Gema mengendarai motor sport dengan kecepatan sedang. Pandangannya memang ke depan, tapi pikirannya berkelana ke mana-mana. Gema tersenyum kecut di balik helm. Ternyata Nada juga tahu rasanya hancur. Nada tahu rasanya remuk. Nada tahu apa-apa yang selama ini dirinya simpan dan tahan. Gema bodoh bukan? Bahkan tanpa kata, cewek itu sangat paham tentang kecewa.
Gema sengaja mengikuti Nada sepulang sekolah secara diam-diam. Tadinya, setelah Nada masuk kamar dia akan pulang. Saat mengetahui ada seseorang di kost-an, Gema memilih memantau sebentar. Ternyata itu ayah Nada. Gema tidak bermaksud menguping, dia hanya ikut mendengar di balik dinding. Setelah tahu titik masalah yang membuat Nada menangis, Gema juga ikut merasa miris. Betapa banyaknya manusia yang tersakiti oleh orang-orang disekitarnya. So, jangan merasa jadi makhluk paling sakit di dunia.
Motor Gema berhenti di pekarangan rumah. Ada yang ingin dia cari di salah satu ruang bangunan ini. Gema bergegas membuka pintu ruangan yang dimaksud, yaitu ruang kerja ayahnya. Tangannya sibuk menyibak tumpukan kertas, buku, dan barang-barang yang terlihat oleh mata. Semoga ada sesuatu yang bersangkutan dengan apa yang dia cari.
Lima belas menit Gema menjelajah setiap inchi ruangan. Sampai menemukan sebuah tas di dalam lemari dekat meja. Juga sebuah kertas foto yang terjatuh dari selipan buku.
Ketemu.
Yang Gema cari adalah bukti. Tas sekolah yang dia temukan adalah milik Desi, diketahui dari buku catatan di dalam tas yang tertera namanya, sedangkan kertas foto itu merupakan gambar kondisi Desi yang sama persis dengan kondisi mayat yang Gema dan Nada lihat.
Tubuh Gema melemas, saking tidak percayanya dia hampir kehabisan napas. Gema mencoba memastikan foto yang dia pegang dengan tangan gemetar. Ini ... Benar-benar foto Desi dengan kondisi yang sadis.
Gema keluar dari ruangan. Melangkah lebar menuju motor yang sempat dia tinggalkan. Kemudian memacu kendaraan itu untuk sampai di rumah Aris. Gema butuh orang untuk beradu opini saat ini.
Di perjalanan Gema harus menepi untuk menjawab telepon masuk.
"Halo."
"Gem, gue takut ..."
Gema bergeming. Ini suara Nada. Nada menangis?
"Tunggu, gue ke sana."
Setelah mengucap kalimat, Gema langsung menutup sambungan dan bergegas ke tempat Nada tinggal. Masa bodo dengan tujuannya, yang terpenting adalah Nada sekarang.
***
Gema datang dengan tergesa. Membuka pintu dengan kasar. Di sana, Gema melihat Nada yang memeluk lutut dengan tangisan. Menyadari kehadiran Gema, Nada berlari dan menubruk tubuh cowok itu, memeluk erat seakan meminta perlindungan. Gema membalas pelukan Nada. Tepukan penenang Gema berikan tanpa diminta.
Nada menangis sejadi-jadinya di dalam rengkuhan. Berkali-kali memanggil nama Gema yang dibalas dengan deheman.
Gema mendudukkan Nada di sofa. "Kenapa?"
"Gu-gue 'kan lagi rebahan, terus ada yang ngetuk pintu. Pas gue buka ternyata Abang kurir, perasaan gue udah nggak enak. Gue bilang aja salah orang. Tapi Abang kurirnya ngotot banget kalau paket itu atas nama Nada Rasieka, terpaksa gue terima. Gue bener-bener kaget. Isi paketnya tuh, itu." Nada menunjuk ke arah kotak yang tergeletak.
Gema juga terkejut. Bukan, bukan karena kotaknya mewah, tapi karena gaun yang ada di dalam sana berdarah. Gema meraih gaun itu, bukan darah sungguhan, tapi tetap saja mengerikan.
Terdapat selembar kertas di kotak. Setelah membaca, tubuh Gema kaku seketika.
Artinya kamu harus waspada, 'kan?
![](https://img.wattpad.com/cover/251900652-288-k405109.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gema Nada
Mystery / ThrillerJika Gema di sana menakutkan Nada akan menggenggam Gema Sanjaya Dan jika Nada di sana memilukan Gema akan berdiri di samping Nada Rasieka Detak konstan mereka menjadi tak beraturan kala tahu sisi kelam sekolahnya yang menciptakan jarit kesakitan. *...