14.kerja kelompok?

102K 15.8K 1K
                                    

Tidak terasa hari sudah larut malam, langit yang tadinya begitu cerah sekarang sudah gelap dan dipenuhi bintang-bintang yang sangat indah.

Mozza mulai membereskan barang-barangnya, dan menyimpannya di dalam tas miliknya.

Tidak enak jika dia pulang larut malam, apa kata tetangga nanti anak gadis pulang malam-malam. Ia juga belum izin sama ibunya takut jika nanti ibunya khawatir.

"Lo mau kemana?" tanya Sakhi saat Mozza memakai tas ranselnya.

"Pulang," jawab Mozza dan membetulkan posisi tasnya.

"Jangan pulang sendiri." ujar Sakhi lagi.

"Lha, emang kenapa?" tanya Mozza bingung.

"Gak baik cewek pulang sendirian," jawab Sakhi dan mengambil kunci motornya.

"Gak usah biar gue aja yang ngantar dia." Ziedan menahan tangan Sakhi ketika hendak mengambil kunci motor.

"Gue aja yang ngantar dia sekalian mau ke minimarket." ujar Ziedan lagi dan mengambil kunci motornya dan jaket nya.

"Ayo." Ziedan menarik tangan Mozza pelan.

"Eh iya, aku pulang ya jangan lupa beli bukunya." Mozza mengingat kan mereka agar membeli buku.

"Iya." ujar mereka semua kecuali Ziedan.

"Udah?" tanya Ziedan dan diangguki Mozza.

"Udah, ayo kita pulang." jawab Mozza dan mendahului Ziedan.

Ziedan mengeluarkan motor sport berwarna hitamnya dan menghidupkan mesin motor.

"Woy, tunggu." ujar Azaleel membuat Mozza membalikkan badannya.

"Nih." Azaleel menyodorkan beberapa uang pada Mozza.

"Buat apa?" tanya Mozza kebingungan.

"Besok buatin kita bekal nanti lo antar dirooftop," jawab Azaleel dan Mozza mengambil uang tersebut.

"Oh, diantar ke kelas yang menyatu dengan alam itu?" tanya Mozza dan Azaleel tertawa

"Iya, serah lo mau bilang apa tuh rooftop." ujar Azaleel dan berusaha tidak tertawa lagi.

"Tapi ini kebanyakan uangnya." ujar Mozza menghitung uangnya.

"Emang uangnya berapa?" tanya Azaleel melirik uang yang dipegang Mozza.

"500 ribu." ujar Mozza.

"Kembaliannya buat lo," sambung Azaleel.

"Makasih," Mozza menyunggingkan senyum manisnya dan diangguki Azaleel.

"Udah ngebacotnya." ujar Ziedan dan diangguki Azaleel.

"Udah bro, hati-hati bawa anak gadis orang. masa depannya masih panjang." Azaleel memberi wejangan pada Ziedan.

"Apaan sih lo!" ketus Ziedan dan memberikan helm pada Mozza.

"Naiknya gimana?" tanya Mozza.

"Yaudah naik aja," balas Azaleel sambil menggelengkan kepalanya.

"Tapi ini tinggi, apa harus pakai kursi buat naiknya?" Mozza menatap bingung pada motor Ziedan.

"Dasar pendek!" ketus Ziedan dan membuat Mozza menggeram.

"El lo urus nih cewek." ujar Ziedan dan diangguki Azaleel.

Azaleel tiba-tiba menggendong Mozza dengan gaya bridal style, membuat Mozza setengah berteriak.

"Hei, mau ngapain," Mozza menepuk-nepuk bahu Azaleel.

"Lo mau pulang kan?" tanya Azaleel dan diangguki Mozza.

Azaleel melepaskan gendongannya ketika Mozza sudah diatas motor Ziedan, kemudian memberikan jaketnya untuk menutupi paha Mozza.

"Nah, kan beres tinggal cabut lo berdua." ujar Azaleel dan membuat Mozza cemberut.

"Gak usah cemberut muka lo." Azaleel menutup kaca helm Mozza dan membuat cewek itu berteriak.

Ziedan melajukan motornya dengan kecepatan sedang, cahaya lampu menyinari jalanan yang cukup gelap.

Mozza menatap jalan raya yang sedikit padat karna banyaknya pengendara yang berlalu lalang, sepanjang perjalanan tidak ada percakapan yang mengisi perjalanan mereka.

Mozza tak mengambil pusing akan itu yang terpenting dia harus pulang dan mengerjakan tugasnya yang belum selesai.

Cewek itu terlalu larut dalam pikirannya hingga ia tidak sadar bahwa mereka sudah hampir sampai dirumahnya.

Motor berhenti tepat di pintu pagar rumah Mozza, Ziedan menggetok helm Mozza membuat cewek itu sedikit terkejut.

"Udah sampai." ujarnya dan Mozza langsung turun dari motor miliknya.

"Ini helmnya, terima kasih ya Ziedan." Mozza memberikan helm yang tadi dipakainya pada Ziedan.

"Iya," Ziedan menerima helm yang diberikan Mozza.

"Mozza udah pulang kamu." ujar Rena dan diangguki Mozza.

"Udah Bu," Mozza mencium tangan ibunya.

"Eh, kamu ternyata, sendirian aja?" tanya Rena pada Ziedan.

"Iya Bu." jawab Ziedan sambil tersenyum kecil.

"Kalau gitu saya pamit dulu, Bu," pamit Ziedan pada mereka, ah lebih tepatnya pada Rena ibunya Mozza.

"Iya hati-hati dijalan, terima kasih sudah mau ngantar Mozza ya." ujar Rena sambil tersenyum.

"Iya Bu, sama-sama." Ziedan menghidupkan mesin motornya.

"Jangan lupa nanti mampir kemari lagi sama teman-temannya." ujar Rena lagi dan disikut oleh Mozza.

Ziedan menganggukkan kepalanya dan melajukan motornya meninggalkan pekarangan rumah Mozza.

"Maaf ya Bu, Mozza udah bikin ibu khawatir." ujar Mozza menundukkan kepalanya.

"Iya gak apa-apa, orang teman kamu tadi datang kesini ngabarin ibu." ujar Rena membuat anaknya kebingungan.

"Hah, siapa Bu?" tanya Mozza pada ibunya yang masih melihat jalanan.

"Yang nganter kamu tadi sama temannya ngabarin ibu kalau mereka mau kerja kelompok bareng kamu."

*****

Jangan lupa votementnya yah teman-teman, see you.

Naylechy

Bukan Keju Mozzarella [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang