part 18

2.8K 364 43
                                        


Seorang siswa, tengah berdiri di atas meja kantin dengan tangan kanan yang memegang botol kecap yang di arahkan ke mulut. Tangan kiri memutar sabuk sekolah, pinggulnya bergoyang ria dengan sorak betina yang mengerubungi meja.

Siapa lagi jika bukan Revan, pria itu selalu tebar pesona dengan konsernya. Tak aneh jika meja kantin sering rusak.

Sedangkan Geng Rasgar lainnya memisahkan diri di meja sudut, ke empat pria itu tengah bermain game dengan asik. Tak jauh dari meja geng Rasgar terdapat Antaro yang tengah makan sembari membaca buku pelajaran. Biasanya ia akan melakukan kegiatan membaca di perpustakaan. Namun, saat ini perut nya tidak mendukung untuk berdiam diri di sana.

"Tarekkk mangg~" Revan kembali bernyanyi, goyanganya pinggulnya makin menjadi jadi membuat kaum hawa berteriak histeris.

Aldara yang baru saja memasuki kantin bersama Bagas, sontak langsung menutup telinganya kala suara bebek kejepit yang berasal dari Revan menggema.

"Seperti mati lampu ya sayang seperti mati lampuuu~"  Antaro yang tengah anteng membaca sembari menyuapkan, makanan pun langsung menyumpal telinganya dengan earphone.

"Soak tuh si Revan, minta di gunting kali vita suaranya." Celetuk Razka membuat Ke empatnya terkekeh. Mereka melirik Revan yang mulai kelimpungan karena di tarik tarik oleh kerumunan siswi.

"Eh eh bantu gue woy!" Teriak Revan, namun Geng Rasgar acuh dan melanjutkan kegiatan mereka masing masing.

"Eh celana gue woy!" Revan merasakan celananya melonggar, terus menerus di tarik paksa, Antaro yang tengah minum tak sengaja melirik ke arah Revan, saat itu juga ia langsung menyemburkan air di mulutnya. Matanya melotot, bagaimana tidak? Kini Revan hanya memakai celana kolor dengan motif bunga bunga berwarna pink. Sedangkan celana seragamnya sudah melorot di tarik oleh siswi siswi itu.

"Punya gue!" Salah satu di antara mereka berdebat memperbutkan celana Revan, Revan sampai kelimpungan. Ia membuka celana yang sudah melorot kemudian melemparnya keluar kelas sehingga membuat kerumunan siswi tersebut langsung berlari mengambilnya.

Revan turun dan berjalan menuju teman temannya, tanpa ada rasa malu ia berjalan memakai kolor bermotif bunga bunga.

Aldara menganga, Bagas dengan sigap menutup bola matanya. Antaro masih sama melotot memperhatikan kolor Revan.

"Kolor nya sama kaya punya gue," gumam Antaro pelan.

"Bukan temen gue," Debra bangkit, ia memilih pergi keluar kantin.

Revan hendak mendudukan dirinya di bangku, namun Dirga dan Argi lebih dulu bangkit dan melenggang pergi menyusul Debra. Revan melirik Razka yang menatapnya iba.

"Ya allah, kuatkan lah hambamu ini ya allah. Berikan lah kunyuk Revan kewarasan. Agar tidak mempermalukan bumi ini ya allah, amin." Razka mengusap wajahnya dengan kedua tangan, kemudian ikut bangkit dan berjalan keluar meninggalkan Revan yang masih dalam posisi hendak duduk.

"Amin ya allah," Ulang Revan kemudian melenggang mengikuti ke empat sahabatnya.



₩₩₩

Aina berjalan menyusuri koridor, ia tersenyum menatap punggung siswa yang sejak tadi ia ikuti. Langkah keduanya mulai dekat, Aina langsung mempercepat jalannya hingga saat sampai ia langsung menepuk pundah siswa tadi.

"Hai! Masih inget gue gak?" Katanya yang membuat siswa itu menoleh. Menatap Aina dengan sebelah alis terangkat, lebih tepatnya sedikit terangkat.

Antaro acuh, ia kembali berjalan tanpa memerdulikan gadis itu. Toh tidak penting juga.

"Hei! Gue cuma mau deket doang, jangan sombong napa!" Aina mengejar Antaro, berjalan di samping pria itu dengan senyum manisnya.

"Lo itu ganteng! Tapi sayang lo dingin. Jadi jelek!" Kata Aina sambil melirik Antaro yang pokus berjalan dengan muka datarnya.

"Wih tinggi kita agak jauh, gue kependekan apa lo yang ketinggian?" Antaro melirik sekilas pada wanita yang setinggi bahunya itu, kembali tak menjawab seperti biasa namun Aina tak menyerah dan masih kekeh mengajaknya mengobrol.

"Lo suka makan apa?" Tanya nya lagi, sedikit mendengkus kesal karna tak kunjung mendapat jawaban.

"Udah punya pacar bel-" ucapan Aina terhenti saat Antaro yang tiba tiba menabrak seorang siswi, hingga membuat siswi itu terjatuh dengan posisi telengkup.

Antaro mendengkus kesal, hendak memilih melewatinya namun sebuah rintihan kecil menghentikan langkahnya. Ia berbalik dengan Aina yang ikut berbalik, Antaro berjongkok menyibakan rambut yang menutupi siswi yang terjatuh tadi.

"Payah," Ucap Antaro membuat Aldara yang tengah telengkup mendengkus kesal, gadis itu mencoba bangkit ia merintih saat merasakan perih di lututnya.

Antaro sedikit kaget mendapati lutut Aldara mengeluarkan banyak darah, sepertinya ia tergesek oleh  keramik lantai yang retak.

Aldara kembali meringis, Antaro berdecak kesal. Dengan tanpa aba aba ia langsung membopong Aldara ala bridal style, Aina mendadak melongo. Ia menatap kepergian kedunya dengan dengusan kesal.

Di sisi lain Aldara memberontak ingin di turunkan. "Turunin gue! Malu tai!!" Teriaknya membuat Antaro memutar bola matanya jengah.

"Turunin!!" Teriak Aldara lagi.

"Diem atau gue banting?!" Sontak perkataan Antaro langsung membuat Aldara diam seketika.


Tbc.

Reuni MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang