GMD 16

327K 36.4K 2.7K
                                    

16| Pengasuh baru Ken

Matahari dan bi inem baru saja tiba dirumah sakit yang diberitahukan oleh Ardan. kedua perempuan itu berjalan dengan tergesa mencari sosok laki-laki yang mungkin saat ini sedang dalam kondisi tidak baik.

Mata bulat Matahari tidak sengaja menatap sosok laki-laki bertubuh besar yang penuh dengan otot itu sedang menangkup wajahnya. Dia menepuk pundak bi inem.

"Itu pak Ardan bi," ucap Matahari.

Keduanya dengan segera langsung berjalan cepat menghampiri Ardan yang sedang duduk sendirian. dengan sesekali dia terlihat mengusap wajahnya kasar.

"Pak Ardan." dengan perlahan Matahari menyentuh pundak Ardan.

Laki-laki itu mendongak. Wajahnya terlihat suram. Disudut matanya juga berair. Ardan langsung memeluk tubuh Matahari erat. Perempuan itu hanya bisa terdiam. Dia merasakan pundaknya basah. Dan perlahan pundak Ardan juga sedikit bergetar. Sedikit ragu, tangan Matahari mulai menyentuh pundak Ardan. Tangannya mengelus lembut pundak Ardan yang bergetar. Dia juga dapat merasakan pelukannya semakin mengerat.

"Ken pasti baik-baik aja pak, Ken anak yang kuat." hibur Matahari. tangannya masih setia mengelus pundak Ardan.

Tak lama kemudian, Ardan mulai melepaskan pelukannya. Dia mengusap wajahnya cepat, karena dia tidak mau Matahari melihat dirinya menangis. Ya walaupun itu akan sia-sia tetapi tidak apa.

"Sudah lebih tenang sekarang?" tanya Matahari lembut.

Ardan hanya mengangguk sebagai jawaban.

Jika kalian tanya keberadaan bi inem, jawabannya adalah Wanita paruhbaya itu lebih dahulu pergi meninggalkan tuannya disaat laki-laki itu mulai memeluk Matahari. Bi inem hanya tidak ingin mengganggu waktu berharga tuanya saja. Pengertian sekali bukan?

"Sudah tau keadaan Ken?" tanya Matahari lagi.

Ardan menggeleng pelan, "dokternya belum keluar."

"Yasudah, kita tunggu sama-sama."

Selang beberapa menit kemudian dokter Shakira yang menangani Ken keluar dari ruangan pemeriksaan. Ardan dan Matahari langsung berdiri menyambutnya.

"Bagaimana keadaan anak saya dok?" tanya Ardan langsung. Dokter Shakira senyum seculas kepada Ardan.

"Jadi begini pak. Anak anda hampir saja terkena gejala step. Penyebab gejala step ini adalah kenaikan suhu tubuh yang terlalu cepat dan kemampuan tubuh anak dalam beradaptasi terhadap peningkatan suhu pada tubuh. Untungnya bapak langsung cepat membawa anak bapak kerumah sakit jadi bisa dengan cepat ditangani." jelas dokter Shakira panjang lebar.

Ardan menghembuskan nafas lega. Wajah suramnya juga dengan perlahan-lahan membaik.

"Terimakasih banyak dok, kalau tidak ada dokter saya tidak tau apa yang akan terjadi kepada anak saya." ucap Ardan tulus.

Dokter Shakira senyum seculas, "sama-sama pak, itu sudah menjadi kewajiban saya. Kalau begitu saya permisi dulu. Mari pak, Bu."

Setelah kepergian dokter Shakira, Ardan dan Matahari langsung masuk kedalam ruangan Ken. Mereka berjalan kearah brankar tempat Ken yang terkulai lemas.

Ardan menatap sendu anaknya, "Cepat sembuh sayang." Dia mencium lama kening Ken. Dapat dia rasakan suhu tubuh Ken sudah mulai menurun. Matahari menatap lama pundak laki-laki itu, lalu dia berjalan mendekati Ardan, mengelus pundaknya pelan.

"Ken pasti akan segera sembuh. Dia anak yang kuat seperti papanya."

🌻🌻🌻

Kedua orang itu kini sudah berada di kantin rumah sakit. Setelah beberapa menit berdebat dengan bi inem akhirnya mereka berdua mengalah untuk pergi mencari sarapan dan menyerahkan Ken kepada bi inem dan pak Jamal -supir pribadi Ardan-

Ardan memakan sarapannya dengan tidak semangat sedangkan matahari hanya memesan teh hangat saja karena dia sudah sarapan dirumahnya.

Ardan menatap lekat perempuan didepannya yang sedang menatap kearah luar kantin. Sebenarnya ada yang ingin dia bicarakan kepada perempuan ini, tapi Ardan sedikit ragu.

"Apa?" tanya Matahari tanya mengalihkan pandangannya.

Ardan sempat terkejut sejenak saat matahari seperti bisa membaca pikirannya. Namun dengan cepat dia merubah ekspresi wajahnya seperti biasa.

"Ehm!" dehem Ardan sebelum memulai pembicaraan. Matahari langsung mengalihkan pandangan, kini dia sudah menatap lurus kerah Ardan.

"Tawaran kerja yang sempat saya tawarkan ke kamu itu masih berlaku." ucap Ardan tenang. matanya membalas tatapan Matahari.

"Lalu?"

"Saya ingin kamu menjadi pengasuh untuk anak saya Matahari." kali ini tidak ada nada keraguan di setiap kalimat nya.

Matahari terdiam. Dia juga sebenarnya sudah memikirkan hal ini. Namun dia masih sedikit ragu-ragu.

"Jika kamu memikirkan tentang gaji, kamu tenang saja. Saya akan bayar berapapun asal kamu mau menjadi pengasuh saya."

"Eh??"

Matahari langsung terbelalak kaget saat mendengar kalimat terakhir Ardan. Apa katanya? menjadi pengasuh dia? Seorang duda beranak satu ingin diasuh? Yang benar saja!

Sepertinya Ardan juga terkejut dengan kalimat terakhirnya. Dia langsung saja cepat-cepat meralat ucapannya.

"E-em maksud saya, pengasuh anak saya. Kenan Altheo Diningrat."

Matahari langsung mengembuskan nafasnya lega. Namun diotak kecilnya dia terus berpikir apakah ini keputusan yang tepat?

"Bagaimana Matahari apa kamu mau menjadi pengasuh Ken?"

Matahari menggigit bibirnya kencang, lalu dia memejamkan matanya sebentar. Dia menenangkan perasaannya jika dia tidak boleh ragu dengan pilihannya. Perempuan itu menarik nafas panjang lalu membuka mata bulatnya. Pandangan nya langsung bertubrukan dengan Ardan.

Matahari ini pilihan Lo, dan Lo ga boleh ragu sama sekali!

"Iya saya mau." jawab Matahari cepat. Ardan menaikkan sebelah alisnya, jawaban Matahari terdengar sedikit ambigu ditelinga nya.

"Mau apa?"

"Saya mau jadi pengasuh anak bapak, Kenan Altheo Diningrat."

....

Ceki-ceki yaaa,, hari ini aku double update ( ˘ ³˘)

Godaan Mas Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang