GN-2

23 8 0
                                    

Nada menghentakkan kaki sepanjang perjalanan, memilih tidak peduli pada orang-orang yang melihatnya sekarang. Dia sudah tidak tahan, emosinya meminta untuk diluapkan. Nada semakin kesal ketika mengingat pengalaman semalam, sungguh ... Itu benar-benar menyebalkan.

Nada kembali memutar kejadian di mana dia terjebak dalam permainan waktu sialan.

****
Malam itu ...

Nada masih bisa berdiri karena bantuan Gema. Gema memegang bahu Nada dengan kedua tangannya. Yang ada di depan sana sangat mengerikan dan juga menjijikan. Nada mungkin akan kehilangan nafsu makan jika mengingat ini.

"Tapi, kalau dikasih spaghetti gue terima dengan senang hati. Nada goblok!" Nada memaki sendiri dalam hati.

Gema berusaha menormalkan detak jantungnya. Dia tidak boleh gegabah, salah satu langkah, nyawa taruhannya.

Mereka masih bersembunyi di dinding. Sesekali Gema melirik mayat yang tergeletak di depan sana. Tubuh itu sudah tidak utuh, tapi wajahnya masih jelas seakan tidak tersentuh.

"Itu ... Desi 'kan?"

Gema yang mendengar langsung memutar otaknya. Seingat dia, Desi adalah cewek yang cukup populer di sini. Anak IPA seangkatan dengannya. Cukup cantik jika dibandingkan dengan Nada yang tidak punya sisi menarik. Sedikit pintar untuk kaum seperti Nada yang malesan. Ah ... Untuk Desi Maharani, Nada tidak ada apa-apanya.

Nada yang menyadari sedang ditatap kini mendongak, mendapati Gema yang melihatnya dengan ekspresi yang sulit dimengerti.

"Gue pengin muntah liat muka lo yang sekarang, Gem."

Gema mengalihkan pandangannya. Kembali fokus pada tubuh yang bersimbah darah di depan sana. Mayat itu sangat memprihatinkan. Seragam yang sobek setengah, kaki yang hampir putus sebelah. Tampak mengenaskan dengan jari yang hilang sebagian.

"Ini pembunuhan." Gumaman Gema masih mampu Nada dengar. Membuat tubuh Nada semakin gemetar.

Sayup-sayup terdengar suara ketukan. Hak sepatu yang bersentuhan dengan pijakan membuat suara nyaring di kesenyapan. Suaranya semakin jelas, yakin bahwa sosok itu mendekat. Nada Menahan nafas, Gema menghitung waktu yang pas.

Sosok yang berjalan tenang itu sudah ada di samping tikungan tempat Gema dan Nada menyaksikan. Tidak langsung menggertak, dia diam sebentar untuk memastikan sang target ketakutan. Dirasa sudah cukup, setenang mungkin dia menghampiri dinding. Dengan gerakan cepat dia menangkap target incarannya.

Hap!

Tidak ada siapa-siapa.

Jelas! Karena Gema dan Nada sudah lari kalangkabut. Lebih tepatnya, Nada yang di seret oleh Gema supaya ngebut. Nada yang kesusahan berusaha menyesuaikan langkah Gema yang lebar. Sesekali tersandung, tapi langsung ditarik kembali agar cepat bangun.

Nada bersungut-sungut, "Nggak usah diseret juga, sih! Gue bukan kambing."

"Leletnya lo ngalahin nenek-nenek yang lagi bunting."

Nada mengelus dada.

Bagi Gema yang terpenting adalah keluar dari gedung sekolah ini. Dia tidak akan membiarkan nyawanya hilang karena tidak ada ganti. Gema sekarang percaya bahwa rumor sekolah ini memang benar adanya. Bahkan dia mengalami sendiri seberapa ngerinya.

