part 20

2.7K 360 67
                                    


"Lo gak cape apa? Gendong gue terus?" Aldara masih setia menempel di punggung Antaro, Selepas hujan hujanan tadi Antaro terus menggendongnya, bahkan tak mengeluh padahal badan Aldara yang terlihat kecil itu memiliki bobot yang lumayan berat.

"Ga," balasnya membuat Aldara memutar bola matanya, balasan yang paling menyebalkan di antara yang paling menyebalkan, Aldara tak suka jawaban singkat.

"Turun ah!" Aldara memberontak dari gendongan cowok tersebut, namun saat menapakan kakinya ke tanah. Aldara langsung ambruk karna tak kuat menahan sakit yang tiba tiba menyerang.

"Jangan keras kepala, kaki lo belom sembuh." Antaro menatap jengah Aldara, ia kembali membawa gadis itu dalam gendongannya.

"Yaudah sih, orang gue baik biar lo ga berat gendong gue terus." Kata Aldara di akhiri decakan pelan.

"Gue cowok, badan kecil kek gini ga ada beban nya sama sekali." Aldara memutar bola matanya malas, keduanya sampai di depan rumah.

Aldara sedikit tersentak saat mendapati Bagas berdiri di depan rumahnya, Muka kalem Antaro tiba tiba berubah datar. Menatap tak suka pria di depannya itu.

"Dar aku minta maaf, aku gak bermaksud ngomong kaya tadi. Please maafin aku." Bagas menempelkan kedua telapak tangannya memohon, sedangkan Aldara hanya terdiam. Jujur ia terngiang oleh perkataan cowok itu waktu pagi, dada nya mendadak sakit kembali. Ucapan itu benar benar menyakitkan.

"Pliss Dar, aku gamau kehilangan kamu. Aku mohon," Katanya masih memohon. Aldara memalingkan muka, ia tak mau goyah oleh wajah melas Bagas. Sedangkan Antaro berdecak kesal, menatap nyalang Bagas  yang tengah memohon pada Aldara.

"Kita udah gada hubungan lagi, jadi mending urusin hidup masing masing. Aku gamau sakit hati untuk kedua kalinya sama omongan kamu," masih memalingkan muka, Aldara benar benar tak ingin melihat Bagas untuk saat ini.

"Pliss aku mohon, jangan gini Dar. Maafin aku, aku tau aku salah." Bagas masih kekeuh meminta  maaf, membuat Antaro lagi lagi berdecak kesal.

"Lo budeg? Udah jelas jelas dia bilang gada hubungan, mending lo pulang!" Ucap Antaro penuh penekanan. Ia langsung berjalan meninggalkan Bagas dengan Aldara yang masih berada di gendongannya.

₩₩₩

"Terus lo mau balikan lagi apa tetep udahan gitu aja?" Tanya Ganesia, ia kaget saat mendengar curhatan sahabatnya itu. Sedangkan Aldara menghembuskan nafas pelan, ia menatap jendela yang terguyur hujan.

"Gue mau sendiri dulu, jatuh cinta cuma makan hati doang." Katanya masih menatap jendela.

"Tapi kalo lo bosen jomblo kontek gue aja, cadangan gue banyak soalnya." Ucap Ganesia di iringi tawa.

Mendengar kabar Aldara mengalami cidera kaki dan tidak masuk sekolah, Ganesia dengan cepat langsung menjenguknya ke rumah.

Tak lama ketokan dari pintu kamar Aldara, membuat obrolan keduanya terhenti. Aldara menatap Ganesia yang juga menatapnya.

"Siapa?" Tanya Ganesia, Aldara menggelengkan kepalanya.

"Burung dara, kakanda prabu Argi datang menjenguk mu sayang," Mendengar suara dari luar sontak membuat Aldara membulatkan matanya.

"Buka ya?" Ganesia hendak bangkit, namun Aldara menahan tangannya. "Plis gue mohon, gue gamau di ganggu sama tu bocah gila." Namun bukannya menurut Ganesia malah melepaskan cekalan Aldara.

"Udehh kasian, siapa tau bawa bingkisan yekan?" Setelah mengatakan hal tersebut Ganesia bangkit, berjalan menuju pintu. Aldara menjambak rambut depannya prustasi.

Saat pintu di buka, Ganesia langsung mundur beberapa langkah saat kelima cowok di hadapannya terjatuh di lantai.

"Bilang dong kalo mau buka pintu elah!" Gerutu Debra kemudian bangkit. Ganesia hanya terkekeh, tanpa di suruh pun kelima cowok itu langsung duduk di sofa kamar Aldara.

"Sakit?" Kata Argi menatap lutut Aldara yang di perban.

"Kalo itu si ngga terlalu, tapi yang kekilir lumayan," Jawabnya. Argi menganggukan kepalanya, tangannya memencet perban di lutut Aldara.

"Ah! Ya jangan di pencet juga goblok!" Aldara sontak menyambak rambut Argi kesal, membuat sang empunya meringis kesakitan.

Debra memberikan apel ke arah Aldara, "mau gak?" Tawarnya. Aldara hendak mengambil namun Debra langsung memasukannya ke dalam mulut. Membuat Aldara mendengkus kesal.

"Lanjut maen catur ngab," Revan antusias mempersiapkan alat catur, bersama Dirga yang sudah duduk bersila di depannya. Sedangkan Razka pokus melihat vidio tak senonoh di pojokan.

"Lo pada kesini mau ngejenguk apa ngerusuh sih?!" Bentak Aldara yang sudah emosi. Tak ada sahutan, mereka sibuk dengan urusan masing masing.

"Ini lagi! Sakit bego jangan di teken!!" Aldara menabok kepala Argi yang sedari tadi terus menekan lukanya.

"Komplotan Goblok kaga ada yang bener! Rese semua gue bunuh lama lama!" Masih setia mengoceh, Debra malah terkekeh sembari mengusap kepala Aldara.

"Kuat kuat ya jadi lo," ucap Ganesia mengusap lengan Aldara prihatin.

"Ekhem," Deheman seseorang sontak mengalihkan pandangan seisi kamar, Di ambang pintu terdapat Antaro yang tengah berdiri sambil menenteng kantung belanjaan yang sedikit kotor.

"Lah lu ngapain make kolor?" Tanya Revan cengo. "Warna pink lagi anjir hahaha," Sambung Dirga dengan tawa ngakak.

  "Gue, gue balik." Ucap Antaro kemudian membalikan badan, menjauhi kamar Aldara.

"Lah garing amat tuh bocah," sahut Debra kemudian melanjutkan menggigit apelnya.

Di luar Antaro mengacak rambutnya prustasi.

"Gara gara lo anjing!" Umpatnya menendang Anjing di jalan tadi yang mengejarnya sampai terjatuh ke tanah.

Ia tadi sempat di suruh berbelanja ke warung, namun saat hendak pulang seekor anjing tiba tiba mengejarnya. Antaro berlari ke rumah Aldara.

Anjing tadi menggeram, ia menggigit ujung baju Antaro.

"Eh eh goblog!" Antaro berlari ngacir, untuk kedua kalinya ia bermain kejar kejaran dengan seekor anjing.



Ga seru ya? Awokawok. Banyakin komen biar mood gua bagus trus up ga berantakan, haha.





Reuni MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang