya. Yoongi melemparkannya begitu kuat ke tembok, kemarahannya begitu di puncak ia menatap tajam Jimin yang berada tepat di bawahnya. Yoongi baru saja menginjak-injak tubuh Jimin yang kecil itu tanpa perasaan, sampai membuat Jimin meringkuk seperti saat ini.

"Kau bisa tidak sehari tidak membuatku marah? Haah!" bentak Yoongi.

Mata Yoongi memerah antara kesal dan juga kantuk. Kedua tangannya mengepal dengan kuat di kedua sisinya, Yoongi masih diam karena ia mengetahui apa arti menahan diri itu. Saat dirinya mencarinya sampai membuang waktunya dan kelelahan seperti ini. Dia malah bersenang-senang dengan orang lain, dia sama sekali tidak menghargainya dan juga waktunya.

Yoongi berjalan menjauh dari sisi Jimin, ia berjalan mengambil sebuah pisau dekat dengannya. Tatapan yang mengintimidasi itu masih Yoongi berikan pada Jimin, pisaunya ia mainkan sebelum dia berenang di tangan sang adik.

"H--hyung! Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Jimin seraya memundurkan tubuhnya.

Jimin tentu saja ketakutan dengan hal itu, ia sama sekali tidak pernah di perlakukan seperti ini. Bukan tidak pernah Jimin malahan sering mendapatkannya, akan tetapi tidak dengan memakai benda tajam seperti Yoongi lakukan sekarang.

Jantung Jimin berdetak dengan ritme yang sangat kencang, berdegup dengan tidak masuk akal. Apalagi saat ini tubuhnya, sudah tidak bisa bergerak lagi karena tembok sudah sampai batas. Pisau itu semakin mendekat dan air mata Jimin sudah berderai sedari tadi.

"Aku akan membuat tato yang cantik di lenganmu, itu juga akan membuatmu mengingat di mana tato itu terbuat." Yoongi menyeringai begitu mengerikan. Setiap perkataannya juga ditekankan membuat Jimin bergidik ngeri mendengarnya.

"H--hyung, Jimin mohon maaf atas kesalahan yang Jimin perbuat. Tolong hentikan ini semua hyung,"

Jimin meminta maaf dengan sangat memohon, walau ia tidak tahu kesalahan apa yang sudah ia perbuat.

"AKU BILANG AKU BUKAN HYUNG-MU!!" Yoongi berteriak begitu keras seraya melemparkan pisau itu ke tembok.

Jimin menutup kedua telinganya saat mendengar teriakan Yoongi dan air matanya juga ikut turun dengan deras. Jimin sama sekali tidak mengerti dengan semua ini, ia hanya ingin memejamkan mata saat ini tanpa ingin melihat kejadian buruk ini lagi. Jimin ingin semua ini cepat berakhir dan ia tidak mau mengingat hari buruknya.

Don't Go (Yoonmin story) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang