GN-7

15 7 0
                                    

Nada duduk di kursi, kelas masih sepi. Caca duduk di depan Nada, disusul Fika.

"Gue heran, deh. Kenapa rata-rata anak yang famous di sekolah ini pada pindah?"

"Maksudnya Fi?" Caca melirik sang pemilik suara.

"Lo tau Desi? Desi Maharani kelas 12 IPA?"

Deg

Tubuh Nada menegang. Handphone yang dipegangnya jatuh ke pangkuan. Nama Desi seakan keramat di telinganya. Keringat dingin mulai bermunculan di telapak tangan Nada. Kejadian beberapa hari lalu kembali berputar, wajah Desi masih bisa dia ingat dengan jelas. Darah yang Nada ingat masih semerah darah yang kemarin dia lihat. Bagaimana bisa ia lupa? Bayangan kemarin masih terasa nyata.

"Kenapa lo, Nad? Kurang gizi?"

Nada mengambil handphone yang yang terlepas. Lantas tersenyum seperti orang bodoh.

"Gue lemes liat babang Chanyeol."

"Jijik!" Cibir Fika dan Caca bersamaan.

"Sirik aja lo, Maimunah."

"Gue inget Fi, emang kenapa si Desi?"
Caca kembali fokus pada topik awal.

"Dia katanya pindah. Tiba-tiba gitu, nggak jelas alasannya. Bulan lalu, Visca juga pindah tanpa alasan 'kan?"

Caca manggut-manggut.

Visca Naraya kelas XII IPA 1. Salah satu cewek famous di sekolah Anggara. Dia cantik, ramah, dan cerdas. Paket komplit itu yang menjadikan dia Ratu sekolah. Banyak yang ingin mendapatkannya, tapi tidak satupun ditanggapi oleh si pemilik hati.

Nada yang sedari tadi menatap layar handphone ikut mendengarkan. Bingung harus merespon apa. Dia ingin memberi tahu sahabatnya, tapi dia teringat janjinya pada Gema.

Nada lebih baik tidak tahu apa-apa daripada tahu segalanya. Dia merasa telah berbuat kejahatan padahal tidak melakukan apa-apa.

"Nad, lo tau?"

Nada gelagapan saat mendengar pertanyaan Fika. Kenapa pertanyaan itu terdengar seperti tuduhan?

"Tau apa?"

"Si Desi. Lo kenal?"

Nada menghela nafas, berusaha tenang.

"Kenal, sih, nggak. Cuman tau aja. Dia 'kan cewek yang suka cari muka, coba aja ada orang yang muka dua ikhlas sedekahin satu mukanya buat dia."

Fika dan Caca tertawa. Apa yang lucu?

Ara datang dengan tergesa, berlari hingga hampir terjatuh.

"Info penting! Info penting!!" Ara mengguncang-guncang bahu sahabatnya satu persatu.

"Apa? apa? apa?"

"Lo tau Desi?"

Ekspresi tiga orang di depan Ara berubah malas, padahal tadi heboh.

"Basi! Kayak muka si Udin." Fika mengibaskan tangan.

"Keduluan si Fika noh." Nada menunjuk Fika yang menepuk-nepuk dadanya bangga.

"Oh ... Kalian udah tau kalo Desi hilang."

Nada, Fika, dan Caca secepat kilat mendekat pada Ara.

"Demi apa lo?"

" Serius? Kata Fika, dia pindah."

"Tau dari mana lo? Nggak usah dengerin gosip murahan macam cabe di pasaran."

Ara melongo mendengar pertanyaan bertubi-tubi dari ketiga makhluk laknat di depannya. Padahal tadi mereka bilang basi?

"Jawab woii! bukan planga plongo kayak orang bego. Budeg lo?"

Gema NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang