GMD 31

292K 32.4K 2.6K
                                    

31| Manjah

Matahari mendengus kesal saat melihat Ardan yang malah asik tiduran sambil bermain ponsel. Sejak Matahari dan Ardan meresmikan hubungan nya seminggu yang lalu, sekarang pekerjaan Matahari bertambah. Yang tadinya hanya mengurusi segala keperluan Ken, kini bertambah mengurusi segala keperluan Ardan juga.

Ardan terus merengek kepada matahari memakai segala cara agar matahari mau menuruti kemauannya. Dengan sangat terpaksa Matahari mengiyakan. dia sudah jengah direcoki Ardan terus. Bahkan saat matahari ingin bermain bersama Ken, dengan teganya Ardan malah merebut matahari dan membiarkan Ken bermain bersama bi inem.

Matahari menggelengkan kepalanya saat mengingat kejadian beberapa hari lalu. Dan jadilah sekarang, matahari sedang menyiapkan pakaian untuk dikenakan Ardan kekantor.

"Mas, udah jam setengah 7 lho. Cepetan mandi!" Matahari melirik kesal kearah Ardan yang malah berbalik arah memunggungi nya.

Matahari menghela nafas. Ini pasti karena matahari menolak ajakan Ardan untuk ikut kekantor nya.

"Mas marah?" tanya Matahari berjalan menghampiri kasur Ardan.

Ardan hanya bergumam tak jelas sambil memainkan ponselnya.

Matahari menghela nafas. Sejak mereka pacaran Matahari mengetahui sifat lain Ardan yang cemburuan dan gampang ngambek.

Matahari mendudukkan tubuhnya disamping tubuh Ardan, dia mengelus rambut Ardan dengan lembut.

"Mas,," panggil Matahari. "Masa aku dicuekin."

Ardan menghela nafasnya. Sebenarnya dia tidak benar-benar marah, hanya sedikit kesal saja karena Matahari tidak mau menuruti kemauannya. Ardan langsung berbalik menghadap matahari, dia sedikit terkejut saat matahari duduk didekatnya.

"Siapa yang marah?" tanya Ardan cuek. Dia sengaja agar Matahari mau ikut bersama nya pergi kekantor.

"Mas lah, siapa lagi!"

"Aku gak marah kok."

"Halah! Bohong! Orang dari tadi aku dicuekin gitu." ujar Matahari cemberut.

"Salah siapa kamu nolak pas aku ajak kekantor."

"Ihh! Gaenak mas! Mas kan disana kerja. Masa aku harus liatin orang kerja gitu? Nanti bosen!"

"Yaudah kalau gitu, mas gak usah kekantor aja."

"Ih kok gitu sih!! Nanti kalau mas gak kerja terus jatuh miskin gimana?!" Matahari benar-benar kesal dengan Ardan. Bisa-bisanya hanya karena Matahari tidak mau ikut Ardan juga tidak mau kekantor.

"Ya gak gimana-gimana sayang."

"Aku gak mau sama laki-laki miskin lho mas," ucap Matahari menakut-nakuti.

"Berarti kamu matre!"

Matahari langsung memukul pipi Ardan pelan, "enak aja! Aku tuh gak punya cita-cita untuk hidup sengsara setelah menikah ya!"

"Pokoknya kamu harus berangkat kerja! Ayo sekarang cepat bangun! Mandi!" lanjut Matahari sambil menarik tangan Ardan agar segera berdiri.

Godaan Mas Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang