Setelah hari-hari penuh 'badai' dan berangsur reda, bisa dibilang minggu ini adalah hari-hari paling tenang dalam hidupku. Sejujurnya, menjadi terkenal ternyata tidak menyenangkan. Apalagi jika terkenal karena skandal. Iya, dong. Apa lagi sebutannya kalau bukan skandal? Oke, mungkin terdengar agak berlebihan. Tapi, kejadian ini membuatku berjanji akan lebih berhati-hati dengan makhluk bernama cowok untuk selanjutnya. Walaupun sudah mengenal baik, tapi tidak ada yang menjamin jika kedekatanku dengan teman cowok tidak akan menimbulkan kesalah pahaman.
"Pass!" Tania berseru di tengah latihan kami.
Lagipula, kegiatan sekolahku semakin padat. Walaupun belum kelas tiga, tapi PR dari guru-guruku semakin banyak saja. Ditambah dengan durasi latihan voli yang semakin panjang. Tania bilang, ini untuk persiapan kami mengikuti seleksi POPDA (Pekan Olahraga Pelajaran Daerah) setelah ujian semester.
"Aku udah bicara sama Pak Manan, Rin," ucap Tania kemarin sore. "Beliau setuju untuk memasukkan kamu jadi pemain utama pas seleksi POPDA nanti."
"Yes! Makasih banget ya, Tan!" Aku segera merangkulnya dengan gembira.
"Sama-sama. Pokoknya abis ini kita mesti latihan yang disiplin. Oke?"
"Siap, Bu Kapten!"
Dan tentu saja, aku masih mengarang cerita tentang pacaranku dengan Rizki. Ya, kadang-kadang aku harus menjawab pertanyaan teman-temanku yang penasaran tentang apa kegiatanku 'bersama' pacarku pada akhir pekan atau saat waktu luang, kan?
Berita tentang aku dan Rizki sudah menyebar ke seantero sekolah. Jadi aku perlu melakukan hal itu untuk meyakinkan semua orang. Walau pada kenyataannya, aku hanya menonton kartun dan tidur siang pada hari minggu. Melelahkan? Sudah pasti. Tapi, aku tetap mengikuti saran Putra. 'Jangan bicara jika tidak ditanya. Jangan tunjukkan kalau tidak diminta.' Dan aku hanya bicara saat mereka bertanya. Aku rasa, nasihat darinya cukup ampuh. Putra bisa memikirkan karier sebagai seorang advisor di masa depan.
Sesekali aku juga main ke rumahnya di Sawojajar. Kadang-kadang secara kebetulan, Frans juga datang dan kami melakukan 'pemotretan'. Lalu tertawa terbahak-bahak setelahnya. Sungguh, aku dan Frans merasa konyol saat harus berpose mesra. Ada satu pose yang membuat kami bertiga tertawa dan sulit berhenti. Bahkan, Frans harus memegangi perutnya karena sakit. Yaitu saat kami berdua duduk di lantai kamar Putra dan ia mendekatkan wajah seakan mau mencium pipiku. Aku harus menahan tawa demi mendapat foto yang bagus. Sementara Putra harus mengambil gambar beberapa kali karena ketika ia memotret, bahunya selalu terguncang sehingga menyebabkan foto hasil bidikannya menjadi kabur.
Bicara soal fotoku bersama Frans, Mbak Kiki sempat terkejut saat melihatnya di atas meja belajarku. Dalam pigura kayu cokelat tua yang kubeli dari toko alat tulis dekat sekolah. Ia sempat mengira jika sosok Rizki betulan ada. Tapi kemudian kecewa ketika kuberi tahu jika nama aslinya adalah Frans dan ia adalah teman sekolah Putra.
"Kirain beneran ada tokoh fiksi yang jadi nyata," gumamnya kecewa.
"Kita semua tahu kalau kenyataan itu nggak indah, Mbak," ucapku sembari mengambil kembali foto 'pacarku'. "Dan kita nggak hidup di dunia sinetron."
Ya. Kenyataan memang tidak seindah drama. Tadinya aku pikir, masa SMA yang kujalani akan menyenangkan seperti dalam novel remaja yang rajin dikoleksi Mbak Kiki. Tapi realita yang aku dapat justru sebaliknya. Alih-alih bisa dekat dengan cowok yang aku suka sambil mengejar cita-cita–Bah, istilah macam apa itu?!-aku justru disukai seorang maniak. Maaf kalau aku terdengar jahat, tapi aku masih belum bisa menerima dengan akal sehat bahwa seseorang bisa jatuh cinta pada orang yang belum ia kenal dengan baik. Ini berbeda dengan ketika kamu mengagumi seorang selebriti.
"Oke, teman-teman. Cukup buat latihan hari ini!" Tania berseru sambil terengah-engah. "Terima kasih semua!" Kami balas mengucapkan terima kasih sebelum mengempaskan tubuh masing-masing yang kelelahan. Aku mengipas-ngipas jersey voliku yang basah oleh keringat sambil berjalan menuju bangku di tepi lapangan. Teman-teman timku terlihat lelah semuanya. Rambut mereka basah oleh keringat yang mengucur. Masing-masing segera menenggak minumannya atau mengelap kening serta lehernya.
![](https://img.wattpad.com/cover/253174280-288-k889117.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Paham [TAMAT]
Teen FictionAuthor's note : judul sebelumnya 'Fiksi'. Bagaimana sih rasanya terkenal? Namaku Karina Aulia. Cuma murid SMA biasa. Tidak terlalu populer walau temanku di mana-mana. Tapi mendadak, seantero sekolah jadi memerhatikanku. Setiap aku lewat, ada saja ya...