GMD 44

245K 28.8K 7.2K
                                    

1500 VOTE YUKK!

44| Lamaran?

"Kita pacaran!"

Ardan sudah ditarik pergi saat berhasil membuat orang-orang terkejut akan ucapan nya.

Dan disini lah dia berada, di ruang kerja Demo bersama 'DDK'. Sebenarnya tadi Matahari sempat merengek ingin ikut, tapi Ardan segera melarangnya dengan halus.

Dia meyakinkan Matahari, bahwa dia akan baik-baik saja. Matahari pun menurut dan membiarkan Ardan pergi bersama ayah dan abangnya.

"Nama kamu siapa?" tanya Demo memulai interogasi nya.

"Saya Ardan om." jawab Ardan dengan senyum tipis.

"Umur kamu?"

"27 tahun."

"Pekerjaan?"

"Pemilik perusahaan Suardika ent, dan ahli waris dari Diningrat group." ujar Ardan santai. Untung nya disaat seperti ini dia memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan.

Demo mengangguk. "Berarti kamu kaya dong?"

"Iya om, bisa dibilang seperti itu."

"Tapi kaya raya belum tentu bisa buat Ata bahagia loh yah." sanggah Krisan.

"Saya mencintai Matahari." jawab Ardan tegas.

"Sejak kapan kalian menjalin hubungan?" timpal Deffodil yang sedari tadi diam.

"Kurang lebih sebulan yang lalu, atau lebih?"

Krisan mendengus. Apa yang adiknya lihat dari Ardan? Hanya ada raut kesombongan yang melekat pada diri laki-laki itu.

"Apa kamu benar-benar serius dengan anak saya?" tanya Demo. Kini raut wajahnya benar-benar serius.

Ardan meneguk ludahnya sendiri, lalu mengangguk tegas.

"Apa yang membuat kamu benar-benar yakin dengan anak saya?"

Ardan berpikir sejenak, mengingat perasaan aneh yang menjalar ditubuhnya saat pertama kali melihat matahari.

"Em.. entah kalian percaya atau tidak, tapi ini benar-benar dari lubuk hati saya. Sebelumnya saya tidak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Bahkan dengan istri saya sekali pun..."

Krisan membuka mulutnya untuk menyala, namun Ardan terlebih dahulu menyahut.

"Tolong dengarkan cerita saya dulu. Saya tidak ingin membuat kalian salah paham jika kalian menyela."

Biarkan dia dicap tidak sopan. Tapi kenyataannya Ardan memang tidak suka ada orang yang menyela ucapan nya, selain Matahari tentunya.

"Dulu,, saya menikah dengan istri saya karena perjodohan. Saya tidak mencintainya sama sekali. Walaupun begitu didalam hati, saya selalu menanamkan kepercayaan bahwa 'cinta datang kerena terbiasa' namun sepertinya itu sia-sia. Karena sampai istri saya meninggal pun, saya tidak memiliki perasaan apa-apa." jelas Ardan.

"Kalau gak cinta kenapa bisa jadi anak?" ujar Krisan sinis. Deffodil dan Demo mengangguk setuju.

Ardan tersenyum tipis, mengingat kejadian yang sudah berlalu itu.

Godaan Mas Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang