part 21

2.7K 383 161
                                    


Antaro memarkirkan motornya di parkiran sekolah, Suasana di sana masih sepi. Seperti biasa ia datang pagi hanya untuk membaca buku di perpustakaan.

Kebiasaan pagi yang jarang terlewatkan, jika yang lain sarapan makanan. Maka ia akan sarapan ilmu. Mabok ilmu tau rasa.

Berjalan santai menyusuri koridor,  langkahnya terhenti saat mendengar Rintihan siswi yang berada di belokan koridor yang berlain arah dengannya. Awalnya Antaro acuh, namun rintihan tersebut makin terdengar. Membuat rasa penasarannya memuncak.

Ia memundurkan langkah, matanya membulat kala melihat wanita yang wajahnya tertutup rambut dengan pose duduk seperti suster ngesot.

"Setan!" Antaro sontak memundurkan langkah, hendak berbalik badan namun badannya justru malah menubruk sesuatu.

"Njir tubruk tubrukan," Celetuk Razka menatap Antaro yang menubruk Debra, Antaro yang tersadar pun bangkit. Ia mengibaskan seragamnya yang terkena debu.

"Gue kira mau merkosa gue maen tubruk tubruk aja!" Ucap Debra menatap Antaro songong.

"Kenapa sih lo? Kek di kejar janda anak lima aja sampe panik gitu," Tanya Revan sedikit penasaran dengan raut wajah Antaro yang ketakutan.

"To - tolonggg,"

Ke enam lelaki tersebut mendadak diam. "Lo denger gak?" Tanya Debra memastikan, yang lainnya mengangguk mantap.

Antaro mengarahkan kepala Debra, membuat Debra melotot histeris kala melihat sosok di depannya.

"Ja- janda!" Teriaknya spontan.

"Setan tolol!" Dirga menggeplak kepala Derba gemas, membuat sang empunya meringis kesal.

"Lo pada kok gak takut sih!" Ucap Debra di akhiri decakan sebal.

Argi, Dirga, Revan, dan Razka saling menatap satu sama lain. " oh iya, kenapa gak takut ya?" Kata Razka. Kemudian semuanya terdiam.

"Aaaaaa jandaaaa!!" Ucap ke  empat lelaki itu histeris, membuat Antaro dan Debra memutar bola matanya jengah.

"Tolongin woy gue bukan setan!" Teriak sosok tadi.

"Tolongin jangan?" Tanya Argi pada yang lainnya, terdiam sebentar. Setelah  semuanya membubarkan diri.

"Lah kok malah pada pergi?! Arghhh! Gagal kan rencana gue buat mikat perhatian si Anta!!" Gerutu Aina kesap, ia menendang nendang lantai.


₩₩₩


"Gile gak si tuh setan? Mentang mentang ketemu kita dia ngaku kalo dia bukan setan, gue tau dia ngomong gitu biar kita ga takut sama dia. Trus dia bisa  deketan sama kita! Secara kan kita guaanteng mwehehe," cerocos Revan panjang Lebar. Yang lain hanya memutar bola matanya jengah, malah mendengarkan perkataan cowok satu ini.

Seperti biasa suasana kantin ricuh oleh murid murid, biasanya Revan akan mengadakan konser. Namun sejak kejadian kemarin dimana celananya di pelorotkan, Revan jadi kapok.

Kelimanya berdecak saat tempat duduknya di tempati oleh siswi bertubuh Gempal dengan tompel di pipi nya. "Itu si Tompel siti usir dah," perintah Debra,  Ke empat anggotanya hanya diam. Mereka tidak ada yang berani mendekati siswi bernama siti itu.

Bukan karena jijik, tapi Siti itu galaknya bukan main. Debra saja waktu lalu di banting olehnya.

"Udah lah cari tempat lain aja," Usul Dirga sembari menatap sekitar.

"Nah tuh meja si biji Onta cukup buat kita di sana," Razka menunjuk  meja yang di tempati Antaro.

"Yaudah gaskeun," sontak kelimanya langsung berjalan mendekat.

Mereka mendudukan diri tanpa meminta ijin terlebih  dahulu. Antaro yang melihat kedatangan mereka menghela nafas lega, setidaknya ia tidak berduaan dengan siswi cerewet bernama Aina ini. Sedari tadi tak henti mengajak ngobrol ataupun menggombalinya, Padahal Antaro tak memberi respon apapun.

"Wihh cewek lo?" Tanya Debra yang mencopot kerupuk di mangkuk Antaro,  Antaro menggeleng namun Aina justru malah mengiyakan dengan semangat.

"Apaan sih! Lo bukan siapa siapa gue," tolak Antaro mentah mentah, amit amit dia berpacaran dengan cewek ribet seperti Aina.

"Neng Aina meni cantik pisan euy!" Goda Razka menoel pipi Aina, membuat pipi cewek itu memerah malu.

"Dih buaya brewok!" Dirga menjitak kepala Razka, Razka yang di jitak pun tak terima. Ia mengapit kepala Dirga di ketiaknya.

"Makan tuh ketek makan!" Razka terus mengapit kepala Dirga sambil menjitak nya berkali kali.

"Hentikan roma! Udin! Kalian ini sudah besar! Kuat, panjang dan berurat!!" Revan bangkit menggebrak meja.

"Njir ciri ciri joni gue woy!" Protes Debra, membuat yang lainnya tertawa ngakak.

"Kalian asik ya hihi, jadi gemes," Ucap Aina dengan senyum di imut imutkan.

Mereka tertawa merespon, sedangkan Argi sedari tadi hanya diam. Entah kenapa ia tak suka melihat cewek di depannya ini.

"Muka lo, memiliki aura aura perebut," kata Argi sontak membuat Aina menganga.

"Lah cenayang lo?" Debra menepuk jidat Argi, siapa tau Argi kesurupan yekan?.

"Gue bilang stop! Bisa gak sih bebasin gue sebentar aja?! Kita udah gak ada hubungan! Budek lo?!"

Seisi kantin mendadak hening, mereka menatap Aldara yang kini tengah di ikuti Bagas.

"Plis Dar, kasih aku satu kali kesempatan aja. Aku pengen perbaikin hubungan kita." Bagas terus memohon, sedangkan Aldara hanya diam, matanya memerah seakan menahan tangis.

Bagas meraih pergelangan tangan Aldara, Aldara yang sudah muak pun menghempaskan nya dengan kasar.

"Oh, oke. Kayanya cara kasar bisa balikin lo jadi milik gue." Bagas tersenyum miring, ia menarik tangan Aldara dengan kasar. Lagi lagi Aldara menolaknya. Bagas yang sudah emosi pun langsung menampar Aldara dengan keras, membuat seisi kantin melongo.

"Lo di baikin ngelunjak di kasarin ngelunjak! Mau lo apa hah?!" Untuk kedua kalinya Bagas membentak Aldara.

"Gue maunya lo mati dasar brengsek!" Jelas itu bukan suara Aldara, melainkan suara Debra yang kini sudah mengepalkan tangannya  geram.

Detik itu juga Bagas langsung tersungkur ke lantai, Debra seperti kesetanan. Ia menendang memukul Bagas tanpa ampun.

Aldara langsung  berlari kepelukan Antaro, Aina yang tadinya tengah bergelayutan di tangan Antaro pun melotot tak terima, ia hendak menjauhkan Aldara di pelukan Antaro. Namun tangan Argi lebih dulu menahannya.

"Diem lo," ucap Argi dengan muka datar.

"Di- Dia jahatt," Aldara terisak di pelukan Antaro, tanpa ragu Antaro mengusap pucuk kepalanya menenangkan.

"Ada gue, jangan takut." Kata Antaro tanpa ekspresi.

"Kek nya kita harus mundur deh," Ucap Revan pada Razka. Razka mengangguk, keduanya mengalihkan pandangannya dari dua orang yang tengah berpelukan itu.

Niat mau up dua hari lagi, tapi yang spam komen bikin gua greget. Sory gua up berantakan dan ga sesuai jadwal. Nulis gini gak gampang, gue harus mikirin alur yang bener" buat kalian terhibur. Soo tetep baca cerita gue sampai akhir, jan lupa spam komen awokaowk.

Reuni MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang