33.basket

92.1K 13.8K 1.5K
                                    

Siang ini begitu sangat terik, orang-orang yang berada diluar kelas dengan sigap melindungi diri dari sengatan matahari.

Senyum cerah ditampilkan mereka ketika sudah sampai ketempat tujuannya dan bisa menghindari sinar matahari.

Tidak apa pikir mereka belajar di dalam kelas sambil memperhatikan guru yang sedang mengajar, setidaknya tidak panas-panasan diluar ruangan.

Tetapi tidak dengan cewek satu ini dengan kesal dia mengambil baju olahraganya yang berada diloker, dan menutupnya dengan kencang. peluh-peluh keringat yang keluar ia husap dengan kasar menggunakan tangannya.

"Santai dong, mbak." ujar Sakya sambil terkekeh melihat wajah Mozza yang kesal.

"Pak Sony tega banget nyuruh anak muridnya olahraga, sedangkan pak sony malah nyantai di kantin!" gerutu Mozza sambil mencak-mencak.

"Seenggaknya nilai kita bagus walaupun olahraga asal-asalan." ujar Sakya sambil menyenderkan tubuhnya di pintu loker.

"Emangnya hari ini materinya apa sih?" tanya Mozza dan mengacak-acak baju olahraganya.

"Basket, gila gak sih gue gak pandai main bakset." kesal Sakya sambil mengacak rambutnya.

"Ih! Sama, terus gimana dong?" tanya Mozza dan wajahnya berubah menjadi cemberut.

"Nilai kita pasti rendah." balas Sakya dan memeluk tubuh Mozza.

"Tapi yang gue denger sih, mainnya berkelompok." sambung Sakya mengingat-ingat ucapan guru olahraga mereka.

"Yaudah, sekarang kita ganti baju." ujar Mozza dan berjalan menuju kamar mandi wanita.

Setelah menunggu cukup lama karna padatnya antrian dikamar mandi, Mozza dan Sakya langsung masuk ke dalam bilik kamar mandi.

Tidak lupa mereka berbincang-bincang selama berganti pakaian, mereka hanya di pisah oleh dinding kamar mandi tetapi tidak membuat kedua cewek itu berhenti mengoceh.

Akhirnya mereka keluar dari kamar mandi dan menuju loker mereka untuk menaruh seragam sekolahnya dan setelah itu turun menuju lapangan sekolah.

Lapangan sekolah sudah penuh dengan siswa-siswi kelas 11 Ipa 1 dan kelas lainnya, Pak Sony dateng dan duduk di pinggir lapangan sambil menggenggam es teh manis menyaksikan anak muridnya sedang melaksanakan olahraga.

Ia memberi amanat kepada setiap ketua kelas untuk membagikan kelompok yang masing-masing kelompoknya berjumlah tujuh orang, setelah memberi amanat tersebut ia melangkahkan kakinya pergi dari lapangan sekolah.

Tetapi walaupun begitu ia membebaskan anak muridnya menulis nilai mereka berapa pun itu dan rata-rata setiap nilai yang mengikutin pelajaran beliau mendapat nilai 100.

"Kelompok satu! Mozzareyya, Ziedan Arafie, Azaleel Trijaya, Sakhi neandra, Zellan Alvian, Alhesa Dibara, Ringga AlFarabi!" teriak ketua kelas 11 Ipa 1 yang bernama Galuh dan menyuruh Mozza dan Ziedan dkk membentuk suatu pola lingkaran.

Galuh memberikan satu bola basket pada Mozza, dan kembali membacakan kelompok yang diberikan Pak Sony tadi.

"Udah paham kan? penjelasan cara mainnya tadi!" teriak Galuh pada teman-temannya dan dibalas anggukan oleh teman-temannya.

"Mozza ayo dribble bolanya!" Zellan sedikit berteriak karna posisinya dengan Mozza sedikit jauh.

Mozza menggelengkan kepalanya dan memberikan bola basket pada Azaleel.

"Lho, kenapa?" tanya Azaleel menatap Mozza dengan bingung.

"Mozza gak bisa main basket." balas Mozza sambil tersenyum kikuk.

"Yaudah sini gue ajarin." Azaleel mendekat kearah Mozza dan berdiri dibelakang Mozza  posisinya seolah-olah sedang memeluk Mozza dari belakang.

"Weits! Ini disekolah, bro!" Alhesa mendorong bahu Azaleel pelan.

"Santai gue cuman ngajarin doang." ujar Azaleel sambil mengangkat kedua tangannya.

"Ngajarin apa sekalian modus." sahut Sakhi sambil membenarkan letak kacamatanya.

"Khilaf, bro." Azaleel terkekeh sambil merangkul Mozza.

"Argh, gila sakit anjing!" teriak Azaleel ketika merasakan tangannya dipelintir oleh seseorang.

"Gila lo?" tanya Azaleel menatap Sakya tidak percaya.

"Lo yang gila, mau gue patahin tuh tangan!" teriak Sakya sambil melotot menatap Azaleel yang sibuk dengan tangannya yang habis Sakya pelintir tadi.

"Mulai hari ini lo harus ikut karate bareng gue, biar bisa jaga diri lo dari buaya-buaya jahanam ini." ujar Sakya menatap Mozza dengan serius.

"Makasih sakya." ujar Mozza dengan girang, Azaleel menatap mereka dengan males.

"Heh, keju lo senang tangan gue patah?" tanya Azaleel menatap Mozza dengan kesal.

"Senang." balas Mozza sambil tersenyum.

"Lo pindah kelompok aja, gak usah sama 6 bekicot ini," bisik Sakya sedikit membesarkan suaranya.

"Gak bisa, nanti dimarahin Pak Sony," bisik Mozza mengikuti Sakya.

"Udah-udah balik sana kekelompok lo." ujar Ringga memisahkan Mozza dan Sakya, Sakya yang mendengar itu mendengus.

"Yaudah gue balik, hati-hati sama 6 bekicot!" teriak Sakya dan pergi dari kelompok Mozza dan Ziedan dkk.

Azaleel mulai mendribble bola basket dan melemparkan bola basket kearah Ringga, Ringga dengan sigap menangkap bola basket dan mendribble bola basket.

Permainan itu terus berlangsung dan Mozza hanya menatap mereka yang sangat lincah bermain basket, Mozza menatap teman-temannya yang juga sedang melakukan hal sama dengan kelompoknya.

"Mozza tangkap!" teriak Zellan dan Mozza menatap kearah bola yang datang kearahnya dan terjatuh tepat di bawah kakinya.

Mozza mengambil bolanya dan memandang 6 cowok itu yang juga menatapnya agar melempar bola tersebut kearah mereka.

"Mozza sini lempar bolanya." ujar Sakhi menatap Mozza dengan tersenyum.

"Keju lempar ke gue!" teriak Ringga sambil berkacak pinggang.

"Gue aja, sini." ujar Zellan sambil mengacak-acak rambutnya yang sudah basah oleh keringat.

"Lempar ke gue aja" Mozza menatap Alhesa yang sedang mengelap keringatnya.

"Sini bola nya gue paling dekat disini." ujar Azaleel dan menyodorkan tangannya.

"Lempar bolanya." ujar Ziedan dengan dingin dan Mozza menatap kearah cowok itu.

Mozza bersiap melempar bolanya kearah Ziedan yang cukup jauh dari tempatnya, dan bola tersebut mendarat sangat mulus kearah wajah Ziedan bukan ketangannya.

Bunyi suara tabrakan antara bola basket dengan wajah Ziedan menyita perhatian banyak orang, Mozza menutup mulutnya karna kaget akan ulahnya.

Ziedan menatap Mozza yang ada didepannya dengan tatapan kosong, setetes darah jatuh dari hidungnya membuat Mozza melototkan matanya.

Di detik itu juga tubuh Ziedan ambruk membuat semua orang berkumpul untuk melihat keadaan Ziedan yang sudah tidak sadarkan diri.

Mozza merutuki kebodohannya sendiri kenapa dia harus melempar bola dengan sekuat itu, Mozza menatap kearah kelima cowok yang sedang menertawakan kondisi Ziedan yang sedang terkulai lemas di tanah.

Lihat lah kelima cowok itu asik tertawa bukannya menolong temannya, semua orang sedang panik dengan keadaan Ziedan tetapi sepeserpun kelima cowok itu tidak ada rasa kasihan pada temannya.

****

Jangan lupa votement yah, jangan pelit-pelit untuk menekan bintang.

'~naylechy.

Rab, 20 Jan 2021.

Bukan Keju Mozzarella [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang