GMD 10

356K 39.6K 1.3K
                                    

Halo,, adakah yang membaca ceritaku???
Kalo ada coba komen hehe. Jangan lupa vote juga yah❤️

Selamat membaca!


10| Kesialan sang Matahari

Ardan memijat pelipisnya, kepalanya terasa sangat berat. Dia melirik jam tangan mahal yang bertengger ditangan kirinya. Pukul 10 malam.

Pekerjaan Ardan masih banyak yang belum terselesaikan. Ini karena sebulan lalu saat mendiang istrinya meninggal ia juga ikut meninggalkan semua pekerjaannya dan fokus mengurusi sang buah hati. Walaupun tidak benar-benar mengurusi karena dia masih dibantu oleh mamanya.

Pekerjaannya jadi terbengkalai dan beberapa hari ini ia harus segera menyelesaikan semuanya. Dan beberapa hari ini ia selalu pulang malam.

Saat pulang dari kantor dia membersihkan diri terlebih dahulu, lalu menjenguk sang buah hatinya. Bahkan Ardan memilih tidur terpisah dulu karena dia benar-benar membutuhkan istirahat yang cukup. Jika dia tidur bersama sang anak, bisa dipastikan setiap beberapa jam sekali ia harus terbangun dan itu akan membuat waktu istirahat nya berkurang dan menjadikan badannya tidak fit di keesokkan harinya. Dan itu akan menghambat pekerjaan nya dan semakin membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan pekerjaan-nya.

Huh! Ini benar-benar diluar dugaan Ardan. Dia sama sekali tidak ingin hidup seperti ini. Coba saja, dulu dia tidak langsung menerima perjodohannya dan segera bertemu dengan Matahari mungkin semua ini tidak akan terjadi.

Ah Matahari.

Sudah beberapa hari ini Ardan tidak melihat Matahari-nya. Bahkan waktu weekend yang biasanya ia gunakan untuk bertemu Matahari sekarang ia gunakan untuk lembur.

Ardan bangkit dari kursi kebesarannya. Ia ingin pergi ke club yang dulu sering ia datangi. Iya dulu, karena semenjak dia menikah, dia tidak pernah datang lagi ketempat malam tersebut.

Setelah beberapa menit mengemudikan mobilnya akhirnya Ardan sampai disebuah club terbesar di Jakarta.

Ardan berjalan memasuki club yang penuh dan sesak itu. Apalagi DJ sedang memutar lagu yang sedang hits yang membuat orang-orang yang sedang menari semakin menggila. Dia berjalan kearah meja paling pojok lalu memesan Vodka dengan kadar alkohol sedang. Matanya menyusuri tempat yang sudah 1 tahun lebih ia tinggalkan. Masih sama, hanya saja tatanan dan dekorasi yang berubah menjadi semakin mewah.

Ardan meneguk minumannya pelan, pening dikepalanya masih terasa. Semoga saja alkohol yang terkandung dalam minumannya dapat menghilangkan rasa pening yang menerpa kepalanya. Waktu berjalan dan hari pun sudah semakin malam, tidak lebih tepatnya malam pun berganti menjadi pagi. Ardan tanpa sadar sudah menghabiskan dua botol Vodka.

Kepalanya sudah terantuk-antuk di meja bar. Ardan mabuk. Ini pertama kalinya dia mabuk setelah satu tahun yang lalu. Seorang bartender berjalan menghampiri nya.

"Sir," dia menepuk pundak Ardan pelan. Ardan hanya mengangkat kepalanya sebentar lalu menidurkan nya lagi diatas meja.

"Anda sudah mabuk sir, ingin aku panggil kan seseorang untuk mengantarkanmu pulang?"

Ardan hanya bergumam, bartender itu mendekati Ardan, dia merogoh-rogoh saku celananya dan mengambil ponselnya.

"Siapa yang harus saya beritahukan keadaan anda saat ini sir?"

Godaan Mas Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang