GN-9

15 6 15
                                    

Nada tersentak saat ada yang menarik tangannya. Dia sudah mengumpulkan niat untuk mengumpat. Tapi ketika berbalik, tubuhnya seakan kaku saat bertatap dengan si pelaku. Debaran jantungnya berpacu.

"Lo, udah tau basah harusnya mundur."

Nada menggeleng. Berusaha menyadarkan diri. Kemudian kembali mendongak untuk melihat cowo di hadapannya yang tadi bersuara. Ini ... Bukan ilusi 'kan? Sebab cowok ini sangat mengesankan. Rambut yang basah sebagian sehingga terkesan acak-acakan. Juga tetes air yang jatuh dari setiap helainya membuat cowok ini berkali-kali lipat lebih tampan.

Nada mencubit pipi cowok itu dan ditepis setelahnya.

"Ternyata Lo emang beneran Gema."

"Lo pikir siapa?"

"Gue pikir cuman khayalan aja."

Hening kembali merayap. Tidak ada yang repot-repot untuk sekedar mencairkan suasana. Mereka diam, merekam setiap tetes air yang menciptakan bunyi nyaring.

Nada diam-diam mengusap tangannya. Dingin semakin menjalar, tapi Nada tidak membawa satupun barang yang bisa membuatnya hangat dan nyaman. Nada melirik Gema yang berdiri tegak di sampingnya.

"Lo nggak liat, gue nggak bawa jaket?"

"Eh? Gue nggak minta."

"Tampang Lo jelas banget ngasih kode."

Nada bungkam. Dia memang sempat berharap Gema melampirkan jaket di tubuhnya seperti adegan-adegan di drama Korea kebanyakan. Tapi, dia juga tidak benar-benar berharap karena Gema jelas tidak akan sudi melakukan. Dia tidak tahu kalau Gema se-peka itu.

"Gem? Kenapa ada orang jahat di bumi?" Nada maju satu langkah, lalu mengulurkan tangannya agar bisa menyentuh tetesan air yang jatuh. "Orang jahat selalu memprovokasi orang baik. Mereka nggak mikir kalau apa yang mereka lakuin, udah ngerusak hidup seseorang. Mereka cuman menganggap orang-orang itu barang. Mereka tuh mandang orang-orang kayak sampah, nggak sadar kalau sebenarnya mereka yang sampah." Lanjutnya.

"Mau itu orang baik atau pun jahat, mereka sama-sama penting. Tanpa salah satunya, julukan itu nggak akan ada."

Benar juga. Baik dan jahat itu diciptakan sepasang. Tapi, orang jahat benar-benar meresahkan. Seperti sekarang, hidup Nada tidak tenang karena di bayang-bayangi pembunuh sialan.

***

Gema terlentang di atas kasur. Pandangannya tak lepas dari dinding kamar. Sunyi. Bahkan suara hujan di luar tidak terdengar oleh telinganya saat ini. Pikirannya tidak sengaja mengusik memori tentang percakapan dengan Andi tempo hari.

***
Malam itu ...

Andi duduk tenang di sisi ranjang. Gema masih asik menatap bintang tanpa memedulikan ayahnya yang datang. Suatu keajaiban seorang Andi menginjakkan kaki di kamarnya. Bukankah selama ini dia terlalu sibuk?

"Gem? Kamu tahu Desi? Desi Maharani kelas 12 IPA 1?"

Andi tidak tahu kalau ternyata pertanyaan yang dia lontarkan membuat tubuh Gema kaku. Gema masih memunggungi ayahnya, tidak berniat untuk sekedar menatap.

"Ibunya nyari. Kamu pernah lihat dia? Di mana gitu?"

Gema diam. Tidak menjawab meski ayahnya meminta tanggapan.

"Terakhir ibunya bilang, dia ada urusan sama guru di sekolah. Tapi, guru-guru bilang, nggak ada satupun yang ketemu Desi hari itu."

"Kamu nggak tahu? Atau kamu nggak kenal sama Desi?"

Gema tetap bungkam. Sampai Andi menghela nafas, lalu beranjak meninggalkan kamar anaknya.

Gema bergeming, mengingat kapan terakhir kali ayahnya menginjakkan kaki di kamar ini. Sudah lama sekali, bahkan Gema sudah lupa kapan itu terjadi. Apa ayahnya datang hanya untuk bertanya itu? Hanya itu?  Apa jika tidak ada pertanyaan menyangkut pekerjaan, ayahnya tidak akan ke sini?

***

Gema tersenyum sinis. Mengingat itu, dia merasa ditampar. Sebegitu tidak pentingnya dia di mata ayahnya. Gema beralih menatap jendela, hujan di luar sudah reda. Nada juga sudah pulang, dia sendiri yang mengantar.

Gema meraih handphone di sampingnya. Mengetik sesuatu, kemudian terdengar nada panggilan. Setelah terhubung, tanpa basa basi Gema bersuara.

"Tolong cari yang gue suruh waktu itu. Gue makin kepikiran kalau semua emang berkaitan."

"...."

"Ayolah ... Gue nggak menjamin mereka nggak tau. Cuman Lo yang aman. Lo jelas nggak akan diawasi."

"...."

"Thank's. Lo selalu bisa diandelin."

Sambungan terputus. Gema dengan cepat menyambar hoodie dan bergegas keluar kamar.

***

Angkasa di sana sudah menghadirkan bulan, mempersilahkannya menerangi malam. Nada duduk di sofa dengan air mata yang berderai. Matanya awas menatap laptop di pangkuan. Deretan gambar terus berputar, menampilkan oppa-oppa yang sedang berperan.

"Kenapa ke-uwuan mereka cuman segitu sih. Mana cuman di episode terakhir lagi." Nada menyeka hidungnya dengan tissue.

"Ah ... Masa cuman elusan tangan! Nggak ada yang lebih ekstrim gitu?" Sekarang giliran mata sembab yang Nada usap dengan tissue.

Nada benar-benar terharu dengan drama yang ditontonnya. Drama The Goddess of Revenge membuat dia sedih sekaligus bangga. Sedih ketika scane Cha min Joon yang melindungi Kang Hera dari tusukan kaca, sehingga punggungnya yang menjadi sasaran empuk. Juga bangga, karena drama ini murni tentang balas dendam tanpa campur tangan romance dari kedua tokoh utama. Jadi, bisa di pastikan tidak ada ke-uwuan lebih dari elusan tangan. Sedikit kecewa, tapi mau bagaimana? Jadi, terima saja.

Nada beranjak untuk mengambil minum. Baru tiga langkah, Nada dikagetkan dengan suara ketukan di pintu. Nada melirik jam dinding, hampir pukul 21.00 malam. Siapa yang berkunjung selarut ini?

Kakinya tiba-tiba kehilangan fungsi. Nada hanya berdiri dengan mata yang menjelajah ke setiap sisi. Nada enggan membuka karena takut berbahaya. Tubuhnya menegang saat hendel pintu digerakan dari luar. Nada mengelus dada, lega karena tadi dia sempat mengunci pintu.

Perlahan Nada mendekat untuk mengintip dari jendela samping. Meskipun takut, dia juga penasaran. Tirai gorden dia singkap sedikit. Matanya membola ketika tahu siapa yang ada di luar sana.

....

Sangkyu buat yang nunggu🥺❤️ Kalian bikin mood naik, asli. Maaf juga atas Hiatus dan kekurangan-kekurangan di book ini. Sekali lagi makasih banyak-banyak. 2022 udah di depan mata, Stay safe dan patuhi protokol kesehatan yaa🤗

Area Rindu
Bandung, 29 Desember 2021

Gema NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang