Antaro berjalan kesana kemari di ruangan berukuran sedang yang menjadi tempat tidurnya, ia menggigit jari telunjuknya. Kepalanya di selimuti kebingungan, bingung nya melebihi ujian di sekolah.Ini kebingungan yang benar benar sangat membingungkan, untuk pertama kalinya ia melakukan kencan dengan wanita, tunggu. Apakah ajakan Aldara itu termasuk kencan? Ah masa bodo dengan hal itu, yang jelas sekarang ia harus memakai pakaian apa?
Berhenti di depan cermin, ia menatap kaos hitam dan celana jeans putih yang ia pakai. Kemudian membuka lemari, mengganti pakaiannya dengan baju berwarna biru toska.
Ia menggelengkan kepala saat melihat dirinya di pantulan cermin, kembali mengganti bajunya beserta celana. Hingga 10 kali ia berganti. Antaro menatap pantulan dirinya di cermin, ia tersenyum tipis. Akhirnya ia menemukan style yang tepat, setelah mengobrak ngabrik lemarinya.
Dengan kaos hitam dan celana jeans putih Antaro berjalan keluar kamar, tak lupa mengambil kunci motor yang tergeletak di atas nakas. Emang dasarnya Si Anto ganti sepuluh kali makenya yang tadi:v
Mendaratkan pantatnya di jok motor, Antaro menepuk jidatnya. Kemudian langsung berjalan ke dalam mengambil dua helm.
Menjalankan motornya, Antaro hanya perlu melewati 4 rumah untuk sampai si rumah Aldara. Langit sedikit mendung, namun bisa Antaro pastikan tidak akan turun hujan.
Ia memberhentikan motornya di pinggir jalan, di depan rumah Aldara terdapat seorang om om yang tengah menyiram bunga. Antaro pastikan jika dia adalah ayah Aldara, Antaro terdiam, haruskah ia menyelonong masuk ke pekarangan rumah Aldara atau menaruh motornya di pinggir jalan?
Lalu apakah ia bersaliman terlebih atau menyapa dahulu? Ah memusingkan. Antaro memutuskan berputar balik, ia menjalankan motornya untuk kembali kerumah. Namun selepas melewati satu rumah ia kembali memutar balik dan memasuki pekarangan rumah Aldara.
Bodohnya ia terlalu mengegas hingga terbablas menabrak tembok yang menjadi benteng gerbang, motor Antaro sontak tergeletak, sedangkan Antaro berdiri dengan wajah datar.
Herman ayah dari Aldara yang tengah menyiram tanaman pun terjelontak kaget, ia terdiam dengan wajah syok melihat Antaro yang menabrak tembok. Keduanya saling tatap.
Antaro berjalan mendekat dengan wajah datar, ralat. Wajahnya memang selalu datar, ia mendekati Herman yang melongo.
Antaro berdehem dengan suara serak dan terdengar sedikit menyeramkan, Herman menelan ludahnya. Tatapan Antaro benar benar tidak bisa santai.
"Nya- nyari siapa?" Tanya Herman sedikit gugup, Antaro menatap bunga yang tengah disiram tanpa menjawab pertanyaan Herman. Entah kenapa Antaro menjadi sangat bingung, ia tidak tau harus melakukan apa.
"Nyari siapa?" Tanya Herman lagi, namun kini dengan nada yang senormal mungkin.
"Bunga," Celetuk Antaro yang belum memalingkan pandangannya ke arah bunga, Herman menaikan sebelah alis.
"Hah?" Herman memastikan jika pendengarannya masih berfungsi dengan baik.
Antaro yang tersadar dari lamunannya karna terlalu banyak berfikir pun langsung memalingkan muka menatap Herman, ia menggaruk tengkuknya tanpa ekspresi.
Jangan tanya kenapa ia selalu menampilkan wajah datar, bukan karna ingin di lihat so cool. Namun ia tak tahu harus memberikan ekspersi seperti apa kepada orang orang, ia bahkan sulit untuk tersenyum karna semasa hidupnya ia memang jarang tersenyum, sampai sampai bibirnya seperti membatu untuk di lengkungkan.
"Dara, gue cari Dara," Ucap nya spontan, Herman melotot.
"Eh maaf, maksud saya. Saya mau cari Dara anak Om." Antaro merutuki kebodohannya karna berbicara dengan bahasa kasar kepada orang tua.
"Kamu siapanya Dara?" Tanya Herman, tak ada jawaban. Herman menatap Antaro yang hanya diam menatap tanaman bunganya.
"Siapanya Dara?" Tanya nya kembali.
"Ulet," jawab Antaro menatap datar Herman.
Herman menaikan sebelah alis, pemuda di depannya benar benar aneh.
"Ulet!" Bentak Antaro, tangannya terulur menunjuk ulat sebesar telunjuk menempel pada daun, Herman menatap ulat tersebut kemudian beralih menatap Antaro.
Antaro melotot menatap Herman panik, Herman mengambil ulat tersebut kemudian ia sodorkan pada Antaro.
"Kamu suka ulet?" Tanya Herman.
Antaro yang di sodorkan ulat semakin melototkan matanya, seketika badannya terjatuh ke tanah. Herman langsung terjelontak kaget, ia membuang ulat tadi dan membantu Antaro yang pingsan.
Tbc.....

KAMU SEDANG MEMBACA
Reuni Mantan
Genç Kurguini tentang Aldara Naundria yang terjebak dalam lingkaran mantan, kepindahan nya ke sekolah baru menjadi awal dari sebuah kehancuran. dimana dirinya harus berhadapan dengan para mantan yang dulu pernah ia sakiti. parah nya, mantan Aldara menjadi sat...