|Dokter Wira
💊💊💊💊
Janu baru saja beristirahat sejenak setelah shift malamnya usai, berdiri di lantai enam menatap keluar dari dinding kaca yang menampilkan suasana yang akan disambut fajar dengan sekaleng kopi di tangan kanannya, daripada bergegas ke ruang residen untuk berbenah diri lalu acap pulang.
Dengan tatapan letih dan wajah kucel, Janu menikmati detik-detik dunia menjadi pagi sembari meneguk habis kopinya. Tanpa disadari sosok Sasmi yang baru saja tiba di rumah sakit, sontak berhenti dari jarak lima kaki saat melihat Janu. Pria jangkung itu pun langsung menoleh membuat Sasmi berjalan kembali mendekatinya.
“Good morning,” sapa Janu santun, Sasmi hanya bisa menyungging senyum lalu memilih berdiri disamping Janu dan menatap keluar. “Tumben pagi banget datangnya.”
“Nggak tahu, tiba-tiba pengen berangkat lebih pagi, habis ini lo mau pulang?” tanya Sasmi tanpa menatap yang diajak berbicara.
“Iya, ada janji sama Bokap main golf jam sembilan, dan juga sama bokap lo.”
“Formalitas kan? Bisnis keluarga.”
“Lo bisa nolak, dan gue juga bisa nolak Sas, lagi pula perjodohan konyol ini nggak ada gunanya, lo berhak bahagia sama orang pilihan lo.” Ucapan Janu kontan membuat Sasmi menatapnya intens dan merubah posisi berdiri menghadapnya.
“Untuk kita, yang mungkin di pandang beruntung karena latar belakang, sejujurnya benar-benar menyedihkan dari siapapun, ya kan? Gue kira lo nggak terlalu buruk kok, tinggi, tampan, resdien berbakat, terkenal dan baik hati. Setidaknya ketika gue menikah sama lo, gue bisa dicap sebagai perempuan super beruntung.”
Janu hanya menggeleng pelan dengan senyum manisnya. “Walaupun begitu, gue percaya cinta.”
“Lo masih suka Gistara?” tanya Sasmi yang berhasil menghapus senyum Janu.
Mungkin, hanya Sasmi satu-satunya orang yang tahu bahwa Janu memiliki perasaan terhadap sahabatnya itu, dan Janu juga menjadi satu-satunya orang yang tahu kalau Sasmi menyukai Yasa. Dan perjodohan antara keduanya hanya dianggap panggung komedi yang sewaktu-waktu ditertawakan disaat dunia terlalu melelahkan untuk keduanya.
Ketika realita perasaan Janu dan Sasmi hanya dijadikan kedok bisnis, mau tidak mau kadang kenyataan siapa yang sejatinya dicintai sering kali membuat keduanya merasa miris dan lucu secara bersamaan.
“Setelah gue pikir-pikir lagi, rasa suka ke Gistara bukan sesuatu yang serius, karena gue nggak mau kehilangan Gistara sebagai sahabat gue.”
“Yah, padahal itu alasan bagus buat lo ngebatalin pertunangan kita, Jan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
RESIDEN ✔
FanfictionGistara Lembayung Wedanta, residen spesialis saraf tahun ketiga, mengalami cinta bertepuk sebelah tangan selama 7 tahun, hingga bertemu sosok yang menyuruhnya berhenti mencintai orang yang mengabaikannya selama 7 tahun. Seluk beluk dunia medis dan j...