"Ahhhhh pelan pelan," Aldara menggigit biwir bawarnya."Bentar lagi selesai sabar," kata Antaro dengan kalem.
"Udah ahhh," Aldara memegang tangan Antaro, Menatap pria itu sembari menggigit biwir bawahnya.
"Yaudah gue copot yah," Aldara mengangguk, ia menutup mata saat Antaro mencoba mencopot sesuatu di bawah sana.
"Ahhhh," desah Aldara lega.
"Ini kaki lo ke kilir, harus di urut." Ucap Antaro sembari menaruh sepatu Aldara yang baru saja ia copot, ia duduk si samping Aldara. Menarik pergelangan tangan gadis itu.
Ia meniupi tangan Aldara yang memerah, Aldara terdiam. Ia merasakan detak jantungnya yang tak normal. Dengan sigap Aldara menarik pergelangan tangannya, memalingkan muka yang sepertinya sudah memerah.
Antaro yang tersadar dengan yang baru saja ia lakukan pun berdehem, ikut memalingkan muka menatap sekitar.
"L-lo pergi aja, gue bisa sendiri disini. Lagian luka gue udah di obatin," Aldara membuka topik.
"Gak," balas Antaro singkat membuat Aldara mencebikan bibir.
"Bilang aja mau deket deket gue," Gumam Aldara pelan.
"Emang," Seketika Aldara langsung menoleh saat mendengar perkataan Antaro, Ia menatap Antaro dengan muka kaget.
"Lo bilang apa?" Tanya Aldara memastikan.
"Gak bilang apa apa," Balas cowo itu dengan muka kalemnya.
"Bangsat mulut ga bisa di kontrol!" Batin Antaro mengumpat kasar.
"Ohh," Aldara kembali memalingkan muka.
Brakk
Pintu UKS terbuka, menampilkan Bagas yang mengepalkan tangan. Cowok itu berjalan tergesa dan tanpa aba aba langsung mencengkram kerah Antaro.
"Maksud lo apaan anjing!" Bentak Bagas sangat emosi, Antaro diam. Menatap Bagas dengan sorot datar.
"Lo ngapain berduaan sama pacar gue bangsat!" Antaro langsung tersungkur saat bogeman mentah dari Bagas mendarat tepat di pipi nya. Aldara tersentak, ia langsung menarik tangan Bagas mendekat padanya.
"Anta!" Aina tiba tiba datang, membantu Antaro berdiri dengan muka cemas.
"Sekali lagi gue liat lo sama Aldara, habis lo sama gue!" Tunjuk Bagas emosi. "Udah Gas udah, dia gak salah. Dia cuma mau bantuin aku ngobatin luka." Aldara semakin mempererat pegangannya.
"Ngobatin luka lo bilang?! JELAS JELAS GUE DENGER LO NGEDESAH DARI LUAR DAN LO CUMA BILANG NGOBATIN LUKA?!" Aldara menangis, untuk pertama kalinya Bagas membentak dengan emosi yang menggebu gebu padanya.
"Gue tau lo playgirl! Tapi jangan murahan kaya gini sampe semua cowok yang ngedeketin lo ladenin! Emang gue gak liat waktu lo di gendong di sepanjang koridor?! Ngotak dong tolol! Gue udah sabar kaya gimana lagi ngadepin sikap lo yang kaya jablay! Semua cowok lo embat!"
"Anjing!" Antaro memberontak, ia menonjok rahang Bagas sampai cowok itu tersungkur ke lantai.
"Gue tau lo emosi tapi bisa gak buat ga ngomong sekasar itu sama cewe! Lo yang tolol gak bisa jaga cewek lo!" Entah kerasukan setan apa sampai Antaro memukuli Bagas tanpa henti sambil mengumpat.
Sedangkan Aldara hanya diam, menyimak semua perkataan Bagas yang begitu meremukan hatinya. Hingga Akhirnya air matanya terjatuh dengan deras, Aldara menangis sembari menutup mukanya dengan kedua tangan.
Antaro menghentikan aksinya, ia mendongak. Menatap Aldara yang sesegukan. Antaro bangkit, mengusap mukanya dengan kasar.
Ia langsung membopong Aldara, meninggalkan Aina dengan Bagas yang tak sadarkan diri.
"Lagi lagi tuh cewek gagalin rencana gue," Aina mendengkus kesal, ia menatap Bagas sebelum akhirnya pergi keluar memanggil petugas UKS.
₩₩₩
"Semurahan itu ya gue di mata dia?" Aldara menatap kosong kedepan dengan air mata yang terus mengalir. Di sampingnya terdapat Antaro yang diam masih mengepalkan tangan.
"Lantas kenapa dia bertahan sampe sekarang? Kenapa dia diem aja pas gue selingkuh. Dan kenapa dia nolak pas gue ngajak putus? Setelah semua ucapan manis yang dia lontarin, kenapa sekarang dia malah ngehancurin hati gue dengan kata yang bener bener bikin gue hancur?" Aldara terisak, Antaro masih diam membiarkan gadis di sampingnya meluapkan segala sesuatu di hatinya.
Jujur saja, Antaro tidak suka melihat wanita menangis. Namun ia juga tidak tau bagaimana mengatasi wanita yang tengah menangis.
Antaro memilih membuka gogle, mengetikan bagaimana cara mengatasi wanita yang menangis.
Antaro mendengkus kesal, petunjuk gogle hanya membuatnya semakin bingung.
"Apa gue peluk aja?" Seketika Antaro menggeleng keras, tidak. Pelukan hanya membuatnya semakin ahhh sulit untuk di jelaskan.
Akhirnya Antaro memilih berdiri, Ia menatap taman yang sepi. Cuaca mulai mendung. Antaro memetik bungan berwarna merah muda. Ia kemudian mendudukan dirinya di sebelah Aldara.
Antaro menarik bahu Aldara agar menghadapnya, di tatapnya mata Aldara yang sudah sembab dan merah. Antaro menghembuskan nafas kasar.
"Gue harus gimana?!" Batinnya bertanya kesal.
Hingga Akhirnya Antaro menyelipkan bunga tadi di telinga Aldara, bersamaan dengan tetes air hujan yang mulai turun.
"Boleh nangis, tapi jangan lupa buat senyum. Bumi ikut nangis liat lo sedih. Lo gak murahan, lo baik, lo cantik dan lo asik. Jangan nangis, kalo masih nangis gue buang ke laut." Aldara terkekeh mendengar perkataan Antaro, ia mengusap air matanya. Hujan mulai deras sedangkan keduanya masih setia duduk di bangku taman.
Aldara tersenyum membuat Antaro ikut tersenyum.
"Mau hujan hujanan?" Antaro bangkit, mengulurkan tangannya pada Aldara, Aldara semakin melebarkan senyumnya. Ia mengangguk, menerima uluran tangan Antaro.
Tbc....
Update sesuai mood ajalah haha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reuni Mantan
Teen Fictionini tentang Aldara Naundria yang terjebak dalam lingkaran mantan, kepindahan nya ke sekolah baru menjadi awal dari sebuah kehancuran. dimana dirinya harus berhadapan dengan para mantan yang dulu pernah ia sakiti. parah nya, mantan Aldara menjadi sat...