GMD 23

309K 33.2K 2.6K
                                    

23| Begadang

Tok.. tok.. tok..

Perempuan itu mengerjakan matanya, lalu dengan pelan dia berjalan kearah pintu kamar yang diketuk.

"Kenapa pak?" tanya Matahari saat mengetahui Ardan lah yang mengeruk pintu kamarnya.

Ardan menggaruk kepalanya pelan, lalu menatap matahari yang sepertinya sangat mengantuk. Ardan jadi tidak enak karena telah mengganggu waktu istirahat perempuan itu.

"Eh? Ehm.. tidak jadi. Silahkan lanjut tidurnya, maaf mengganggu."

Tangan Ardan langsung dicekal oleh Matahari saat laki-laki itu hendak memutar tubuhnya.

"Kenapa sih pak? Ngomong aja, jangan buat saya penasaran. Kalau saya penasaran malah gak bisa tidur."

"Se-sebenarnya saya ingin minta tolong di buatkan kopi." ucap Ardan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Matahari mengangguk, "kopi aja? Sama camilannya juga gak?" Ardan hanya mengangguk saja.

Matahari langsung menutup pintu kamar Ken. iya, kamar Ken. karena malam ini Matahari tidur dikamar Ken, menggantikan Ardan. lalu dia berjalan menuju lantai 1 bersama Ardan. Namun belum juga sampai tangga, suara tangis Ken terdengar.

Matahari dan Ardan dengan segera kembali ke kamar Ken. Laki-laki itu dengan cepat menggendong tubuh anaknya sedangkan Matahari menyiapkan susu untuk Ken.

Ardan menerima botol susu yang di serahkan oleh Matahari, lalu dia langsung mengarahkan dot nya kepada Ken.

"Matanya kebuka lebar banget itu pak, sepertinya tidurnya lagi akan lama." ucap Matahari sambil memperhatikan Ken.

Ardan mengangguk setuju, lalu dia melihat anaknya yang sudah menghabiskan satu botol susu, dia segera bangkit lalu menyandarkan tubuh Ken ke dadanya. Tangannya menepuk-nepuk pelan punggung Ken sampai Ken bersendawa.

Matahari terkekeh, dia menatap takjub Ardan yang sudah sangat pandai mengurus anaknya.

"Kita kebawah saja, sepertinya Ken ingin menemani papanya lembur." ujar Ardan yang di angguki oleh Matahari.

Mereka berdua berjalan beriringan, sampai dilantai satu, Ardan pergi kearah ruang keluarga yang sudah direkap menjadi ruang kerja Ardan, sedangkan Matahari pergi ke dapur, membuatkan Ardan kopi dan menyiapkan camilan.

Tangannya membawa nampan yang berisi satu cangkir kopi dan satu gelas susu serta beberapa camilan. Matahari meletakkan nampannya diatas meja. Lalu perempuan itu mengambil duduk disebelah Ardan.

Ini bukan karena Matahari ingin modus, tapi karena Ken yang sedang nyaman di pelukan bapaknya. Jadi mau tidak mau perempuan itu duduk bersebelahan dengan Ardan si laki-laki sialan a.k.a duda mesum gak ketulungan. Itu adalah panggilan khusus Matahari untuk Ardan. Hehe.

"Kamu masih mengantuk?" tanya Ardan.

"Enggak." jawab Matahari sambil menguap lebar.

"Kalau ngantuk, tidur aja. Biar Ken sama saya."

"Katanya bapak lembur?"

"Iya,"

"Terus? Mau lembur sambil jaga Ken gitu?"

"Iya,"

"Terus, gunanya saya jadi pengasuh Ken apa? Jadi pajangan?"

"Iya-- eh! Enggak!"

Matahari mengendus, "yaudah saya disini aja, gakpapa kok. Ken juga sepertinya belum ada tanda-tanda mau tidur. Bapak kalau mau kerja, kerja aja. Kapan lagi coba lembur ditemani sama saya dan Ken."

Ardan mengulas senyum, benar kata Matahari. Kapan lagi dia lembur ditemani oleh dua orang yang dia sayang?

Ardan menyerahkan Ken kepada matahari, lalu dia kembali fokus kepada pekerjanya yang sempat terbengkalai. Jari-jari tangan dengan lincah menari-nari di atas keyboard. Pandangan matanya fokus menatap layar laptop yang dipenuhi oleh bacaan panjang dan angka-angka rumit.

Matahari sempat memperhatikan Ardan sebentar, lalu dia kembali fokus kepada Ken. Mereka berdua asik bermain, tertawa haha-hihi, sampai-sampai tidak sabar jika jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari.

Melihat Ken yang sudah mulai mengantuk Matahari langsung bangkit dan menggendong Ken. Matanya kembali menatap Ardan yang masih fokus dengan pekerjaannya.

"Pak," panggil Matahari.

"Hmm." gumam Ardan tanpa menoleh.

"Sudah jam 3. Ayo tidur, kerjaannya dilanjut besok lagi."

Ardan langsung menatap Matahari, alisnya naik sebelah.

"Udahan dulu kerjanya, ayo tidur. Saya sama Ken duluan ya."

Matahari langsung meninggalkan Ardan yang sedang diam mencerna ucapan Matahari. Yang benar saja perempuan itu mengajaknya tidur bersama? Setidaknya itulah yang dipikirkan oleh Ardan saat matahari mengajaknya untuk tidur.

Dengan cepat Ardan membereskan berkas-berkas yang berserakan dimeja lalu dia menutup cepat laptopnya, dan segera berlari menyusul Matahari dan anaknya.

Cklek.

Ardan membuka pintu kamar Ken, Matahari sudah tertidur membelakanginya sambil memeluk Ken yang sedang menyedot susunya. Dengan pelan Ardan berjalan menghampiri ranjang, lalu dia merebahkan tubuhnya disamping Matahari. Tidak lupa dia memberikan bantal guling disamping tubuh Ken agar anak itu tidak terjatuh.

Dia melihat sebentar wajah Matahari dan Ken yang sudah terlebih dahulu pergi ke alam mimpi, lalu tangannya mengambil botol susu Ken yang tinggal setengah dan menaruhnya di nakas tempat tidur.

Dia melihat jam yang menunjukkan pukul 3:15, lalu dia ikut masuk kedalam selimut. dengan hati-hati tangannya memeluk pinggang ramping Matahari, namun lama-kelamaan Ardan semakin mengeratkan pelukannya sehingga wajahnya berada di celetuk leher Matahari.

Ahhh nyamannya...

Ardan tersenyum sambil memejamkan mata. Sepertinya pagi ini akan menjadi tidur ternyenyak nya.

.....

Kira-kira seperti ini gambaran Ardan pas meluk Matahari↓↓

Kira-kira seperti ini gambaran Ardan pas meluk Matahari↓↓

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

YEY!! DOUBLE UPDATE!!

Jangan lupa vote+komen❤️

Godaan Mas Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang