"Terima kasih untuk latihan hari ini, teman-teman. Kalian udah bekerja keras. Sampai ketemu besok."
Tania, murid kelas 2-D sekaligus kapten tim voli putri SMA Sarasvati, membungkuk usai latihan kami hari senin ini. Kami, para timnya, ikut membungkuk dan mengucapkan terima kasih sebelum membubarkan diri. Hari ini kami latihan tanpa Pak Manan, guru olahraga yang juga menjadi pelatih tim voli putri. Beliau sedang ada urusan sehingga tidak bisa melatih kami. Akhirnya, Tania lah yang memimpin latihan dengan mempelajari strategi yang sudah sering kami diskusikan setiap jam ekstrakurikuler.
Aku berjalan menuju ransel yang tergeletak bersama milik anggota lainnya di salah satu sisi halaman sekolah yang kami jadikan lapangan voli dadakan. Walaupun lebih sering menjadi cadangan, tapi aku berlatih sama keras dengan yang lain. Kutarik handuk dari salah satu sisi ransel untuk mengelap keringat yang mengucur.
"Minum, Rin?"
Salah satu anggota tim voli putri mengangsurkan botol minumnya padaku.
"Makasih. Udah bawa sendiri."
Ia mengangguk sebelum menarik kembali botol minumnya. Aku mengempaskan tubuh di atas bangku, lalu menarik botol minumanku sendiri. Kuteguk air di dalamnya sambil mengamati halaman sekolah yang masih penuh murid dengan kegiatan ekskul masing-masing.
Pandanganku terpaku pada ekskul judo yang sedang berlatih tak jauh dari tim voli, tapi tanpa kehadiran Rifki. Aku ingat jika tadi Dania bilang OSIS akan rapat untuk event festival budaya. Rifki benar-benar bergerak cepat dengan membahas ide-ide yang pernah kami diskusikan di lab komputer sebelumnya. Jadi aku tidak penasaran ke mana cowok itu.
Aku benci mengatakan ini, tetapi aku memiliki satu kebiasaan yang mirip dengan Norman. Usai berlatih voli, aku biasanya beristirahat sambil mengamati klub judo. Lebih tepatnya mengamati Rifki. Cowok itu selalu terlihat menawan dalam balutan judogi-nya.*) Kemudian saat latihannya usai, ia akan berjalan ke bangku tempat ranselnya menunggu dan menyapaku. Kadang-kadang kami akan mengobrol sebentar sebelum pulang.
Pandanganku lalu beralih ke kerumunan murid perempuan yang histeris menonton latihan tim bola basket di lapangan mereka sendiri yang berpagar kawat, sekelompok murid yang tergabung dalam ekskul PMR di bagian lain halaman depan, dan anggota ekskul lain dengan kegiatan masing-masing.
"Capek, Rin?" tanya Tania saat mengempaskan tubuhnya di sebelahku. Ia sendiri bermandikan keringat sampai menggelung rambut sepunggungnya di puncak kepala.
"Lumayan," jawabku sebelum meneguk air dalam botol kembali.
"Permainan kamu cukup berkembang, lho. Dan bisa ditempatin di posisi mana aja," ujar Tania. "Aku rekomendasiin ke Pak Manan aja kali, ya?"
"Boleh." Aku mengangguk semangat pada Tania. Menjadi pemain utama selalu menjadi keinginanku sejak bergabung dengan tim voli. "Makasih ya, Tan." Tania menjawab dengan anggukan sebelum mengambil handuk kecil yang tersampir di bahunya untuk mengelap keringat yang mengucur di dahi.
Matahari sudah tidak terlalu menyengat karena hari telah beranjak sore. Teman-teman timku yang lain masih asyik mengobrol saat aku mengemasi ransel.
"Tan, aku duluan ya. Takut kesorean," pamitku.
"Oke, Rin. Terima kasih buat kerjasamanya, ya."
Aku mengangguk pada Tania. Lalu berseru pada teman-teman sesama anggota tim voli yang masih betah berkumpul sambil mengobrol, "Teman-teman. Saya duluan, ya!"
"Bye, Rin. Makasih buat hari ini, ya." Aku mengangguk sebelum balas melambai kepada mereka. Kuayun langkah menuju toilet perempuan untuk berganti seragam saat seseorang menyerukan namaku dari kejauhan. Rupanya Dania. Ia setengah berlari menuju ke arahku. Tangannya membawa sebuah buku besar dan beberapa map.

KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Paham [TAMAT]
Fiksi RemajaAuthor's note : judul sebelumnya 'Fiksi'. Bagaimana sih rasanya terkenal? Namaku Karina Aulia. Cuma murid SMA biasa. Tidak terlalu populer walau temanku di mana-mana. Tapi mendadak, seantero sekolah jadi memerhatikanku. Setiap aku lewat, ada saja ya...