Nada harusnya senang karena ada Gema. Jadi, dia tidak terjebak di kelas sana, atau lebih parahnya menjadi korban selanjutnya. Tapi, tidak begini juga ... Nada yang tadi sedang mengumpulkan nyawa tiba-tiba ditarik paksa dan diperlakukan semena-mena. Dibawa lari tanpa jeda.

Gema tidak peduli dengan sumpah serapah yang nada lontarkan juga makian yang sepanjang jalan terus Nada rapalkan. Gema hanya fokus menggenggam tangan cewek itu agar tidak terlepas dan tertinggal di belakang. Malam ini mereka harus selamat, apapun caranya.

***

Nada mendengus kala melihat sosok tiga makhluk astral yang hampir saja membuat nyawanya hilang. Dia menghampiri ketiganya dengan segenap hati.

"Lo mau bacot apa sama gue, hah?! Nyesel karena gue nggak mati? iya?"

Nada menjewer ketiga telinga sahabat gilanya bergantian dengan segenap jiwa dan penuh penghayatan.

Fika, Ara, dan Caca mengaduh, memegang telinga masing-masing, memastikan jika masih terpasang rapi di tempatnya.

Fika Lonia, Amara Indie, Dan Caca Rosali. Tiga sahabat 'terbaik' yang dimiliki Nada. Terbaik dalam artian terbangsat, tergila, terbar-bar, dan teraneh. Bagaimana tidak, mereka bertiga dalang di balik terkuncinya Nada kemarin malam. Jika semalam Nada memang ditakdirkan mati, mereka bertiga orang yang pertama kali dia gentayangi.

"Ya, sorry Nad. Kita cuma mau mastiin kalau rumor yang beredar itu bener atau nggak." Ara menaikkan bahu.

Sudah Nada duga. Untuk hal gila, mereka memang juara.

SMA Anggara memang terkenal akan ke-misteriusan nya. Banyak satpam yang hilang ketika jaga malam. Sekolah ini sangat besar, banyak barang berharga yang perlu dijaga ekstra. Namun seiring berjalannya waktu, tidak ada lagi yang berani melamar jadi satpam bagian malam. Mereka berasumsi 'menjadi satpam malam di sini sama saja dengan bunuh diri' dan Nada benar-benar percaya saat ini. Karena dia menjadi salah satu saksi.

"Lo semua hampir bunuh gue! Manusia macam apa lo, yang tega ngorbanin sahabatnya buat jadi kelinci percobaan?" Nada menatap gemas.

"Tapi lo nggak mati 'kan?" Caca meraba wajah Nada.

"Isdet gue ca! ISDET! Ini arwahnya!"
Nada berteriak frustasi.

Fika hanya menyaksikan drama pagi sambil ngopi. Cukup kasihan atas nasib malang yang sahabatnya derita, tapi dia juga bahagia.

"Apa liat-liat! Bahagia lo, Fi!"

Fika tertawa melihat Nada uring-uringan, bahkan Fika sampai ngejengkang dari kursi yang dia duduki.

"HAHAHAHA ..." Giliran Ara dan Caca yang terbahak menertawakan Fika. Begonya Fika juga malah ikut tertawa.
Nada menatap datar sahabatnya yang sedang bahagia, sedangkan dia menderita.

Tawa Fika, Ara, dan Caca berhenti saat melihat Gema yang menghampiri. Fika merapikan rambut. Ara berdehem, takut suaranya nyangkut, Caca tersenyum lembut, dan Nada yang cemberut. Beraneka ragam.

Gema melihat cewek itu satu-satu, lalu terhenti pada cewek yang sedang duduk dengan ekspresi wajah ditekuk.

Gema memukul pelan meja di depan Nada. Membuat si empunya mendongak malas. Hancur sudah moodnya hari ini. Sekarang ketika melihat Gema, bukan decak kagum yang Nada suarakan, melainkan umpatan.

"Ikut gue bentar. Ada yang mau gue omongin."

....

Tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tbc.

Mwahaha...
Semoga menikmati.
Terimagazie😘

Area Rindu ❤️

Gema NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang