|Dokter Janar
💊💊💊💊
Muram langit malam ini, berjatuhan ribuan kenangan, malam seketika bisu, bertaburan aroma tubuhmu, jendela berembun, kamu ada tak berkedip mata berbisik isyaratkan rindu yang dalam ke pada—
"Kak Gis, Kak Gis." Tangan kekar menggoyak tubuh seorang gadis yang sedang menikmati istirahat dengan merebahkan kepala di atas meja bertumpuan pada buku-buku tebal, kedua telinga ia subal dengan earphone kabel memainkan lagu milik band Folk Senandung berjudul -Hujan Di Balik Jendela —kebetulan diluar ruangan ini, terlihat dari tingkapan, hujan sedang deras-derasnya—
Lagu itu mendadak terhenti, saat gadis itu sadar akan suara yang membangunkannya, dengan cekat ia bangkit sembari mengucek kedua matanya culas.
"Hmm?"
"Waktunya keliling," ujar pria itu menanti perempuan bernama Gistara Lembayung Wedanta ini sadar sepenuhnya dari lelap sesaat. Kemudian ia melihat jam ditanganya.
"Oh, udah jam 8 aja. Makasih Ra, udah di bangunin." Gistara sigap bangun, lalu mencepol asal rambutnya tak rapi, lalu bergegas keluar dari room stay para residen.
Lengkara yang ditinggal, baru menyusul beberapa saat kemudian dengan langkah besar dibelakang Gistara.
Di ruang Kenanga lantai 2, menjadi tempat Gistara tuju, dari ambang pintu sudah ada beberapa residen sedang berkeliling bersama Dokter Professor menilik keadaan para pasien. Gistara dan Lengkara lantas berdiri dibelakang sendiri dengan raut was-was karena terlambat lima menit.
"Tumben kelilingnya ontime banget, biasanya juga molor 15 menit," bisik Gistara pada gadis sebaya di sebelahnya.
Ia menoleh. "Biasa, Prof kan besok akan diangkat jadi direktur, jadi ya pencintraan untuk malam ini."
Gistara tersenyum sesaat, kemudian pandangannya mengarah pada sosok lelaki jangkung yang berdiri di samping Professor dengan raut tegas dan serius, jubah putih menambah pesonanya berkali lipat. Gistara terperangah. Sejenak ia menikmati wajah bak dewa yunani itu, yang kelak lelaki itu menoleh sekilas untuk bertatap temu netra Gistara, yang lantas membuat Gistara membelalak sebelum membuang muka.
"Gila," lirihnya.
"Masih aja lo suka sama dia," celetuk Jihan berbisik, gadis sebaya dengan Gistara tadi.
"Nggak ada alasan buat nggak suka sama Dera."
"Seharusnya banyak alasannya sih buat nggak suka sama Dera, pertama dia dingin, kedua dia bukan sejenis manusia yang bisa dibilang manusiawi, ketiga nenek gue bakalan bilang kalau dia titisan setan yang setiap malam jumat harus dikasih bunga kantil biar nggak kesurupan."
KAMU SEDANG MEMBACA
RESIDEN ✔
FanfictionGistara Lembayung Wedanta, residen spesialis saraf tahun ketiga, mengalami cinta bertepuk sebelah tangan selama 7 tahun, hingga bertemu sosok yang menyuruhnya berhenti mencintai orang yang mengabaikannya selama 7 tahun. Seluk beluk dunia medis dan j...