11.alamat asing

108K 15.6K 1.5K
                                    

Bel istirahat berbunyi nyaring membuat mereka semua berhamburan kelas, untuk mengisi perut mereka.

"Ayo, Mozza kita pergi ngantin." ajak Sakya pada Mozza.

"Ayo." Mozza menggandeng tangan Sakya.

Mereka berjalan beriringan sambil bercengkrama, kaki mereka menuruni anak tangga satu persatu.

Dan sampai lah mereka di kantin yang sudah dipadati oleh orang-orang yang kelaparan.

"Lo pesan apa?" tanya Sakya pada Mozza.

"Samain aja sama kayak kamu." jawab Mozza.

Mozza memainkan tangannya agar mengusir kebosanannya, sebuah gebrakan pada mejanya membuat Mozza seketika kaget manatap orang yang melakukannya.

"Wah! Hebat ya ternyata lo bisa gandeng 6 cowok." ujar Karin sambil bertepuk tangan diikuti dengan dua temannya.

"Gak nyangka gue cewek kampung kayak lo bisa deketin 6 cowok sekaligus." Sandova tersenyum sinis menatap Mozza yang menundukkan kepalanya.

"Gausah kecentilan ya, cewek miskin kayak lo cuman bisa jadi mainan mereka." tekan Lesma.

"Gue mau tanya sama lo, lo pake apa sih pelet atau pakai susuk?" tanya karin sambil tertawa.

"Orang yang udah lama sekolah disini aja buat dapatin mereka susah banget dan lo sebagai anak baru cuman dua hari udah nempel tuh cowok-cowok." ujar Karin lagi sambil melipatkan kedua tangannya.

"Gila, ya? Tampang sepolos kayak lo bisa kayak gitu." Sandova menggelengkan kepalanya.

Dan disini lah Mozza hanya bisa diam seribu bahasa dan cuman bisa nerima perkataan orang-orang tanpa membantahnya.

Dia gak suka jadi pusat perhatian, mereka hanya bisa menatap Mozza dengan berbagai ekspresi tanpa mau membantunya sama sekali.

Rasanya ingin sekali Mozza menangis. tetapi, dia tidak bisa melakukannya dia harus membuktikan pada mereka bahwa dia tidak selemah yang mereka bayangkan.

"Tapi bukan aku kok yang dekatin mereka." bela Mozza membuat mereka bertepuk tangan.

"Oh, jadi lo ngerasa lo itu cantik dan pantes untuk direbutin?"tanya Sandova.

"Enggak lo gak pantes dapetin itu, seharusnya lo cari yang setara dengan lo bukan mereka."Karin mencengkram kuat pipi Mozza.

Tiba-tiba Ziedan dkk datang dan duduk di meja yang ditempati Mozza dan Sakya, Karin langsung melepas cengkraman tangannya pada pipi Mozza.

"Eh, Ziedan kenapa kamu duduk disini?" tanya Karin sambil mendekati Ziedan yang duduk disebelah Mozza.

"Bukan urusan lo." jawab Ziedan.

"Mending lo pergi dari sini gue muak selalu lihat lo bully orang." usir Azaleel sambil mengibaskan tangannya.

"Kalian ngapain sih duduk disini, mau banget dekat-dekat sama cewek miskin kayak dia." hina Sandova.

"Kenapa lo ngomong kayak gitu?"btanya Sakhi pada Sandova.

"Y-ya dia itu gak pantes dekat sama kalian seharusnya kalian itu deket sama yang selevel kalian contohnya kami, kami kaya dan kami itu cantik." puji Sandova dan disetujui temannya.

"Cih, ngaku kaya tapi miskin akhlak, buat apaan?" ledek Ringga dan mereka tertawa terbahak-bahak membuat ketiga cewek itu malu.

"Awas lo, gue tandai muka lo." tunjuk Karin pada Mozza dan langsung pergi dari situ.

"Kenapa kalian disini?" tanya Mozza pada mereka.

"Emang kenapa? Gak boleh."ujar Alhesa dan digelengi oleh Mozza.

"Boleh kok." Mozza menunggu kedatangan Sakya.

Mozza menatap mereka berenam yang tidak memakai baju, dan memainkan ponsel mereka masing-masing.

"Sorry ya lama, antriannya panjang banget." ujar Sakya yang fokusnya hanya melihat nampan makanan mereka.

"Iya gak apa-apa, Kya." Mozza membantu Sakya memegang nampan.

"Lho, kalian kenapa ada disini?" tanya Sakya pada cowok-cowok itu.

"Emang kenapa gak boleh?" tanya Zellan pada Sakya.

"Y-ya boleh tumben aja biasanya kan duduk dipojok sana." ujar Sakya menunjuk tempat duduk mereka yang kosong, karna tidak ada yang berani duduk disana.

"Males disana bosen." ujar mereka dan kembali memainkan ponselnya.

"Kita pergi." ujar Ziedan dan diikuti oleh temannya.

"Nih." Sakhi menyodorkan kertas kepada Mozza.

"Ini apa?" tanya Mozza.

"Pulang sekolah lo datang ke alamat ini." jawab Sakhi.

"Buat apa?" tanya Mozza lagi.

"Datang aja." jawab Sakhi dan pergi mengikuti temannya.

Mozza menatap mereka yang keluar kantin dan membuka kertas yang diberikan Sakhi.

"Sakya kamu tau alamat ini?" tanya Mozza menanya kan alamat asing itu pada Sakya.

"Mana coba sini." Sakya merebut kertas tersebut dan menatapnya lekat-lekat.

"Oh ini, gue tau kok." sambung Sakya.

"Disana gak ada angkot lo harus naik taksi." ujar Sakya lagi.

"Lah kalo aku naik taksi mahal dong ongkosnya." ujar Mozza dan Sakya terkekeh melihat sahabatnya yang cemberut.

"Yaudah gue bakal anterin lo." ujar Sakya.

"Makasih Sakya." Mozza tersenyum sumringah.

Mereka akhirnya menyantap makanannya dan sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.

Mozza masih bingung ada apa dengan mereka, kenapa Mozza harus datang ke alamat asing ini? Dia menatap kertas itu sekali lagi dan menggelengkan kepalanya pelan.

*****

Jangan lupa tinggalkan jejak anda jika sudah selesai membaca, terima kasih.

Naylechy

Kam, 27 Agustus 2020.

Bukan Keju Mozzarella [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang