64| Ngidam?
Tadi setelah pulang dari rumah sakit, Ardan dan Matahari terlalu senang dan tidak sabar untuk segera memberi tau keluarga mereka. Sampai-sampai mereka lupa menjemput Ken yang dititipkan oleh Raden.
Dan hal itu membuat Raden kesal bukan main. Bahkan sangking kesalnya, Raden rela mengantarkan Ken kerumah kedua orangtua Matahari karena kedua orang itu ada disana.
"Mas," panggil Matahari. Kini mereka sedang menginap di rumah orangtua Matahari. Itu karena paksaan Jauti yang menginginkan anaknya dan mantunya menginap.
"Kenapa?" tanya Ardan sembari menepuk-nepuk pantat Ken.
"Laper." rengek Matahari.
"Makan yang,"
"Pingin makan yang anget-anget."
Ardan mengernyit, "Pingin apa?"
"Pingin makan bakso." kata Matahari sembari terdiam membayangkan bakso.
Ardan berdecak, lalu melihat jam dinding yang menunjukkan pukul setengah 10 malam.
"Pingin banget?" tanya Ardan. Matahari mengangguk semangat sembari mengelus perut datarnya.
"Banget bangettttt!"
Ardan menghela nafas, lalu dengan pelan dia bangkit dari kasur dan segera mengganti pakaiannya. Tidak lupa, dia membawa dompet dan kunci mobilnya.
"Mas," panggil Matahari.
"Kenapa?"
"Mau beli bakso?"
"Iya,"
"Kok pake dandan segala?" kata Matahari kesal.
Ardan mengernyit ditempatnya. Padahal dia hanya menggunakan kaos polos berwarna hitam dan celana pendek saja. Tidak ada yang namanya dandan-dandanan sama sekali seperti yang istrinya katakan itu.
"Siapa yang dandan yang? Orang biasa aja gini kok." balas Ardan sembari menatap penampilannya.
Matahari menggeleng sembari cemberut. "Enggak mas! Kamu itu terlalu ganteng buat beli bakso doang. Ganti sana."
Ardan menghela nafas, dengan terpaksa dia kembali berganti pakaian.
Kini dia mengganti celana pendeknya dengan training panjang. Sebelum keluar dari kamar mandi, Ardan berdoa dulu. Semoga kali ini istrinya tidak mengomentari penampilan nya lagi agar dia bisa cepat beli baksonya.
"Loh, kok makin ganteng!" kata Matahari kesal.
Ardan hanya diam sembari menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Ini biasa aja yang," ucap Ardan.
"Enggak! Kamu malah keliatan lebih ganteng dari pada tadi! Pokoknya ganti!"
Ardan menghela nafas. Sabar Ar, sabar, itu efek kehamilannya. Ardan terus berucap dalam hati agar selalu sabar menghadapi sikap baru Istrinya.
Ardan memilih mengganti kaos yang dia pakai dengan kemeja kerjanya dan dipadukan dengan celana training panjang yang dia pakai.
Walaupun sedikit nyeleneh tapi Ardan tetap menggunakannya. Semoga kali ini istrinya itu tidak mempersalahkan pakaiannya lagi.
"Ih,, kok kaya gitu sih penampilan nya? Padahal mau keluar loh." cibir Matahari setelah melihat pakaian Ardan.
Sedangkan Ardan hanya mengangkat bahunya acuh. Dia tidak masalah jika harus keluar rumah dengan pakaian begini. Toh sudah malam juga dan cuma beli bakso, emang siapa yang mau liat? Pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Godaan Mas Duda (END)
ChickLit∆Follow dulu sebelum Membaca!∆ "Saya akan bayar berapapun asal kamu mau jadi pengasuh saya." "Eh??" "E-em maksud saya, jadi pengasuh anak saya." Mulai : 31 Oktober 2020 Tamat : 21 Januari 2021 #1 teentlit (16 November 2020) #1 chikclit (16 November...