GMD 66

197K 20.7K 3.7K
                                    

66| Pertunjukan malam.

"GAK BOLEH!!" Ardan berteriak keras hingga membuat Ken terkejut dalam tidurnya.

"HUAAA.... MAMA!!"

Langsung saja Ardan mengangkat Ken dan menenangkannya, sedangkan Matahari sudah menatap Ardan dengan garang. Bisa-bisanya suaminya itu berteriak kencang dimalam hari.

Setelah Ken tenang dan kembali tidur, Ardan meletakkan Ken ketempat semula. Lalu dia ikut menatap istrinya dengan tak kalah tajam.

"Apa?" kata Ardan sambil menatap matahari tajam.

"Apa-apa, kamu tuh ngapain teriak malem-malem!" sungut Matahari kesal. Dia mendudukkan tubuhnya saat Ardan mengambil duduk di ujung kasur.

"Suruh siapa ngomong yang enggak-enggak."

"Siap yang ngomong yang enggak-enggak??"

"Kamu! Kenapa tiba-tiba bilang mau nyium Raden?"

Matahari memutar bola matanya. "Itu kan bawaan anak kita mas! Bukan kemauan aku sendiri."

"Mana ada kaya gitu bawaan bayi? Kalau adapun harusnya dia minta 24 jam sama papanya, bukan sama orang lain!"

"Oh,, jadi secara tidak langsung kamu nuduh aku, gitu?" kata Matahari dengan suara yang bergetar. Dia tidak menyangka bahwa suaminya akan menuduh seperti itu.

"Eh-- kok nangis sih? Aku gak bilang kaya gitu loh yang.. aduh." ucap Ardan panik. Dia ingin menyentuh tangan istrinya namun langsung ditolak mentah-mentah oleh Matahari.

"Yang,, jangan nangis." ucap Ardan.

Sedangkan Matahari sudah terisak keras. Dia memukuli Ardan menggunakan bantal saat suaminya itu terus mendekatinya sampai berhasil memeluk tubuh nya.

"Kamu jah--at! Hiks. Kamu nuduh aku selingkuh!" Isak Matahari.

"Hust.. aku gak nuduh kamu yang. Udah ya, jangan nangis."

Matahari mengangguk, lalu mengusap air matanya cepat.

"Tapi ada syaratnya,"

"Apa?"

"Aku mau nyium mas Raden."

Ardan langsung menggeleng cepat. "Gak boleh!"

"Ihh,, kenapa?" tanya Matahari kembali berkaca-kaca.

Ardan menghela nafasnya saat menghadapi hormon kehamilan Matahari yang sangat meresahkan baginya. Apalagi saay permintaannya yang tidak masuk akal yang harus dituruti. Jika tidak, Matahari akan menangis keras hingga membuat orang satu rumah panik.

"Yang lain deh." Ardan mencoba bernegosiasi. Lagian mana rela dia kalau Istrinya benar-benar mencium temannya itu. Memikirkannya saja mampu membuat Ardan ingin menghajar Raden habis-habisan.

"Yang lain ya?"

"Iya, tapi jangan yang aneh-aneh lagi."

"Kalau gak aneh, bukan ngidam namanya!"

"Yaudah deh terserah kamu." kata Ardan pasrah.

Senyum Matahari langsung mengembang sempurna. Dia sudah mendapatkan ide untuk mengganti kan keinginannya. Dengan perlahan Matahari mengusap perutnya yang masih datar, lalu menatap Ardan dengan polos.

Godaan Mas Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang