14💉 Smile

1.6K 303 6
                                    

|Dokter Lengkara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|Dokter Lengkara



































💊💊💊💊




































Pagi-pagi sekali Janardana sudah didepan rumah Gistara, membuat gadis itu dengan tergesa-gesa keluar, bahkan sampai tali sepatu adidas berwarna putihnya tidak tertali, membuat Janardana sigap membusung didepan Gistara untuk mengikatkan talinya.

Gistara hanya terdiam namun tidak dapat mencegah bibirnya untuk tersenyum, entah kenapa semakin lama, Janardana begitu mempesona dengan gerak-geriknya yang sederhana.

“Udah, lagian lo kenapa sih sampai lupa nali sepatunya?” kata Janardana.

“Ya kan gara-gara lo juga jemputnya kepagian.”

“Ya gimana ya, rindu tak tertahankan, kangen aja bawaannya, jadi pengen lihat muka lo yang..., jelek.”

Gistara lantas menyipitkan matanya, Namun Janardana justru terbahak-bahak bahagia.

Disisi lain, Dera yang sehabis mandi pun, menilik dari jendela kamarnya, melihat interaksi Gistara dan Janardana, hanya dengan tatapan kosong, Dera mengarahkan fokus matanya pada Janardana yang terlihat amat bahagia.

Walaupun belum yakin sepenuhnya, kalau temannya dulu itu benar-benar tulus dengan Gistara, Dera masih takut kalau Gistara akan berakhir seperti Namita.

Beberapa menit kemudian Gistara dan Janardana pun masuk kemobil dan melaju ke rumah sakit, dengan helaan napas ringan Dera menutup kembali korden jendelanya, dan memilih duduk dikursi belajarnya sembari menunggu rambutnya kering.

Kemudian Dera pun membuka laptopnya guna memeriksa beberapa penelitiannya, namun pikirannya mendadak dirasuki oleh bayang-bayang Janardana dan Gistara, hingga membuatnya menutup laptop tanpa dimatikan terlebih dahulu.

“Kenapa gue mendadak kaya gini sih, apa pentingnya gue khawatir sama mereka berdua, toh nggak ada untungnya,” monolog Dera, mencoba menenangkan pikirannya sendiri. “Tapi kenapa gue jadi takut kalau Gistara hanya dijadikan si tengil itu mainan sih.”

Pada akhirnya Dera memilih merebahkan badannya di ranjang, tidak peduli masih pagi karena shiftnya pun masih nanti malam, kini yang Dera perlukan hanyalah ketenangan dan mengusir pikirannya menampung beban soal Janardana dan Gistara yang sebetulnya tidak perlu dikhawatirkan. 

💊💊

💊💊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RESIDEN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang