12💉 Ketika Air Tanpa Api

1.7K 307 8
                                    

|Dokter Markus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|Dokter Markus




































💊💊💊💊







































Gistara tak bisa tidur malam ini, setelah tadi merasakan bahwa matanya terlalu lama dibuat menangis akibat Janardana. Lambat laun Gistara menjadi memikirkan Janardana, bagaimana bisa lelaki itu tetap di sana, sementara dirinya melupakan keinginannya menonton konser karena keasyikan menghabiskan waktu bersama Dera.

Jujur saja, Gistara merasa bersalah dan juga, tersentuh untuk sesaat, ini kali pertama Gistara merasakan dirinya begitu berarti untuk seseorang selain kawan-kawan dan keluarganya.

Sekon kemudian, Gistara merubah posisi tidurnya memiring ke kiri, matanya terus terjaga sampai jam di dinding pun di angka dua dini hari.

Tiba-tiba saja, Gistara menangis lagi, kali ini disebabkan pikirannya yang mendadak kacau, tanpa pilihan apapun, Gistara bangkit dari tidurnya dan meraih ponsel di atas nakas, disaat kondisi seperti ini, perasaanya butuh dukungan, maka ia memutuskan menghubungi seseorang yang pasti masih belum tidur.

Baru beberapa detik menempelkan telepon di telinga, sosok yang dihubungi pun mengangkat.

"Yasa."

"Ngapain lo jam segini nelpon gue."

"Masih shift?" tanya Gistara dengan nada lembut.

"Baru saja selesai keliling, Tirta udah molor duluan di mejanya, sekarang gue lagi di lorong bangsal."

"Oh, gue tahu sih kalau lo nggak bakalan tidur kalo lagi shift."

"Dan gue tahu juga sih, kalau lo nelepon gue jam segini, kalau nggak nggak bisa tidur ya pasti curhatin Dera."

"Bukan Dera."

"Oh gue tahu, pasti pasien-pasien lo," ujar Yasa terkekeh, membuat Gistara mengukir senyum di bibirnya, lalu merebahkan kembali tubuhnya sembari menatap langit-langit kamar yang berwarna putih tulang. Di sana ia tempelkan beberapa bintang-bintang yang mana saat lampu di matikan terpancar cahaya yang indah.

Gistara pun menghela napasnya pelan. "Bukan Yas, tapi gue mau cerita soal Janardana."

"Hah Janardana? Ngapain lagi tuh belut sawah, bikin lo kesel?"

"Gue sama dia punya janji nonton konser Jazz, dan gue lupa karena habis operasi gue justru ngobrol sama Dera-"

"Hah lo ngobrol sama Dera? Yakin? Bukan sama setan?"

"Dengerin dulu Yasaaaa."

"Oke-oke lanjutin."

"Saat gue ngobrol sama Dera, gue lupa waktu, dan tiga jam berlalu, akhirnya gue sadar kalau ada janji sama Janar, dan pas gue nyamperin ke tempat konser dengan maksud ngecek aja, dan lo tahu nggak? Ternyata Janar masih disana, nungguin gue, dan rasanya jadi nggak enak banget."

RESIDEN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang