Kelas hening. Hanya suara bu Vina yang mewakilkan bahwa di dalam masih ada kehidupan. Sebagian siswa mendengarkan, sebagian lagi larut dalam impian. Penjelasan Bu Vina rinci dan mendetail. Itu sebabnya bagi sebagian siswa terasa membosankan.
Tapi ... Otak Nada berbeda. Dia memikirkan hal yang mustahil. Dia membayangkan bahwa Bu Vina yang berjalan saat kejadian kemarin.
"Nggak mungkin, Nada! Nggak usah Ngadi-ngadi deh."
"Mungkin saja, Nada." Bu Vina menjawab dengan senyuman.
"Eh?" Nada tertegun.
Bu Vina tersenyum. Kenapa Bu Vina senang sekali tersenyum? Itu malah terlihat aneh di mata Nada.
"Yang kamu pikirkan bisa saja benar, Nada," Bu Vina memberi jeda, "iya 'kan, Gema?"
Gema mengalihkan pandangannya dari Nada, lalu menatap Bu Vina yang kini menatapnya.
Semua mata tertuju pada mereka, menunggu kalimat selanjutnya dari Bu Vina atau Gema Nada.
"Iya ... Mungkin saja kamu memang menyukai Gema."
Teman-teman yang lain terbahak. Gema tidak bereaksi apa-apa, dia hanya menatap lurus ke depan.
"Saya tahu jiwa muda kamu sedang meronta-ronta, tapi jangan lakukan di pelajaran saya, ya."
Nada nyengir. Salah paham ternyata.
Bu Vina melanjutkan pembahasan yang sempat terpotong, tidak Menghiraukan beberapa murid yang mengobrol.
Bel istirahat berbunyi. Semua siswa wara-wiri menuju kantin. Menyenggol teman yang menghalangi, saling berteriak memanggil teman untuk pergi, berlarian kesana-kemari. Pemandangan yang sangat biasa, bukan?
Nada memilih menetap di kelas. Caca dan Fika membeli camilan sedangkan Ara menemani Nada.
"Muka Lo kusut amat kayak jemuran tetangga." Ara memainkan handphone di sebelah Nada.
Nada diam. Dia sedang malas berurusan dengan manusia. Apalagi manusia di sampingnya.
"Ah! Lo nggak asik. Ayo dong ... Biasanya juga lo banyak bacot."
Nada masih diam.
"Nad! lo jangan gini ih! Gue takut lo tiba-tiba mati besok. Kalau lo mati, gue ngutang sama siapa?" Ara mengguncangkan tubuh Nada yang diluruhkan ke meja.
"Siapa yang mau mati, sih!"
"Abis lo diem terus, nggak kayak biasanya. Jangan dulu mati, okey? Biar gue masih ada tempat ngutang."
"LO AJA YANG MATI SONO!" Nada kembali meluruhkan tubuhnya ke meja. Ara tertawa.
Meskipun terkesan kasar, tapi ada makna di baliknya. Tidak semua orang menyampaikan peduli dengan kata manis. Sebagian orang memilih mengatakan dengan kalimat yang membuat meringis. Ketulusan tidak selalu diukur dengan untaian indah, adakalanya itu semua hanya permainan lidah.
Fika dan caca datang dengan menenteng dua kresek camilan.
"Minumannya mana, Sukinah!" Ara melempar snacks ke arah Caca.
"Harap tenang, sedang dalam perjalanan."
Kemudian, Azril datang dengan empat cup jus yang dimasukan ke dalam keresek.
"Mau aja lu, bahlul, disuruh sama duo curut." Nada menyambar keresek di tangan Azril, lalu meminum salah satu jus.
"Mau disuruh sama curut, kek, sama sapi, kek. Selagi gue dapet untung, gue turutin," Azril mengangkat satu cup jus di tangannya,"Terima kasih, Kanjeng Ratu."
![](https://img.wattpad.com/cover/251900652-288-k405109.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gema Nada
Mystery / ThrillerJika Gema di sana menakutkan Nada akan menggenggam Gema Sanjaya Dan jika Nada di sana memilukan Gema akan berdiri di samping Nada Rasieka Detak konstan mereka menjadi tak beraturan kala tahu sisi kelam sekolahnya yang menciptakan jarit kesakitan. *...