GMD 53

264K 23.7K 3.1K
                                    

53| Mawar?

Dua minggu telah berlalu, waktu libur Ardan sudah habis. dan kini Matahari telah kembali pada rutinitas paginya, yaitu menyiapkan keperluan Ardan.

"Sayang,, kaus kaki aku dimana?" tanya Ardan.

Matahari menunjuk kearah ranjang. Disebelah pakaian suaminya, terdapat kaus kaki berwarna hitam yang telah dia siapkan.

"Oiya." Ardan segera memakai kaus kakinya, lalu memakai bajunya. Matahari menggeleng melihat kebiasaan Ardan yang terlebih dahulu memaki kaus kaki daripada baju.

"Sayang, bantu kancingin." pinta Ardan. Matahari menurut, mendekati suaminya dan mengancingkan kemeja Ardan. Setelahnya, dia membantu memakaikan dasi serta menata rambut Ardan.

"Senangnya diurusin sama istri." ucap Ardan seraya mencuri ciuman dibibir merah Matahari.

Matahari terkekeh geli, dia mengalungkan tangannya dileher Ardan lalu menariknya pelan hingga membuat Ardan sedikit menunduk. Matahari memberikan ciuman di seluruh wajah Ardan dan berakhir pada bibir suaminya itu.

Senyum Ardan langsung merekah lebar. Perlakuan Matahari benar- benar membuat Ardan merasa berbunga-bunga.

"Udah selesai mas, turun yuk." ajak Matahari setelah selesai memakaikan Ardan jas. Ardan mengangguk, lalu merangkul mesra pinggang istrinya dan berjalan bersisian kelantai bawah.

"Tau gak yang," ucap Ardan. Matahari menggelengkan kepalanya.

"Kalau lagi kaya gini, aku jadi males pergi kerja."

"Kenapa?"

"Soalnya gak rela ninggalin kamu sama Ken dirumah. Aku kan pingin nya bareng sama kalian terus."

"Jangan aneh-aneh ya mas, aku gak mau punya suami melarat!"

"Kamu lupa ya, aku ini ahli waris Diningrat group dan pemilik Suardika ent." ucap Ardan sombong.

Matahari mencubit gemas pinggang suaminya, "Amit-amit, punya suami suka sombong."

"Gakpapa yang penting ada yang di sombongin."

Matahari mendengus, enggan menyahuti lagi. Mereka berdua menghampiri Miranda dan Farhan yang sudah terlebih dahulu duduk dimeja makan.

"Selamat pagi, mah, pah." sapa Matahari.

"Pagi juga sayang,"

"Pagi juga." balas Miranda dan Farhan berbarengan.

Ardan terlebih dahulu menarik kursi di sebelahnya untuk Matahari, lalu Setelahnya Ardan baru mengambil duduk disebelah istrinya.

Miranda dan Farhan yang melihat tingkah anaknya hanya saling melempar senyum bahagia. Mereka tidak pernah berpikir bahwa Ardan akan bersikap manis dengan istrinya.

"Mau makan apa yang?" tanya Ardan. Matahari langsung panik, saat Ardan menanyainya, apalagi ada kedua mertuanya. Dia tidak ingin dianggap sebagai istri yang buruk.

"E-eh, mas.. seharusnya aku yang--"

"Shutt... Gakpapa yang, sekali-kali aku juga pingin melayani kamu dengan baik. Selama ini kamu udah melayani aku. Jadi sekarang biarin giliran aku ya?" ucap Ardan tulus. Mata Matahari berkaca-kaca, dia merasa terharu. Matahari mengangguk sembari tersenyum tulus.

Godaan Mas Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang