16.Maaf

101K 18.3K 1.2K
                                    

"Awh, pelan-pelan Sakya sakit," ringis Mozza sambil memegang tangan Sakya yang sedang mengobati kening Mozza yang sedikit lebam.

"Ya sabar dulu, lagian ya tega banget kak Grace mukul lo pake rantang Stainlees," kesal Sakya tanpa sadar menekan lebam di kening Mozza.

Mereka berdua akhirnya bolos pelajaran untuk mengobati luka yang ada di kening Mozza, Sakya langsung menyeret Mozza ke uks setelah membantu Mozza membersihkan pakaiannya di toilet.

"Awwhh, pelan-pelan dong sakit nih," gumam Mozza menjauhkan wajahnya dari jangkauan Sakya.

"Eh maaf! kesel banget gue gak ada rasa bersalah banget tuh orang mukul lo." ujar Sakya dan kembali mengobati kening Mozza.

"Yaudah lah biarin aja," sahut Mozza membuat Sakya marah.

"Biarin kata lo, setelah kening lo luka terus apa lagi," amuk Sakya sambil membereskan peralatan uks yang dia pinjam.

"Mozza udah maafin mereka kok, mungkin mereka cuman marah doang nanti juga bakal gak gitu lagi." ujar Mozza menatap kegiatan Sakya yang sedang menyimpan peralatan uks.

"Heh mimpi! Gak ada sejarahnya mereka bakal gak ngebully lo lagi."

"Sekali lo berurusan sama mereka lo tetap akan terus berurusan sama mereka," lanjut Sakya.

"Lebih baik lo jauhin deh Ziedan sama teman-temannya," usul Sakya dan mendekati Mozza yang ada di brankar uks.

"Gak bisa Kya, aku udah berusaha buat ngejauhin mereka tapi aku udah terlibat janji dengan orang tua mereka." ujar Mozza membuat Sakya menghela napasnya.

"Ya lo bilang sama orang tuanya kalo lo gak bisa lanjutin lagi," Sakya menggenggam tangan Mozza.

"Itu pasti enggak mudah." ujar Mozza menatap Sakya dengan sendu.

"Ya terus gimana, lo mau jadi bahan bullyan satu sekolah. Belum cukup kening lo luka?" tanya Sakya pada Mozza.

"Lo jangan pernah ngeremehin mereka," Sakya menatap Mozza yang  berjalan menuju pintu uks.

"Aku tau kok mereka anak orang kaya yang bisa seenaknya nindas orang yang lemah." ujar Mozza membalikkan badannya dan menatap Sakya.

"Tapi aku gak selemah yang mereka bayangkan," lanjut Mozza lagi dan kembali melanjutkan langkahnya.

"Lo mau kemana?" tanya Sakya menatap kepergian Mozza.

"Aish, anak itu keras kepala banget sih jadi orang," kesal Sakya menatap Mozza yang pergi entah kemana.

"Sekarang gue harus kemana dong." ujar Sakya dan memilih pergi kekantin sekolah.

Mozza melangkah kakinya di lorong koridor yang sepi berjalan menuju rooftop sekolah yang telah dijanjikan oleh 6 cowok yang meminta Mozza membuat bekal untuk mereka.

Dia hanya ingin mengatakan maaf pada mereka atas bekal yang dibuang Grace.

Mozza menginjak anak tangga yang akan mengantarkannya pada pintu yang berlambang tengkorak.

Tangannya menggenggam erat knop pintu dan mengatur nafasnya yang sedikit memburu sebelum membuka pintu itu.

"Assalamualaikum," gumamnya berusaha tersenyum.

Mereka hanya menatap Mozza dengan sinis, Mozza melangkahkan kakinya untuk mendekat.

"Maaf buat bekalnya aku gak bisa buatin karna aku kesiangan," bohong Mozza sambil menundukkan kepalanya.

"Ini uangnya aku kembalikan," Mozza menyodorkan uang seratus ribu lima lembar.

"Gausah buat lo aja." ujar Ringga dan memainkan ponselnya.

"Gimana aku beliin kalian makan, mau gak?" tanya Mozza.

"Gak perlu kita udah sarapan," tolak Sakhi sambil membaca komiknya.

Hening sesaat mereka hanya sibuk dengan urusan masing-masing tanpa menghiraukan Mozza yang sedang menatap mereka.

"Seriusan gak mau aku beliin makan?" tanya Mozza lagi pada mereka berenam.

"Lo kenapa bisa ada disini?" tanya Ziedan pada Mozza.

"Terus kening lo kenapa?" tanyanya lagi membuat Mozza menundukkan kepalanya.

"Ini tadi jatuh," bohong Mozza membuat Ziedan tertawa.

"Jatuh? Basi banget alasan lo." ujar Ziedan menatap Mozza dengan tajam.

"Gue bingung sama orang tua kita." ujarnya lagi menatap Mozza lekat-lekat.

"Mereka milih lo berharap anaknya bisa berubah tapi malah milih mentor tukang bohong dan malah bolos lagi di jam pelajaran." lanjutnya lagi membuat Mozza beberapa kali menghela nafasnya.

"Maaf," gumam Mozza dan tanpa sadar satu bulir air bening jatuh dari pelupuk matanya.

"Maaf? Buat apa?" tanya Ziedan.

"Maaf Mozza bohong," gumam Mozza lagi.

"Lo bohong apa emangnya." ujar Ziedan melipat tangannya didada.

Tetapi Mozza tidak menjawab ucapan Ziedan dan malah menangis sejadi-jadinya membuat mereka semua panik.

"Dan, gak gini caranya." ujar Azaleel menatap Ziedan.

Sakhi mendekati Mozza dan menepuk-nepuk bahu tetapi Mozza malah semakin menangis.

"Aduh, udah dong nangisnya," gumam Sakhi pada Mozza yang masih menangis.

"Gila lo udah buat anak orang nangis, tadi kita udah briefingkan itu gak termasuk rencana." ujar Alhesa menggelengkan kepalanya.

"Gue kelepasan," Ziedan mengacak rambutnya sendiri frustasi.

"Noh, tanggung jawab lo udah bikin dia nangis," tunjuk Azaleel pada Mozza yang sedang ditenangin Sakhi.

Ziedan bangkit dari duduknya dan berdiri tepat di samping Mozza.

"Gue minta maaf." ujar Ziedan menggaruk kepalanya yang tidak gatal

Tetapi Mozza hanya diam dan tetap menangis sambil menundukkan kepalanya didepan dada Sakhi.

"Gue minta maaf gue gak sengaja," gumamnya dan menarik bahu Mozza, posisi Mozza yang tadinya berhadapan dengan Sakhi kini berada dihadapan Ziedan.

"Gue minta maaf." ujar Ziedan lagi menatap wajah Mozza yang sembab.

Mozza menatap Ziedan sebentar dan kembali menangis tersedu-sedu, membuat Ziedan sedikit kesal dibuatnya.

"Gue minta maaf." ujar Ziedan lagi dan menarik Mozza kedalam dekapannya membuat cewek itu seketika langsung terdiam.

*****

Ayukk ditekan bintangnya biar author makin semangat nulisnya.

Terima kasih yang mau menekan bintangnya, see you.

Naylechy

Kam, 10 sep 2020

Bukan Keju Mozzarella [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang