|Dokter Janu
💊💊💊💊
“Lo jelek kalau cemberut gitu mukanya,” celetuk Hashi yang datang menghampiri Lengkara duduk merenung di lorong sepi di bangsal 2. Memang kalau sudah lebih pukul 11 malam, lorong ini sedikit manusia yang berlalu lalang, hanya beberapa perawat dan residen yang terjaga karena shifnya.
Sedari tadi, Hashi hanya memantau dari jauh saat Lengkara masih diomeli oleh Dokter Beni perihal salah diagnosa. Kemudian belum sempat Hashi menenangkan perasaan sang kekasih yang terguncang akibat teguran dokter senior, lelaki jangkung itu harus sibuk mondar mandir memperbaiki kesalahannya. Hingga barulah dilarut malam ini, saat Lengkara jengah sesaat untuk meratapi kesalahannya, Hashi pun mendekati.
Lengkara menoleh dengan raut lemas, sejurus kemudian Hashi sudah duduk disamping lelakinya. “Kata Kak Gista, salah diagnosanya nggak terlalu masalah kok, toh operasinya tetap Neoroma Akustik.”
[Neoroma Akustik ; Tumor jinak di saraf yang mengatur pendengaran dan keseimbangan]
Lengkara belum menjawab, ia lebih dulu menghela napas panjang, lalu membusungkan leher untuk bersandar di bahu mungil Hashi. “Tetap aja sih, salah diagnosa itu kesalahan fatal seorang dokter, bisa saja, itu membahayakan keselamatan pasien.”
“Besok-besok lo harus lebih teliti lagi Ra.”
Pria itu mengangguk sesaat, lalu memejamkan mata dengan tenang. “Maaf ya Has, Gue nggak pernah bikin lo bangga, selama ini gue selalu bikin masalah.”
Tangan Hashi menepuk pipi Lengkara dengan lembut. “Nggak kok, justru selama ini lo bikin gue bahagia dengan segala tingkah lo Ra.”
“Makasih.” Lengkara semakin menenggelamkan wajahnya di leher Hashi, gadis dengan aroma wistera yang sangat khas, menjadi harum yang Lengkara favoritkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESIDEN ✔
FanfictionGistara Lembayung Wedanta, residen spesialis saraf tahun ketiga, mengalami cinta bertepuk sebelah tangan selama 7 tahun, hingga bertemu sosok yang menyuruhnya berhenti mencintai orang yang mengabaikannya selama 7 tahun. Seluk beluk dunia medis dan j...